Mengintip Keberadaan Perajin Batik Buhun Sukapura di Tasikmalaya

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Batik merupakan bentuk seni rupa murni dua dimensi dengan penggunaan bahan lilin atau malam serta memiliki corak atau motif khas dan memiliki nilai estetika. Tak terkecuali batik Sukapura di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Keberadaan batik sebagai hasil karya peninggalan budaya Indonesia yang saat ini mulai meredup keberadaannya baik pada regenerasi ataupun pada pengembangan usaha produksinya.
Advertisement
Berbagai motif batik di Indonesia sudah ada sejak zaman dulu. Motif ini beraneka ragam mulai dari motif hewan, bunga, manusia, geometris, dan masih banyak lainnya.
Keberadaan kerajinan batik di Indonesia yang mencakup keseluruhan teknik, teknologi, pengembangan motif, dan budayanya telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.
Pada Momentum Hari Batik Nasional 2022 yang diperingati setiap 2 Oktober, TIMES Indonesia mengunjungi salah satu kelompok perajin batik Buhun di Tasikmalaya bernama Batik Sukapura.
Salah satu daerah yang memproduksi Batik Sukapura di Tasikmalaya yang saat ini masih bisa ditemui adalah di Kampung Ciseupan, Desa Janggala, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
Salah seorang perajin Batik Sukapura warga Kampung Ciseupan, Janggala, Sukaraja, Tasikmalaya bernama Titin (65) kepada TIMES Indonesia mengungkapkan dirinya belajar membatik bersama rekan-rekan sekampungnya sejak duduk di bangku Sekolah Dasar,
"Saat itu (tahun 1975) saya belajar membatik bersama rekan-rekan sekampung, tak ada gurunya, kita belajar otodidak saja mulai dari isen (memberikan motif titik pada kain bahan batik). Kita melihat para orang tua saat membatik seperti
Hj. Yoyoh, Hj. Pioh H. Enung, yang kini sudah tiada," ujarnya.
Sementara itu, Edang, perajin batik yang lahir pada 1968, mengungkapkan Batik Sukapura merupakan satu budaya leluhur yang wariskan kepada masyarakat secara turun temurun.
"Batik Sukapura ini merupakan warisan Karuhun, menurut cerita awalnya dari kampung sebelah bernama Pasarkolot Desa Sukapura, Batik Sukapura ini sudah ada sejak lama sewaktu saya duduk SD saja nenek yang berprofesi sebagai paraji (orang yang membantu proses kelahiran) sudah berjualan batik berkeliling kampung sampai ke daerah Cibogo Janggala,"terangnya
Edang mengakui keberadaan kerajinan Batik Sukapura warisan leluhur yang digelutinya terancam punah bahkan dirasakan tidak menjadi penopang perekonomian keluarganya. Namun ia tidak patah semangat, untuk melestarikan budaya warisan orang tuanya ia di dorong oleh Kepala Desa Janggala Kecamatan Sukaraja bernama Asep Ahmad Kastoyo bersama perajin lainnya membentuk kelompok yang bernama Gandok Jaya Mukti.
"Pada 20 Oktober 2019 atas dorongan Kepada Desa Asep yang juga pembina kelompok Batik Sukapura bersama sesepuh atau tokoh perajin batik tulis, berkomitmen untuk membangkitkan lagi batik asli asal Tasikmalaya,"terangnya.
Edang mengakui perajin Batik Sukapura beberapa tahun yang semangatnya mulai meredup apalagi setelah meninggalnya H. Enung yang menjadi sesepuh pengrajin batik asli Sukapura, pasalnya hasil karya produksi Batik Sukapura tidak ada yang memasarkan lagi.
Keberadaan kelompok Gandok Jaya Mukti sebanyak 25 orang anggota pengrajin, mulai dari sepuh sampai kaum muda menurut Edang menjadi satu kekuatan tumbuh dan berkembang bangkitnya kembali warisan budaya leluhur batik karuhun Sukapura. Apalagi kelompoknya mendapat perhatian khusus, berupa permodalan, alat batik, kain dari Bank Indonesia (BI) Cabang Tasikmalaya.
“Alhamdulilah, sekarang bukan hanya pengrajin batik sepuh, tapi sekarang sudah mulai ada regenerasi pengrajin batik kaum muda bernama Desvi (20) yang melanjutkan budaya membatik di Janggala," ujarnya.
Dengan adanya perhatian dan bantuan tersebut kini kelompok batik tulis Sukapura mulai bersemangat kembali dengan membangun inovasi dan kreasi dan berkarya dalam proses industri batik. Kini kelompoknya dapat memproduksi 30 lembar kain batik Sukapura per bulan.
Kain Batik Sukapura kini dipasarkan melalui melalui media sosial berupa Instagram dan beberapa instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya, dan beberapa pameran kerajinan UMKM yang difasilitasi oleh Bank Indonesia.
Ciri Khas Batik Sukapura
Satu ciri khas dari Batik Sukapura ada pada warna. Menurut Endang ada dua warna menjadi satu khas Batik Sukapura yaitu warna merah marun dan biru navy.
“Warna Itu sudah ada sejak dari dulu para leluhur pengrajin batik di sini. Karena batik ini identik atau kental dengan sejarah Sukapura, sekaligus sebagai pembeda dari batik yang lain yang ada di Indonesia,”terangnya
Sedangkan untuk motif rereng menurut Edang ada empat rereng Batik Sukapura yang dapat dikatakan Buhun. Dan motif ini masih tetap dilestarikan dan diproduksi oleh para perajin, diantaranya Rereng Manis, Rereng Jaksa Rereng Beton, dan Rereng Sintung
Seiring dengan perkembangan saat ini Batik Sukapura memiliki 62 motif batik yang dibuat oleh perajin, pengembangan dan design Batik Sukapura menurut Edang tidak asal-asalan, desain motif muncul dari inspirasi kehidupan para pengrajin.
"Seperti motif daun talas berangkat menyikapi sulitnya lapangan pekerjaan, di mana daun talas yang difilosofikan bahwa manusia tak boleh malas, dan motif Merak difilosofikan seorang pemimpin harus merakyat dimana pemimpin itu harus memiliki kecakapan, ketegasan dan kebiwaan," ujarnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |