Peristiwa Daerah

Wadahi Penggiat Sastra dan Teater di Lamongan, Kostela Terima Anugerah Sutasoma

Jumat, 14 Oktober 2022 - 18:24 | 39.01k
Cantrik Kostela Alang Khoiruddin menerima penghargaan Anugerah Sutasoma 2022 di Balai Bahasa Jatim ( Foto : Kostela for TIMES Indonesia)
Cantrik Kostela Alang Khoiruddin menerima penghargaan Anugerah Sutasoma 2022 di Balai Bahasa Jatim ( Foto : Kostela for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Komunitas Sastra Teater Lamongan atau Kostela merupakan wadah penggiat seni daerah yang independen dalam mengasah ide berkesenian, meningkatkan geliat dan kreativitas terutama dalam bidang sastra dan teater.

Komunitas yang lahir pada tanggal 6 Desember 1999 ini diinisiasi dan dibidani oleh para penggiat Sastra Lamongan, yaitu Sutardi. Selain itu, juga atas inisiasi sejumlah mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Lamongan. 

Advertisement

Kelahiran Kostela di Lamongan seolah seperti udara yang terus bergerak mengisi ruang yang kosong dan beraktivitas untuk menghasilkan karya-karya maupun kegiatan yang semakin beragam dan berkualitas. 

Wadahi-Penggiat-Sastra-B.jpg

Hingga akhirnya Kostela menerima Anugerah Sutasoma tahun 2022 dari Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur untuk kategori komunitas sastra. Penghargaan yang diterima tanpa putus sejak tahun 2009. 

"Setiap tahun sejak 2009, Kostela selalu mendapatkan penghargaan Anugerah Sutasoma 2022. Nah, ini sudah tahun ke-14. Tahun ini, penghargaannya dalam kategori komunitas sastra," ujar Pengurus Utama atau Cantrik Kostela Alang Khoiruddin, Jumat (14/10/2022). 

Dikatakan Alang, Kostela makin memantapkan diri sebagai komunitas yang terus bergerak dengan berbagai aktivitas untuk menumbuh kembangkan kreativitas bersastra setelah menerima penghargaan Penghargaan Sastra 2009 dari Balai Bahasa Jawa Timur.

"Diantaranya pembinaan calon sastrawan, penulis, pengembangan apresiasi, diskusi dan bedah buku, pelatihan kepenulisan sastra untuk pelajar, pendokumentasian karya sastra, serta upaya membangun corak estetik dan tematik kesusastraan di Lamongan," katanya.

Diungkapkan Alang, Kostela memang tidak menggunakan susunan organisasi sebagaimana lazimnya ada ketua dan ada anggota, tetapi memilih menggunakan istilah tetua dan cantrik.  

Wadahi-Penggiat-Sastra-C.jpg

"Kendati tidak secara formal, istilah 'Cantrik’ dan ‘Tetua’ adalah bentuk konsistensi Kostela sebagai komunitas yang tidak ada ketua dan tidak ada yang diketuai," tuturnya. 

Dikemukakan Alang, Cantrik lahir secara alami tidak melalui proses pemilihan namun rela mendedikasikan dirinya untuk melayani Kostela dengan sekuat tenaga. 

Sedangkan Tetua, terang Alang, yang dituakan tidak hanya berdasarkan umur dan senioritas tapi perjuangan, sumbangsih, karya, kepedulian dan konsistensinya terhadap kehidupan sastra teater di Lamongan. 

"Posisi tetua Kostela ditempati oleh tokoh-tokoh senior sastra Lamongan, antara lain Sutardi, Pringgo HR, Herry Lamongan dan Bambang Kempling," ucapnya. 

Komunitas yang saat ini kesekretariatannya beralamatkan di rumah Pringgo Hr, Jalan Raya Karanggeneng 167 Cuping Madulegi Sukodadi telah memiliki program kerja dan kegiatan yang tersusun dan terjadwal dengan baik. 

"Kostela telah membuat delapan program kerja secara rutin. Salah satunya "Malam Candra Kirana” sebulan sekali setiap malam bulan purnama dengan agenda apresiasi karya sastra (puisi, cerpen, drama) dengan ulasan makalah secara bergantian," ujarnya. 

Di samping mendapatkan penghargaan sebagai komunitas sastra, Alang mengungkapkan, Kostela dan anggotanya juga mendapat penghargaan untuk karya-karyanya. 

"Tahun ke-10 untuk kategori karya sastra terbaik, kategori sastrawan berdedikasi dan kategori sastrawan berdedikasi, tahun ke-7 pemisahan untuk kategori karya sastra Indonesia terbaik dan karya sastra daerah terbaik, tahun ke-9 untuk kategori guru bahasa dan sastra Indonesia berdedikasi, tahun ke-8 untuk kategori guru bahasa dan sastra daerah berdedikasi, dan tahun ke-6 untuk kategori buku esai atau kritik sastra terbaik," ujarnya. 

Dari usianya yang panjang untuk ukuran sebuah komunitas sastra, Kostela masih aktif beraktivitas hingga saat ini bisa masuk dalam wilayah sejarah kontemporer. "Artinya para aktor penggeraknya masih hidup. Sehingga dengan kelebihan mereka aktivitas kesastraan masih terjaga," ucapnya. 

Alang menambahkan, yang perlu dipikirkan adalah mempersiapkan para aktor berikutnya sehingga aktivitasnya dapat berlangsung terus meskipun sudah berganti generasi. 

"Ini adalah tugas penting yang harus dipikirkan oleh Kostela. Sehingga Komunitas Sastra Teater Lamongan konsisten bisa memperoleh penghargaan Anugerah Sutasoma dari Balai Bahasa Jatim," tutur Alang, Cantrik Kostela. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES