Peristiwa Daerah

Kisah Jamasan Wayang Kyai Bonto di Blitar yang Ditetapkan WTTB oleh Kemendikbud 

Rabu, 12 Oktober 2022 - 17:44 | 63.89k
Suasana Jamasan atau Siraman Wayang Kyai Bonto di Desa Kebonsari Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar Jawa Timur. (FOTO: Dok. Disparbudpora)
Suasana Jamasan atau Siraman Wayang Kyai Bonto di Desa Kebonsari Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar Jawa Timur. (FOTO: Dok. Disparbudpora)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BLITAR – Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Blitar Suhendro Winarso mengatakan, Siraman atau Jamasan Wayang Kyai Bonto di Desa Kebonsari, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WTTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kemendikbud). 

Ditetapkannya Jamasan Wayang Kyai Bonto menambah daftar WTTB dari Kabupaten Blitar. Sebelumnya pada 2018, Larung Sesaji di Pantai Tambakrejo dan Jamasan Gong Kyai Pradah di Lodoyo juga ditetapkan sebagai WTTB oleh Kemendikbud.

Advertisement

Kebudayaan-Pemuda-dan-Olahraga.jpgKepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Blitar Suhendro. (FOTO: Sholeh/TIMES Indonesia)

"Alhamdulillah pada tahun 2022 ini, Jamasan Wayang Kyai Bonto di Desa Kebonsari telah mendapatkan sertifikat WTTB oleh Kemendikbud. Tentu kemudian selanjutnya menjadi tugas kita bersama untuk terus melestarikan ritual adat ini," jelasnya, Rabu (12/10/2022).

Jamasan Wayang Kyai Bonto, dikatakan Suhendro, berkaitan erat dengan keberadaan Gong Kyai Pradah yang ada di Lodoyo Kecamatan Sutojayan.

Keduanya merupakan pusaka yang dibawa oleh Sunan Prabu Amangkurat mas saat melarikan diri dari kekacauan di Keraton Surakarta.

Dalam perjalanannya, Sunan Prabu Amangkurat mas membawa pusaka berupa dua kotak wayang krucil yang disebut Kyai Bonto dan sebuah Gong yang bernama Kyai becak yang kemudian dikenal dengan Gong Kyai Pradah.

"Konon kedua pusaka tersebut boleh dibuka oleh gurunya ketika dalam kesulitan. Akhirnya wayang tersebut dibuka oleh Sunan Prabu ketika sedang singgah di sebuah bukit di bawah pohon pakel di Desa Kebonsari," jelasnya.

Menurut Suhendro, saat singgah di bawah pohon pakel itulah Sunan Prabu Amangkurat dalam keadaan kesulitan. Sang putri yang baru semalam dilahirkan oleh istrinya meninggal dunia. Akhirnya, Wayang Kyai Bonto ditinggal di bawah pohon pakel di mana putrinya dimakamkan sedangkan Gong Kyai becak tetap dibawa hingga ke Lodoyo.

"Dua pusaka warisan Sunan Prabu ini kemudian disucikan setiap setahun sekali oleh masyarakat. Yakni setiap bulan Maulud atau Robiul Akhir di kalender Hijriyah," tambah Suhendro.

Seperti halnya Siraman Gong Kyai Pradah di Lodoyo, Jamasan Wayang Kyai Bonto di Desa Kebonsari ini juga mengundang ribuan warga hadir untuk mengikuti upacara adat tersebut. Warga percaya bahwa air bekas untuk mensucikan Wayang Kyai Bonto mengandung berkah, sehingga mereka berebut mendapatkan air bekas siraman Wayang Kyai Bonto dan Gong Kyai Pradah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES