Mengingat Kembali Sejarah Mayangkara Mantup Lamongan

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan menjadi wilayah yang sarat akan sejarah, khususnya pada masa-masa perjuangan melawan penjajah. Salah satu buktinya adalah keberadaan monumen kuda putih Mayangkara.
Tanah Mantup menjadi saksi bisu bagaimana para pejuang melawan Agresi Militer Belanda di Lamongan.
Advertisement
Diolah dari berbagai sumber, pasukan Batalyon 503 Mayangkara yang dipimpin Mayor Djarot Soebyantoro, bermarkas di Mantup sejak 5 Mei 1946.
Relief di monumen kuda putih Mayangkara yang menggambarkan perjuangan melawan penjajah. (FOTO: MFA Rohmatillah/ TIMES Indonesia)
Nama Batalyon 503 Mayangkara diambil dari nama kuda putih pemberian Kepala Desa Mantup saat itu, kepada Mayor Djarot Soebyantoro, ketika memindah markasnya ke Mantup.
Kemudian pada sekitar tahun 1948, Belanda masuk ke wilayah Lamongan melalui Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik lewat Kecamatan Mantup.
Saat itulah Batalyon 503 Mayangkara melakukan perlawanan secara gerilya. Anggota Batalyon 503 tidak hanya terdiri dari kaum laki-laki, tapi juga terdapat perempuan-perempuan pejuang yang ditugaskan sebagai penghubung antar pos komando gerilya.
Sebanyak 400 anggota batalyon ini juga menyusup ke Kota Surabaya yang menjadi basis kekuatan Belanda. Penyusupan dimaksudkan agar sewaktu-waktu terjadi gencatan senjata, ada anggota TNI yang mengusai wilayah tersebut dengan atribut lengkap dan bersenjata. Tujuannya memenuhi persyaratan kekuasaan daerah militer.
Batalyon Mayangkara dikenang karena keberaniannya melawan tentara Belanda. Kuda putih juga jadi lambang kesatuan Batalyon 503. Lambang lencana kuda putih Myaangkara ini secara resmi digunakan anggota batalyonnya sejak 7 Agustus 1949.
Amanat dari Panglima Soedirman untuk para pejuang, yang diabadikan di dinding monumen kuda putih Mayangkara Mantup. (FOTO: MFA Rohmatillah/ TIMES Indonesia)
Berangkat dari peristiwa itu, kemudian dibangunlah monumen kuda putih di halaman gedung yang juga diberi nama gedung Mayangkara. Letaknya tepat di tepi jalan poros Lamongan-Mojokerto, tepat sebelah Kantor Polsek Mantup.
Berdasarkan keterangan yang tercantum pada sisi utara monumen kuda putih, tertulis bahwa pembangunan monumen dilakukan pada tahun 1971.
"Kenang-kenangan untuk pedjuang kemerdekaan tahun 1945. Andjangsana ke EK. Basis Gerilja- JONIF -503 tanggal 9-12-1971. Dalam rangka HUT ke XXVI," bunyi keterangan pada monumen.
Selain itu juga terukir daftar kesatuan yang pernah bertugas di wayah Mantup, di antaranya Pasukan Resimen 36 Ronggo Lawe, Kesatuan III Resimen 35 Djoko Tole, Pasukan Trip Blitar, Pasukan Jon Genie Suwido, Pasukan M.B.T Jon A/Tjikampek, Pasukan Kompi Matosin serta Laskar Hisbolah.
"Di monumen kuda putih, ada beberapa tulisan mengenai sejarah perjuangan Mayor Djarot Soebyantoro," kata Camat Mantup, Suwanto Sastrodiharjo, Jumat (2/9/2022).
Sementara di sisi selatan monumen terdapat tulisan amanat Panglima Besar Soedirman, yang berisi "Pertjaja pada kekuatan sendiri, teruskan perdjuangan kamu, korban tjukup banjak. Pertahankan rumah dan pekarangan kita sekalian. Tentara kita djangan sekali-kali mengenal sifat menjerah, kepada siapapun djuga. JG AKA mendjadjah dan menindas kita kembali. Pegang teguh disiplin tentara lahir dan bathin. Dari teman seperdjuangan, Letda AN S Siregar, Letda AN Soebarkah, Letda AN Soedarmo, Serma AN Irawan.
"Untuk mengingat kembali perjuangan pasukan Batalyon 305 Mayangkara melawan penjajah di bumi Mantup, kemarin kami mempersembahkan drama kolosal dengan judul Kuda Mayangkara," kata Suwanto. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |