Rebutkan Piala Raja, Kompetisi Catur Non-Master di Probolinggo Berlangsung Meriah

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Kompetisi Catur Non-Master yang digelar di Cafe Alino Kota Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jatim, berlangsung meriah, Sabtu (17/9/2022). Meski gugur di awal, banyak peserta yang tetap mengikuti hingga pengumuman Juara Raja ditetapkan.
Dari 150 peserta yang mengikuti perlombaan, akhirnya ditetapkan 3 juara terbaik yang mendapatkan piala, thropy, piagam dan uang tunai. Juara 1 didapat oleh M. Nurul Huda dari Kota Probolinggo, Juara 2 diperoleh Jamiuddin dari Pion Mas Kraksaan, dan Juara 3 diperoleh dari Moh. Raihan F dari Kota Probolinggo.
Advertisement
Tak hanya itu, urutan pemenang 50 besar juga diumumkan. Masing-masing dari mereka mendapatkan uang pengembalian senilai biaya tarif pendaftaran awal. Hal itu dilakukan semata-mata menghargai upaya mereka dalam mempertahankan posisi dan ketangkasan selama laga berlangsung.
"Terima kasih banyak untuk para pemenang. Pemain yang memperoleh juara itu telah ditetapkan. Semoga kompetisi ini bisa kembali digelar lagi untuk tahun depan dan dapat menumbuhkan semangat catur para pemain," ungkap Inisiator Kompetisi Catur Non-Master, M. Arief Raditya Putra.
Inisiator Kompetisi Catur Non-Matur, Mas Ade, bersama pemenang juara 1. (Foto: Abdul Jalil/TIMES Indonesia)
Pria yang akrab disapa Ade itu mengatakan, kompetisi ini tidak akan berakhir di sini saja. Pihaknya akan kembali menggelar kegiatan serupa di tahun berikutnya dan seterusnya. Sebab nantinya akan dipilih juga Juara Raja yang menjadi pemain nomor 1 setiap tahunnya. Juara Raja itu akan diperebutkan oleh para pemain lainnya setiap tahun.
"Kami berharap dengan adanya kompetisi ini bisa mengembangkan minat para pecinta catur di Kabupaten Probolinggo. Sehingga tumbuh lagi bibit-bibit muda pemain catur yang lebih handal dan energik," ujar Ade.
Sementara itu, Jamiuddin dari Pion Mas Kraksaan, tak menyangka dirinya bisa meraih posisi tersebut. Usianya yang telah lanjut rupanya masih bisa diajak untuk berfikir ekstra sepanjang hari.
"Semoga nanti bisa digelar kembali sebagai wadah dari para pemain catur jalanan yang hanya mengandalkan hobi tanpa strategi ini. Saya ikut ini karena hobi sehari-hari," ungkapnya.
Gus Haris bersama Wakil Ketua Percasi sedang bertanding catur dalam Kompetisi Catur Non-Master. (Foto: Abdul Jalil/TIMES Indonesia)
Sekedar informasi, ratusan pecinta catur itu tak hanya berasal dari Kabupaten/Kota Probolinggo saja. Banyak pula peserta luar daerah yang turut meramainkan kompetisi jalanan yang didukung langsung oleh TIMES Indonesia itu, di antaranya, berasal dari Bali, Banyuwangi, Jember dan sejumlah kota besar lainnya.
Tak hanya itu, peserta yang berlaga itu tak memandang bulu dan usia. Banyak peserta yang masih berusia muda, dan banyak pula yang telah lanjut usia (lansia). Pakaian yang dikenakan pun bebas selera peserta masing-masing. Ada yang mengenakan kaos dan celana pendek, ada pula yang mengenakan kemeja dan sarung.
Kompetisi catur yang menerapkan metode swich itu, mempertemukan peserta satu dengan peserta lain. Semua usia, latar belakang dan pengalaman pun, tak menjadi prioritas penting. Banyak peserta dengan usia bocah yang harus bertanding melawan pemain lansia. Dalam 8 match yang digeler, setiap peserta akan bertanding melawan peserta yang berbeda-beda. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Sholihin Nur |