Peristiwa Daerah

Kisah Tunagrahita Mojokerto Menyandarkan Hidup dari Gojek

Kamis, 13 Oktober 2022 - 12:42 | 301.04k
Ahmad Nur Chalymy (29) yang merupakan penyandang disabilitas di Kota Mojokerto. Seorang minoritas yang enggan beralih profesi, menitip kehidupan dari menjadi driver ojek online, Rabu (12/10/2022) (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)
Ahmad Nur Chalymy (29) yang merupakan penyandang disabilitas di Kota Mojokerto. Seorang minoritas yang enggan beralih profesi, menitip kehidupan dari menjadi driver ojek online, Rabu (12/10/2022) (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Amik (29) sudah rapi. Bersiap menerima notifikasi pesanan aplikasi Gojek miliknya. Ia menanti siswa-siswi yang berangkat sekolah. Berharap ada yang nyantol. Masih pagi sekali, masih jam 5. Ia nampak optimistis memandang ponselnya ditemani secangkir kopi di Warkop Barzanji, Benteng Pancasila, Kota Mojokerto kala itu.

Ahmad Chalymy (29). Amik panggilannya.  Seorang tunagrahita di kota kecil kedua di Indonesia ini. Kota onde-onde. Kota tempat masa kecil Soekarno kala tahun 1907. Kota Mojokerto.

Menjadi driver ojek online memang bukan pilihan hidupnya. Namun ia merasa senang dengan profesi ini. Itu nampak dari bagaimana ia menikmati profesinya menjadi seorang ojek online. 

"Soalnya enak, bisa kumpul-kumpul gini," ungkapannya menceritakan alasan kenapa ia betah menjadi seorang ojek online kepada TIMES Indonesia.

Ahmad-Nur-Chalymy-2.jpgAhmad Nur Chalymy (29) akrab disapa Amik. Penyandang disabilitas mitra driver Gojek, Rabu (12/10/2022) (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)

Rupanya Amik sudah lama menekuni profesi ojek online. Sejak tahun 2017. Waktu awal-awal ojek online ini mulai menjamah Kota onde-onde. Waktu yang tidak sebentar.

Saudaranya lah yang telah menyarankan Amik agar menjadi ojek online. "Dulu diajak adik saya, 'Mik masuk gojek mik'. Akhirnya didaftarkan," ujar Amik menirukan percakapan saudaranya.

Selain jam kerjanya bebas, rupanya penyandang disabilitas seperti dirinya mendapat perhatian dari Gojek. Tunarungu, tunawicara, tunagrahita, dan lain-lain diberi kesempatan yang sama. Layaknya manusia normal pada umumnya. 

Kilas Balik Amik Kala Pandemi 

Pandemi covid-19 melanda. Protokol kesehatan menjadi kehidupan baru bagi masyarakat. Penyekatan jalan. Pengurangan mobilitas. Penerapan protokol kesehatan. Semua dilakukan serupa di berbagai daerah. Tidak terkecuali Kota Mojokerto.

Tahun itu adalah tahun terberat bagi Amik dan kawan-kawan ojek online. Orderan sepi. Sebulan hanya 6-7 kali pesanan. Tidak ada pemasukan tambahan. "Orderan sepi, seminggu 1 kali pernah," kata Amik.

Satu kali orderan, Amik mendapat Rp 8.000 bersih. Sehari Rp 8.000, satu bulan hanya Rp 56.000. Pemasukan yang tidak sepadan. Belum lagi mendapat order fiktif. Sebuah pesanan yang tidak ditanggapi oleh pemesan. Biasanya pemesan tertidur. "Kalau saya itu nunggu sampai bangun," jelas Amik dengan polosnya.

Kala pandemi covid-19, Amik sempat terpukul. Pendapatan bulanannya hanya berkisar Rp 800 ribu sampai Rp 1 juta saja. Kondisi saat masyarakat protektif dan sebagian besar membatasi moblitas. Tatap muka dilarang. Penumpang pun sama. Menjaga jarak. Padahal driver tidak ada satupun yang positif covid-19 kala itu.

Untungnya Gojek memberikan nantuan pendapatan di kala Pandemi. Ada 4 program kala itu. Pertama, fitur pada produk untuk mendukung peningkatan penghasilan driver. Kedua, program bantuan pendapatan bagi mitra driver yang terkonfirmasi positif Covid-19 yang sudah berjalan saat ini. Ketiga, perluasan cakupan bantuan pendapatan didukung oleh Yayasan Anak Bangsa Bisa. Keempat, partisipasi dalam program bantuan pendapatan pemerintah.

Suatu ketika Amik menerima pesanan Gosend. Ketika pandemi. Tujuannya Surabaya. Pendapatannya lumayan. "Paling jauh Mojokerto-Surabaya itu Gosend, dapat Rp 200 ribu," terang Amik sambil menepuk-nepuk jok Honda Beat Street miliknya untuk mengenang "tugas" nya yang paling jauh. 

Titip Penghidupan di Gojek

Amik rupanya mantap dengan profesi ini. Paling tidak 15 sampai 20 tahun mendatang. Amik juga ingin menikah. Beranak pinak menghidupi istri dan anaknya. Menjadi ayah. Menitip penghidupan dari Gojek.

Rating akunnya bagus. Bintang 4,98. Tidak ada pelanggan yang kecewa dengan pelayanan Amik. Gojek bahkan pernah memberikan award Gojek kepada Amil. Modal yang cukup untuk membawa harapan itu menjadi nyata.

Pandemi kini telah berangsur-angsur pudar. Ojek online dan aktivitas ekonomi lainnya kembali pulih. Amik juga menjadi saksi bagaimana merchant Gojek tumbuh. Berawal dari gerobak kecil, hingga punya outlet tetap. Namanya Chacikey Wings. Sebuah outlet di Jalan Raden Wijaya No11 A, Mergelo, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto.

Nampaknya outlet ini tumbuh bersama dengan Gojek. Menjadi mitra setia gofood. Sebuah layanan pesan antar makanan dalam aplikasi Gojek.

Penghasilan Amik dan kawan-kawan Gojek juga merekah. Paling sedikit bulan Agustus 2022, Amik yang mulai narik dari jam 5 pagi sampai 9 malam bisa memperoleh penghasilan Rp 1,2 juta. Sebagian ditabungnya untuk masa depan, sisanya buat aneka kebutuhan hidup karena saat ini masih tinggal bersama orang tuanya.

Menjadi tunagrahita Gojek bagi Amik sudah istimewa. Pelanggan yang ia rasakan sangat ramah kepadanya. Tidak ada caci makian. Tidak pernah direndahkan. Ia juga tidak pernah mengalami kendala berarti, baik dengan aplikasi atau saat bertemu pelanggan. Kecelakaan lalu lintas pun tidak pernah.  "Gak pernah sama sekali," ujarnya.

Amik, tunagrahita Mojokerto merasa terbantu dengan kehadiran Gojek. Baginya, Gojek adalah perusahaan spesial yang membantunya meraih kehidupan yang lebih baik. Meski kondisinya tunagrahita, Gojek menempatkannya pada posisi setara dengan driver lainnya. Tak hanya itu, Amik merasa yakin, Gojek bisa memberinya harapan untuk menghadapi kehidupan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES