Gedung Sentra Kopi di Sumberwringin Bondowoso Tak Difungsikan Bertahun-tahun

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Sebagai salah satu daerah penghasil kopi, Kabupaten Bondowoso sudah memiliki gudang sentra kopi. Gedung tersebut berada di dekat kebun kopi lereng Ijen-Raung, tepatnya di Kecamatan Sumberwringin.
Namun sayangnya, gedung yang dibangun pada 2014-2016 tidak terawat karena bertahun-tahun tidak difungsikan.
Advertisement
Pantauan di lokasi, gudang resi itu ditumbuhi rumput liar dan hampir tertutup semak belukar. Bagian lantai gedung utama dipenuhi sampah, toilet hancur, begitu juga dengan bangunan lainnya.
Tampak dalam gudang resi di Kacamata Sumberwringin Kabupaten Bondowoso (FOTO: Moh Bahri/TIMES Indonesia)
Sementara di depan gudang mesin, terdapat alat kontrasepsi dan pembalut sisa yang berserakan. Tak hanya itu, di dalam gedung utama terdapat puntung rokok dan bekas pembakaran.
Menanggapi hal itu, Pengamat kebijakan publik, Hermanto Rohman mengatakan, Bondowoso adalah penghasil kopi. Sebab secara regulasi, SDM petani dan sarana prasarana sudah lengkap. Salah satunya sentra kopi di Sumberwringin.
Menurutnya, tempat itu sebagai salah satu upaya untuk menyelamatkan petani kopi. "Harapannya kopi itu dari panen, tidak dijual dalam bentuk gelondongan," kata dia.
Awalnya petani dapat melakukan proses pasca panen di tempat tersebut. Sebelumnya, Pemkab Bondowoso sudah menyiapkan kelembagaannya, berupa BUMD, tetapi tersandung masalah kasus korupsi. "Akhirnya apa yang sudah di desain dalam Peraturan Bupati itu tidak dilanjutkan," imbuh dia.
Menurutnya, semestinya fasilitas resi gudang itu difungsikan kembali sebagaimana mestinya. Agar tidak menjadi aset yang tidak memiliki manfaat. Terlebih Bondowoso dianggap tidak bisa menghilangkan citra, sebagai daerah penghasil kopi yang dilirik oleh masyarakat luas.
Salah satu skema untuk mengaktifkan kembali resi gudang itu, lanjut dia, adalah bekerja sama dengan kelompok-kelompok petani kopi, serta membuat koperasi khusus.
Yaitu diberikan kewenangan untuk mengelola tempat tersebut. Karena saat ini, banyak petani yang sudah berjalan sendiri-sendiri. "Itu yang semakin menjatuhkan bargain petani," paparnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |