Peristiwa Daerah

Meski Sepi Pembeli, Pedagang di Pasar Buku dan Seni Velodroom Malang Tetap Bertahan

Rabu, 19 Oktober 2022 - 03:31 | 47.67k
Suasana Pasar Buku dan Seni Velodrom Malang (Foto: Laela Rohadatul Aisy/TIMES Indonesia)
Suasana Pasar Buku dan Seni Velodrom Malang (Foto: Laela Rohadatul Aisy/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGPasar Buku dan Seni Velodrom Malang semakin sepi pengunjung.

Pasar Buku dan Seni Velodroom ini terletak di tengah hutan Velodroom, tepatnya di samping pintu masuk arena balap sepeda motor khusus nomor track ini jalan Simpang Terusan Danau Sentani No.3, Madyopuro, Kecamatan. Kedungkandang, Kota Malang, Jawa Timur.

Advertisement

Pasar Buku dan Seni Velodroom merupakan pasar buku bekas yang menjual berbagai jenis buku mulai dari novel, majalah, buku sekolah anak, komik, buku kuliah, buku persiapan masuk kerja sampai buku buku tua yang mungkin kini jumlahnya di pasaran sedikit. Bahkan sudah tidak diproduksi kembali dengan harga yang murah.

Awal mula Pasar Buku dan Seni Velodroom tersebut berawal dari inisiatif para pedagang buku di sana yang tidak hanya sekedar menjual buku, tetapi dulunya terdapat pedagang yang suka menyalurkan kreativitas dengan melukis di botol dan membuat sketsa wajah sebagai media untuk berekspresi.

Pasar buku yang dibuka pada tahun 2009 ini, sampai sekarang tidak menunjukkan peningkatan dalam jumlah pengunjung. Kondisi tersebut semakin memperhatinkan ketika melihat beberapa kios di Pasar Buku dan Seni Velodroom yang tampak masih tutup saat siang hari, Selasa (18/10/22).

Ketua paguyuban pasar buku dan seni Velodroom Malang, Dodi Irawan mengaku bahwa ia dan teman- teman paguyuban merupakan pedagang kaki lima (PKL) yang dulunya terelokasi dari Jalan Sriwijaya, depan stasiun saat Peni Suparto jadi Wali Kota Malang.

“Kami di sini menjual buku yang sudah tidak dicetak ulang. Di sini juga terdapat dokumen serta arsipan lama. Meskipun ada beberapa buku yang masih baru, kita sebenarnya tidak terlalu mengikuti perkembangan buku baru, fokus kita menyelamatkan buku lama dan bagaimana buku serta dokumen tersebut tidak sampai hilang,” jelasnya.

Ia menambahkan, pasar buku ini merupakan upaya untuk melestarikan buku lama agar generasi ke depannya tidak kehilangan sejarah masa lalu.

Dodi Irawan juga mengungkap para pedagang mengeluhkan sulitnya akses pembeli menuju ke pasar buku dan seni Velodroom, serta kurang gencarnya promosi bahkan masih ditemukan sebagian orang yang tidak mengetahui keberadaan pasar buku dan seni Velodroom.

“Saya kesini mencari buku sekolah untuk adik saya. Sebelumnya, saya sudah sering ke Velodroom ini, tetapi ini kali pertama saya ke pasar buku dan seni karena saya lihat di sini bukunya banyak,” kata Sapta Andika salah satu pengunjung toko buku bekas di pasar buku dan seni Velodroom, Selasa (18/10/2022).

Sementara itu, Muhammad Abdurrahman, salah satu pedagang yang menjual berbagai macam majalah 90-an, sudah lebih dari 30 tahun berkecimpung dalam dunia penjualan buku. Ia juga turut merasakan dampak dari relokasi ke Velodroom ini, yaitu sepinya pengunjung.

Lelaki 50 tahun ini menyebutkan, pasar buku ini agak ramai pengunjung hanya pada hari tertentu saja, seperti hari minggu. Itu pun karena masyarakat sekitar Velodroom atau pendatang yang datang untuk berolahraga di kawasan Velodroom. Atau hanya sekedar berkunjung ke tokonya untuk membaca dan mencari majalah.

“Untuk majalah yang sering dicari para anak muda biasanya majalah otomotif, majalah remaja, majalah artis lama tahun 90-an seperti Nike Ardilla. Harga majalah di sini mulai dari 25 ribu hingga 50 ribu. Saya dapat stok majalah dari orang–orang yang berkeliling dari rumah ke rumah, jadi saya tinggal menunggu.”

Muhammad Abdurrahman berharap, pemerintah peduli dengan nasib para pedagang buku bekas di Velodroom. Pemerintah harus memiliki inisiatif penanganan ataupun jalan keluar untuk meramaikan Pasar buku dan seni Velodroom. Apabila memang di Velodroom sudah tidak memungkinkan ataupun tidak ada prospek untuk pasar perbukuan. Tempat tersebut, bisa dialihkan untuk tempat berjualan yang lain.

“Saya pribadi ingin dipindah dari sini, alangkah baiknya di tengah kota atau pusat keramaian. Sebab, apabila seperti ini terus, tidak akan ada generasi yang mau mengembangkan usaha seperti ini. Sepinya pembeli, membuat saya untuk tidak hanya berjualan di sini. Saya mulai merambah ke penjualan secara online di Facebook. Alhamdulillah, pemesan saya pernah ada yang dari Cina dan Malaysia,” tutup pedagang di Pasar Buku dan Seni Velodroom Malang ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES