Peristiwa Daerah

Tanggapi Kasus KDRT Rizky Billar, Psikolog: Ekspresi Lesti Kejora Tak Bisa Bohong

Senin, 10 Oktober 2022 - 19:21 | 93.25k
Konsultan dan Trainer Psikogenetika/Parenting Bawah Sadar (Foto:  Instagram/Dokumen pribadi)
Konsultan dan Trainer Psikogenetika/Parenting Bawah Sadar (Foto: Instagram/Dokumen pribadi)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Beberapa hari ini publik dihebohkan dengan terungkapnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami penyanyi Lesti Kejora oleh sang suami yang juga seorang publik figur, Rizky Billar

“Mikro ekspresi Lesti saat menyanyikan lagu tidak bisa dibohongi. Menyanyi itu butuh penghayatan. Ketika lagu berhenti, berhenti pula penghayatan terhadap lagu tersebut,” ulas Nunki Nilasari, S.Psi, Ahli Mikro Ekspresi kepada TIMES Indonesia. 

Advertisement

Tapi apa yang Lesti perlihatkan, lanjutnya, tampak begitu jelas. Ia bahkan tak bisa melanjutkan menyanyi karena harus menahan isak tangis waktu berduet menyanyikan lagunya yang berjudul “Kulepas dengan Ikhlas”. 

“Kalau seorang penyanyi lagu sudah selesai (nyanyi) tapi masih menangis atau sampai dia menangis pada bait-bait tertentu, itu artinya ada muatan emosi yang sangat dalam yang menyinggung dia sangat dalam sekali, sehingga sampai dia tak mampu mengucapkan kata-kata itu,” jelasnya. 

lesti.jpg

Karena, lanjut Nunki, kata-kata itu bertentang dengan batinnya atau itu terlalu menusuk hatinya sehingga dia tak mampu menyanyikan bait itu.

Kondisi Lesti tersebut, kata asesor dan konselor psikologi yang sering disapa Bunda Nunki ini, tidak mampu menahan emosi. “Karena otomatis, tidak bisa ditahan, itu kan alam bawah sadar, seperti halnya ketika seseorang bertemu dengan mantannya, wajahnya memerah. Itu alam bawah sadar, muncul secara otomatis,” paparnya. 

Menurutnya, penghayatan yang Lesti lakukan pada saat menyanyikan lagu bukan penghayatan biasa. Tetapi, hal itu bersinggungan dengan kondisi ril dirinya. ”Menohok, menyinggung, dan menyakiti dia, hingga sampai tak sanggup untuk berkata-kata,” papar Bunda Nunki.

Ketika ditanyakan, mengapa terjadi perbedaan penampilan yang Lesti dan Bilar tunjukkan di televisi sebelum kejadian ini, Bunda Nunki pun menjelaskan bahwa artis itu harus membangun citra di depan publik. “Tentu  citranya harus positif, maka sebisa mungkin mereka harus membuat imej menyenangkan,” tegasnya. 

Bahkan kalau perlu, lanjutnya, membuat imej yang palsu yang tidak sesuai dengan kenyataanya untuk menyenangkan fansnya. “Hal itulah yang menyebabkan banyak artis hidup bagaikan dunia panggung sandiwara,” paparnya.  

Menurutnya, banyak memang hal yang riskan untuk ditampilkan di publik. Mereka harus menjaga ucapan, gerakan tubuh untuk tidak ketahuan. “Pada kasus Lesti, kita sebenarnya tahu bagaimana Lesti itu sudah mengalami kekerasan sejak lama. Dan, puncaknya itu kemarin yang membuat Lesti tidak kuat dan akhirnya melapor ke polisi,” tutur Bunda Nunki. 

Psikogenetika-2.jpgBunda Nunki ketika menjadi nara sumber saat diliput TV Swasta Nasional (Foto: Instagram/Dokumen pribadi)

Lesti bersyukur, kata Bunda Nunki, punya kesadaran untuk menghentikan KDRT yang terjadi pada dirinya. Jika tidak, ia bisa “lewat”. 

Bunda Nunki menjelaskan, bagi orang yang berperilaku seperti Billar  memang harus segera mencari solusi. Orang yang dominan apalagi bila kebiasaan di lingkungan rumah selalu menyelesaikan persoalan dengan kekerasan, bisa berdampak tidak baik pada mental. 

Menurutnya, ia harus belajar “menata” alam bawah sadar dirinya lebih baik. Mau untuk berubah dan berkonsultasi dengan ahlinya bila perlu agar mendapatkan pertolongan.

Sebab, lanjut Nunki, bila kebiasaan melakukan kekerasan ditambah dengan emosi yang tersulut karena sesuatu hal, maka dampaknya si pelaku bisa melakukan kekerasan tanpa berpikir panjang. 

Contoh pada Lesti, ulasnya, dengan tubuh yang lebih kecil dibandingkan suaminya. Ia harus menerima kekerasan yang tak pantas ia terima. 

“KDRT secara nonfisik saja sudah menyakitkan pasangan, apalagi kalau hingga fisik yang berbicara. Kasus seperti Lesti dan Bilar dalam keseharian tidaklah sedikit. Orang yang berperilaku kasar dan menyakitkan harus mau mengubah pendekatan dalam penyelesaian persoalan,” paparnya.

Orang yang terlalu banyak memikirkan persoalan, lanjutnya, tidak mampu mengangkat kepala dengan tegak. Secara alam bawah sadar, orang yang mampu mengangkat kepala dengan tegak saat banyak tekanan persoalan. Artinya, ia mampu mencari solusi, ia harus berhadapan dengan realita yang dihadapi. “Pada Lesti terlihat betul bagaimana ia sering menunduk,” ujar Bunda Nunki yang pernah menjadi kolumnis dan pengasuh rubrik psikologi ini. 

Mengakhiri pembicaraan dengan TIMES Indonesia, Bunda Nunki yang berpengalaman sebagai psikolog menangani hal seperti ini di LPSK dari 2012 hingga 2021 memberikan tips. Orang yang mengalami hal seperti Lesti, ujarnya, keluarga atau orang terdekatnya harus memberikan dukungan. 

“Tidak menyalahkan dia, banyak mendengar, karena orang-orang yang jadi korban seperti itu, tak butuh untuk disalahin, batin dia hancur. Kita tak ngomong pun, dia sudah terluka.Jadi yang harus dilakukan adalah berikan penguatan untuk orang seperti itu,”jelasnya,

Lestiani atau yang akrab dikenal Lesti Kejora adalah pemenang D’ Akademi (DA) tahun 2014. Ia menjadi korban KDRT yang dilakukan oleh suaminya, Rizky Billar. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES