Harga BBM Naik, Ratusan Driver Ojol Cirebon Gelar Unjuk Rasa

TIMESINDONESIA, CIREBON – Gelombang aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) di Kota Cirebon terus terjadi. Bila sebelumnya ratusan mahasiswa melakukan unjuk rasa, kini giliran para pengemudi Ojek Online (Ojol) ikut berunjuk rasa menentang kenaikan harga BBM.
Rabu (7/9/2022), ratusan pengemudi Ojol mendatangi Kantor Wali Kota Cirebon untuk mengeluarkan unek-uneknya. Mereka mengaku keberatan atas kebijakan Pemerintah yang telah menaikan harga BBM.
Advertisement
Masa yang tergabung dalam Ojol Cirebon Raya Bersatu ini meminta Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis untuk keluar menemui massa aksi untuk menyampaikan 11 tuntutan.
Koordinator aksi Trias mengatakan, kenaikan harga BBM tentu semakin menggerus pendapatan pengemudi ojol. Belum lagi, Ojol harus menerima potongan 20 persen dari operator, untuk biaya sewa aplikasi.
"Harga BBM naik, tapi tarif ojol belum ada penyesuaian. Artinya, biaya operasional jadi lebih tinggi, karena harga BBM masih diakomodasi dengan tarif yang sama," katanya.
Trias menjelaskan, kenaikan BBM subsidi sangat memberatkan. Pihaknya juga meminta kepada Pemerintah pusat untuk menerangkan sebab dan akibat terjadinya kenaikan BBM. Mereka juga meminta kepada Pemerintah Daerah, agar menjadi jembatan untuk menyampaikan aspirasi ke Pemerintah pusat.
"Kami juga menuntut pemerintah daerah untuk dapat membawa 11 aspirasi atas tuntutan kami ke pemerintah pusat. Kalau soal kenaikan harga BBM, jelas kami menolak," jelasnya.
Aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para pengemudi ojol tentu sangat merepotkan banyak pihak, terutama bagi masyarakat yang sehari-hari nya biasa menggunakan jasa ojol.
Seperti yang dialami oleh Dini warga Cirebon, dirinya harus rela menunggu lama, untuk mendapatkan pengemudi ojol.
"Sekalinya dapat ojol, eh nyampe di jalan diberhentikan oleh pengemudi lainnya. Jadi terpaksa saya turun ganti ojol lain," ujarnya.
Bukan hanya itu, dirinya harus berganti menggunakan aplikasi ojol untuk kembali mendapatkan pelayanan dari ojol. Namun lagi-lagi harus gagal, karena pengemudi ojol tidak bisa mengantarkan karena harus ikut aksi unjuk rasa.
"Jadi terpaksa saya pakai jasa ojol secara offline, karena untuk online tidak bisa," pungkasnya.
Seperti diketahui, dalam aksi unjuk rasa para pengemudi ojol membawa 11 tuntutan yang dibacakan di hadapan Wali Kota Cirebon. Diantaranya adalah :
1.Tolak kenaikan harga BBM.
2.Status hukum ojek online. 3.Kepastian terhadap aplikator yang tidak memiliki kantor operasional di kota Cirebon untuk segera ditindaklanjuti secara tegas. 4.Persaingan tarif usaha tidak sehat yg di lakukan para aplikator sehingga merugikan kita sebagai driver ojek online
5.Potongan seluruh aplikasi pertransaksi menjadi 10% di wilayah Jawa Barat.
6.Pembatasan untuk pendaftaran DRIVER dan di buatkan regulasi Batasan driver agar terjadi ya keseimbangan antara orderan dan jumlah driver ojek online roda 2 seluruh aplikator.
7. Perubahan pembatasan usia minimal dan maksimal untuk menjadi driver ojek online
8. Hapuskan biaya biaya di luar perjanjian kemitraan (biaya parker,pemesanan driver, biaya jasa aplikasi).
9.Kembalikan Isentif.
10.Hilangkan double order. 11.Pengaktifkan Kembali pihak keamanan dari kepolisian di malam hariguna keselamatan Driver ojek online khususnya dan masyarakat Jawa Barat pada umumnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |