Pohon Pisang Berdaun Uang, Tradisi Warga Probolinggo Rayakan Maulid Nabi

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Banyak tradisi di masyarakat berkenaan dengan peringatan Hari Kelahiran Nabi Muhammad atau Maulid Nabi. Salah satunya seperti yang dilakukan warga di Kabupaten Probolinggo, Jatim. Di tengah pengajian itu, ada penampakan pohon pisang berdaun uang.
Maulid Nabi ini biasa dilaksanakan oleh umat Islam setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Pada kalender Masehi, tanggal itu jatuh pada Jumat 7 Oktober. Rata-rata masyarakat melaksanakannya setelah salat maghrib di musala atau masjid masing-masing.
Advertisement
Dalam peringatan itu, masyarakat biasanya memulainya dengan pembacaan Maulid Diba'. Sedangkan, masing-masing warga membawa bingkisan berkat (berisi nasi, lauk dan kue) dan diletakkan di tengah-tengah warga yang duduk melingkar.
Sejumlah makanan dan barang-barang lainnya digantung di salah satu surau untuk mewarnai Maulid Nabi. (Foto: Abdul Jalil/TIMES Indonesia)
Kemasan berkat yang dibawa masyarakat itu bervariasi. Salah satunya berupa pohon pisang berdaun uang. Ada beberapa warga yang menghiasi pohon pisang itu dengan sejumlah makanan dan alat parabotan rumah untuk mewarnai pohon tersebut.
Biasanya pohon pisang ini juga diletakkan di tengah-tengah lingkaran warga yang sedang membaca Maulid Diba'. Dengan harapan, rezeki yang dikumpulkan itu membawa keberkahan rezeki pada masing-masing warga.
Selepas pembacaan Maulid Diba' itu, berkat itu pun dibagikan secara random pada masyarakat yang hadir dalam pengajian tersebut. Sedangkan pohon pisang itu pun dicabuti dan dibagikan merata pada seluruh warga. Baik uang maupun barang yang menggantung di pohon tersebut.
Namun, ada sebagian warga yang mengambil uang cash di pohon pisang itu secara berebutan. Hanya saja, tradisi berebutan itu banyak mendapat penolakan dari masyarakat. Sebab, banyak yang tidak kebagian, terutama anak kecil dan orang yang sudah sepuh atau tua. Sehingga mereka lebih suka membaginya secara rata.
Sejatinya, pohon pisang di bulan Maulid itu memiliki makna fisolofis. Yaitu, penggambaran sifat Nabi yang memberikan banyak manfaat banyak untuk ummat Islam. Sebagainana pohon pisang tidak akan mati sebelum memberi manfaat.
Sedangkan uang cash dan bunga yang digantungkan di pohon itu dipercaya sebagai jimat untuk mendatangkan rezeki. Uang yang didapat dari pohon pisang itu tidak digunakan. Melainkan disimpan di tempat yang baik.
Sementara, bunga melati itu sendiri banyak warga yang memakan tujuh pucuknya saja. Dipercaya, bunga itu dapat memberikan keberkahan dan kesehatan pada tubuh. Ada pula yang menyimpannya di kamar atau di lemari.
Pohon pisang berdaun uang yang sedang dibuat oleh salah satu warga sebelum dibawa ke surau. (Foto: Abdul Jalil/TIMES Indonesia)
Pembuatan pohon pisang berbuah uang itu ternyata tak begitu ribet. Dalam waktu tiga jam, pohon pisang itu sudah rampung. Hanya saja, biaya pembuatan itu tidak murah. Sebab, uang cash yang digantungkan dengan disertai berbagai makanan dan alat parabotan, rupanya juga menghabiskan biaya yang tak murah.
Rata-rata biaya yang dihabiskan dalam pembuatan itu berkisar di nominal Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu. Besarnya biaya itu berada pada uang cash dan barang-barang yang disertakan. Semakin banyak barang yang digantungkan, semakin besar pula biaya yang dihabiskan.
"Besarnya di biaya pembelian barangnya. Kalau buatnya nggak sulit. Tinggal tempel-tempel saja. Terus dikasih hiasan pita untuk mewarnai," kata Ustad Saiful salah satu, warga Desa Krejengan, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo.
Pohon pisang berdaun uang ini hanya muncul di momentum Bulan Maulid Nabi saja. Bahkan, pada momen ini buah-buahan pun semakin laris diborong warga untuk memeriahkan Hari Lahir Nabi Muhammad.
"Uang itu nggak besar. Hanya Rp. 2000 saja yang digantung. Tapi banyak. Ada juga yang Rp 5000 dan Rp 10 ribu. Tergantung kemampuan biaya pembuatnya. Besar kecilnya nominal uang itu tetap memiliki kepercayaan yang sama," ungkap Ustaz Hasbullah, warga Desa Sukodadi Kecamatan Paiton.
Tradisi pohon pisang berdaun uang ini sudah berlangsung turun temurun. Pohon ini muncul pada setiap perayaan Maulid Nabi atau Hari Lahir Nabi Muhammad SAW. Di Kabupaten Probolinggo sendiri, tradisi ini sudah menjadi kebiasaan setiap surau. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |