Pemkab Sleman Dapat Hibah 50 Ribu Bibit Kopi

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Tahun 2022, Pemkab Sleman memperoleh hibah bibit kopi robusta dan pupuk organik dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI. Hibah itu untuk lahan seluas 50 Ha.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Ir. Sugeng Purwanto menjelaskan pihaknya telah meminta bantuan kepada pemerintah pusat sebanyak 100.000 batang bibit kopi, dengan pembagian 50.000 di Merapi, Pemkab Sleman dan 50.000 batang sisanya di Kulon Progo.
Advertisement
Menurutnya, kawasan lereng gunung Merapi dengan agroklimat yang subur ditambah lapukan abu vulkanik membuat kopi Merapi memiliki ciri khas sendiri.
Gerakan tanam kopi (Gertak) merupakan awal dari sebuah konsep besar untuk menghijaukan lereng gunung Merapi sekaligus melakukan konservasi.
Gertak merupakan rangkaian dari pelaksanaan program Gerakan Tanam Kopi (Gertak) Nasional yang diinisiasi oleh Menteri Pertanian RI.
Program Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) RI dilakukan di seluruh daerah di Indonesia. Sedangkan salah satu tujuannya untuk meningkatkan produksi, kualitas dan daya saing kopi yang ada di Indonesia.
Hal tersebut dilatarbelakangi oleh potensi kopi yang mampu menjadi komoditas unggulan di berbagai daerah, salah satunya di kawasan lereng gunung Merapi.
Tahun ini pemerintah pusat melalui Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) RI menghibahkan 50.000 batang tanaman kopi kepada 20 kelompok tani di Kapanewon Cangkringan, Turi, dan Pakem, Kabupaten Sleman.
Secara simbolis, acara penanaman dilakukan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI, Ir. Hendratmojo Bagus, Bupati dan Wakil Bupati Sleman, serta sejumlah tamu undangan di Dusun Petung, Kalurahan Kepuharjo, Kapanewon Cangkringan, Sleman.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, aktivitas menanam kopi jangan hanya sekadar dijadikan sebagai tambahan penghasilan, tetapi dijadikan sebagai pilihan (pekerjaan) utama.
"Sehingga itu pasti diopeni (dirawat) dan menjadi sumber pendapatan utama,” pesan Sri Sultan.
Menyangkut keguatan tersebut,pada hakikatnya Gubernur DIY ini menegaskan seharusnya gunung kembali ke gunung. Tidak ada aktivitas penambangan (pasir).
Ia juga mendorong agar tanah Sultan Ground dan lahan-lahan kosong di kawasan lereng Gunung Merapi dimanfaatkan untuk membudidayakan kopi.
“Lebih baik ditanami kopi sehingga menjadi solusi untuk meningkatkan pendapatan,” pesannya
Dalam kesempatan ini, Sri Sultan HB X secara simbolis melakukan penanaman satu batang tanaman kopi sebagai bagian dari Gerakan Tanam Kopi Indonesia (Gertaki). Kegiatan tersebut dilakukan bersama dengan Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Ditjen Perkebunan Kementan RI, Wakil Ketua DPRD DIY, Bupati dan Wakil Bupati Sleman, Asisten Sekda DIY, Kepala Perwakilan BI Yogyakarta, Ketua Kadin DIY, dan Dirut Bank BPD DIY.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap hibah tersebut memacu petani lebih serius meningkatkan produktivitas. Hal ini sekaligus sebagai salah satu upaya penciptaan lahan hijau di kawasan lereng gunung Merapi. Menurut Sri Sultan HB sebanyak lima puluh hektare lahan ini sudah disiapkan.
"Semoga tepat, petani juga tepat dan mumpung masih ada hujan jadi tidak kering. Semoga dapat bermanfaat untuk masyarakat, sehingga dengan tanaman ini kan, (tanah) tidak dikeduk (digali) lagi (untuk penambangan),” tegas beliau.
Sementara itu menurut Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian RI, Ir. Hendratmojo Bagus
kegiatan tersebut merupakan bagian dari program Gerakan Tanam Kopi Indonesia (Gertaki) yang telah dicanangkan oleh Menteri Pertanian RI pada bulan Januari lalu. Dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas kopi nasional. Hal itu karena kopi merupakan salah satu dari 16 komoditas unggulan perkebunan.
Hendratmojo menyebutkan sebanyak 50 ribu benih tanaman kopi, atau setara dengan 50 hektar, diserahkan oleh Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian kepada Pemerintah DIY yang akan ditanam di area lereng gunung Merapi.
"Seperti kita ketahui, tanah yang mengandung debu vulkanik, membawa material organik yang dapat mendukung dan merangsang pertumbuhan tanaman, termasuk tanaman kopi," sebutnya.
Sedangkan produksi kopi secara umum di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan kopi lingkup lokal.
Untuk itu ia berharap, ketika tanaman kopi yang dihibahkan sudah ditanam, pemeliharaan harus dilakukan rutin. “Kalau belum ada pupuk bantuan, bisa gunakan saja pupuk kandang, dikumpulkan untuk memupuk,” pesannya.
Selain itu ia juga mengingatkan pada para petani untuk tetap menjaga kualitas hasil panen, yakni dengan tidak memanen tanaman kopi yang belum siap.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY, Ir Sugeng Purwanto, menuturkan hal tersebut sesuai dengan target Pemerintah DIY yang akan menjadikan wilayah Sleman utara sebagai sentra tanaman kopi.
Harapannya, kopi Merapi akan menjadi primadona di DIY hingga nasional.
Sugeng Purwanto juga mengungkapkan, produk kopi DIY saat ini baru bisa memenuhi 10 persen dari kebutuhan dan konsumsi kopi di wilayah DIY.
Maka dirasa perlu dilakukan perluasan lahan tanaman kopi di DIY guna memenuhi permintaan kebutuhan kopi tersebut.
Ia sampaikan, pada tahun 2023 nanti Kementan RI juga menjanjikan akan memberikan bantuan lagi sebanyak 50 ribu benih kopi.
Disebutkan oleh Sugeng Purwanto berdasar kondisi iklimnya, wilayah Sleman bagian utara yang terletak di dataran tinggi sangat berpotensi untuk menjadi sentra kopi. Kopi yang berkembang di Kabupaten Sleman adalah jenis robusta dan arabika. Untuk arabika, ada sekitar 36,6 hektare di tahun 2021, terbesar di Cangkringan, Turi, dan Pakem, Sementara untuk robusta sekitar 17,95 hektare dan paling banyak di Cangkringan.
Sementara itu, Bupati Sleman, Kustini SP berharap dengan adanya perluasan lahan tanaman kopi, maka produksi kopi Sleman dapat semakin meningkat sehingga juga berkorelasi terhadap peningkatan pendapatan para petani kopi di Sleman.
Menurut Kustini bantuan tersebut akan didistribusikan kepada 20 kelompok calon penerima yang tersebar di wilayah Cangkringan, Pakem dan Turi.
Sedangkan Lurah Kepuharjo, Cangkringan, Heri Suprapto mengaku bersyukur sejumlah kelompok tani di desanya mendapatkan bantuan bibit kopi dari pemerintah pusat. Ia berharap bantuan itu bisa dimaksimalkan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan warga.
Apalagi, sebut Heri Suprapto di kawasan Kepuharjo sejak beberapa tahun terakhir ini banyak sekali bermunculan kedai-kedai kopi yang selalu ramai wisatawan. Artinya pasarnya jelas, sehingga potensi tersebut harus dimaksimalkan oleh para petani.
Perlu diketahui Gerakan tanam kopi di wilayah Sleman ini diawali dengan bantuan Gubernur DIY, bantuan keuangan khusus untuk tahun 2022. Dimana pada awal tahun kemarin ada bantuan sebanyak 5.000 batang bibit kopi, kemudian dialokasikan 4.000 batang untuk kalurahan Glagaharjo dan 1.000 batang sisanya untuk kalurahan Wonokerto. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rizal Dani |