Peristiwa Daerah

PT Solusi Bangun Indonesia Mulai Budidaya Mikroalga

Kamis, 13 Oktober 2022 - 20:38 | 90.16k
Prof Arief dan Istifaul Amin mencicipi Mikroalga yang sudah dikeringkan di rumah Mikroalga yang terletak di lingkungan pabrik. (FOTO: Dok PT SBI for TIMES Indonesia)
Prof Arief dan Istifaul Amin mencicipi Mikroalga yang sudah dikeringkan di rumah Mikroalga yang terletak di lingkungan pabrik. (FOTO: Dok PT SBI for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, CILACAPPT Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik Cilacap yang merupakan unit usaha PT Semen Indonesia (Persero) Tbk atau SIG bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Matching Fund Dikti mengenai Fase Kedua Program Dekarbonisasi (penyerapan CO2) dengan mikroalga.

Kesepakatan kerja sama ditandai dengan dilaksanakannya kick off atau pencanangan program tersebut pada Kamis (13/10/2022).

Advertisement

"Ini merupakan terobosan yang sangat bagus oleh dunia industri, khususnya industri semen seperti PT Solusi Bangun Indonesia, dengan memanfaatkan mikroalga untuk menyerap CO2 (karbondioksida) di lingkungan operasional perusahaan dan juga area publik," kata Prof Ir Arief Budiman DEng IPU, Direktur Center of Excellence for Microalgae Biorefinery pada Pusat Studi Energi UGM.

PT-Solusi-Bangun-Indonesia-b.jpgTabur bibit Mikroalga oleh Prof Arief Budiman, Istifaul Amin dan Oepoyo Prakoso menandai dimulainya program pengembangan Mikroalga untuk dekarbonisasi. (FOTO: Dok PT SBI for TIMES Indonesia)

Menurutnya, hal ini sesuai dengan kemampuan mikroalga untuk melakukan fotosintesis dengan CO2 dan menghasilkan oksigen, dan mikroalga menjadi salah satu penyumbang oksigen di dunia.

Pencanangan kerja sama ditandai dengan penyerahan dan penaburan bibit mikroalga di rumah budidaya alga, serta peletakan batu pertama pembangunan rumah alga yang ketiga.

PT Solusi Bangun Indonesia telah mengembangkan dan membudidayakan mikroalga sejak tahun 2021. Awalnya dengan kapasitas 15.000 liter di lahan infrastruktur atau rumah mikro alga seluas 180 m3 (12 m x 15 m) dan terus diduplikasi atau dikembangkan untuk tahap kedua di lahan seluas 252 m2 (14 m x 18m).

Pengembangan akan terus dilakukan dengan penyiapan lahan untuk tahap ketiga seluas 525 m2 (15 m x 35 m), dan diharapkan akan tercapai kapasitas hingga 100.000 liter.

Istifaul Amin, General Manager PT SBI Pabrik Cilacap mengatakan hadirnya budidaya pengembangan mikroalga adalah langkah nyata dalam mengurangi emisi CO2 atau dekarbonisasi, pemanasan global, dan efek rumah kaca.

Hal ini sesuai dengan visi strategi sustainable development 2030 yang ditargetkan perusahaan dapat mengurangi emisi CO2 dari proses produksi sebesar 29 persen dibandingkan baseline di itahun 2010.

Mikroalga adalah jasad renik yang termasuk tumbuhan bersel tunggal dan berkembang biak sangat cepat dengan daur hidup relatif pendek. Alga berdasarkan kandungan dan fungsinya dapat digunakan sebagai bahan baku kosmetik.

Sedangkan dengan diversifikasi berdasarkan biomekanismenya, alga juga digunakan sebagai medicated cosmetic dan bahan sediaan herbal untuk farmasi.

"Selain bermanfaat untuk dekarbonisasi untuk menjaga lingkungan, dengan nilai ekonomisnya mikroalga dapat menjadi salah satu alternatif pengembangan ekonomi masyarakat," ungkap Istifaul.

PT-Solusi-Bangun-Indonesia-c.jpgKunjungan ke Rumah Mikroalga di lingkungan pabrik semen, ditempat ini Mikroalga dikembangbiakan  dan menjadi tempat penelitian dan pengembangan. (FOTO: Dok PT SBI for TIMES Indonesia)

Prof Arief Budiman menjelaskan, kelebihan mikroalga sebagai sumber bioenergi adalah sistem budidayanya yang sederhana dan tidak memerlukan teknologi tinggi.

Syarat yang terpenting adalah di lokasi pembudidayaan tersedia intensitas cahaya matahari dan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroalga.

Salah satu tahap penting dalam produksi biomassa alga dengan menggunakan air limbah sebagai media budidaya adalah tahap pemanenan. Pemanenan menjadi tahapan yang krusial untuk mendapatkan biomassa yang siap pakai.

"Untuk makroalga, penyaringan menggunakan jaring dan saat ini merupakan metode yang paling memungkinkan, sedangkan beberapa opsi tersedia untuk ipemanenan mikroalga," katanya.

Teknologi pemanenan sebelumnya untuk mikroalga menggunakan bahan koagulasi, seperti tawas dan polimer sintetik, karena efisiensinya yang tinggi.

Namun, biomassa yang dipanen perlu menjalani pemrosesan lebih lanjut untuk memisahkan bahan kimia yang digunakan, yang dianggap sebagai pengotor dan menurunkan kualitas biomassa dan hasil perolehan minyak. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES