Peristiwa Daerah

Gas Air Mata Mengarah ke Tribunnya, Aremania Probolinggo Ini Selamat saat Tragedi Stadion Kanjuruhan

Senin, 03 Oktober 2022 - 15:14 | 36.89k
Dhani (berkacamata) foto bersama tiga kawannya sebelum kick off Arema FC versus Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam. (FOTO: Dhani for TIMES Indonesia)
Dhani (berkacamata) foto bersama tiga kawannya sebelum kick off Arema FC versus Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam. (FOTO: Dhani for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGOTragedi Stadion Kanjuruhan Malang mengukir banyak cerita pilu. Terutama bagi Aremania, sebutan suporter Arema FC, seperti Dhani, misalnya. Fans asal Kota Probolinggo, Jatim, ini selamat saat insiden tersebut, meski gas air mata mengarah ke tribun tempat ia menjadi saksi mata kejadian kelam itu.

Dhani masih terpukul dengan tragedi Stadion Kanjuruhan. Maklum, karena ratusan Aremania meninggal di kandang klub kebangaannya itu. Tapi di tengah kesedihannya, remaja dengan nama lengkap Nopa Saiful Ramadhani ini masih bersedia menceritakan apa yang dialaminya, dirasakannya saat peristiwa itu terjadi.

Advertisement

Dalam laga Arema FC versus Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) malam itu, Dhani bersama tiga kawannya sesama Aremania asal Kota Probolinggo, Nico, Wisnu, Nurcahyo Prayogo, duduk di tribun ekonomi. "Di atas sendiri. Di tribun itu masih banyak tempat duduk yang kosong," katanya saat ditemui di rumahnya Jalan Cangkring, Kelurahan/Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, Minggu (2/10) malam.

Selama berada di tribun dengan latar tembok warna biru, warna khas Arema FC, Dhani bersama ketiga kawannya betul-betul menikmati laga penuh emosional itu meski di akhir laga tim tamu lah yang keluar sebagai pemenang. Diketahui, saban Arema melawan Persebaya Surabaya, emosional, gengsi menyatu demi mendukung klub kebanggaannya.

Aremania-dari-Probolinggo.jpgDhani (berdiri kiri) dan ketiga kawannya foto bersama anggota Polres Probolinggo Kota, yang ditugaskan di Malang. (FOTO: Dhani for TIMES Indonesia)

Bagi remaja usia 18 tahun ini, ia menerima kekalahan Arema FC dengan skor 2-3. Tapi yang tak bisa ia terima adalah saat Aremania meninggal, seperti tragedi Stadion Kanjuruhan. 

"Hingga akhir pertandingan, kami Aremania tetap sportif. Kami tidak membuat ricuh. Sementara seorang penonton yang turun ke lapangan, itu untuk menyalami pemain Arema. Buktinya mereka (penonton dan pemain, Red) saling rangkulan," ujarnya.

Tapi tak lama kemudian, Dhani melihat makin banyak Aremania yang turun ke lapangan. Seketika, aparat keamanan yang bertugas menghalau banyaknya penonton di tengah lapangan. 

Tak berselang lama, kericuhan antara penonton dan aparat terjadi di lapangan. Suasana semakin tak terkendali. "Petugas dan penonton saling kejar di lapangan," terangnya.

Karena adanya saling kejar antara penonton dan aparat, jumlah Aremania yang turun ke rumput hijau pun semakin bertambah. Puncaknya, aparat kepolisian menembakkan gas air mata ke arah lapangan hijau dan tribun penonton.

"Gas air mata itu juga mengarah ke tribun tempat saya. Mata perih gak karuan. Akhirnya saya berupaya untuk segera meninggalkan stadion," kata remaja berusia 18 tahun itu.

Namun upaya Dhani dan ketiga kawannya untuk meninggalkan stadion tidak mudah. Ia harus berdesakan dengan penonton lain. Tapi di tengah upayanya itu, ia masih sempat menolong penonton anak-anak agar bisa keluar terlebih dahulu.

Beruntung, Dhani, Nico, Wisnu dan Nurcahyo Prayogo berhasil menyelamatkan diri dari bahaya kepulan asap gas air mata. Mereka kemudian menuju rumah kos seorang temannya untuk numpang bermalam, sebelum pulang ke Probolinggo pada Minggu siangnya. 

Kini, Dhani senang karena sudah berkumpul bersama keluarganya di Kota Probolinggo. Tapi hatinya masih berkabung melihat banyak Aremania seperti dirinya, yang meninggal dalam tragedi Stadion Kanjuruhan.

Ia berharap agar insiden seperti tragedi Stadion Kanjuruhan tidak terulang kembali di negeri ini, bahkan di belahan dunia lainnya. Karena menurutnya, sepakbola adalah hiburan rakyat. Hiburan bagi Aremania dan fans sepakbola lain di planet bumi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES