Pemuda Bantul Produksi Kerajinan Tenun Sampah Plastik

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Tapi ditangan seorang pemuda asal Bantul, sampah kantong plastik disulap menjadi beragam produk kerajinan. Mulai dari anting, gelang dan aksesoris lain, hingga topi, tas, dan jaket. Kerajinan sampah plastik ini dijual mulai dari belasan ribu hingga ratusan ribu rupiah.
Adalah Diko Andri Kurniawan, warga Wirosutan Srigading Sanden Bantul yang berhasil merubah sampah menjadi berkah. Berawal dari kegelisahannya melihat limbah kantong plastik yang banyak di sekitarnya.
Advertisement
Tidak ingin sampah kantong plastik menjadi masalah bagi lingkungannya. Diko terus berupaya mencari solusi. Sampai akhirnya muncul ide membuat kerajinan dari sampah kantong plastik. Agar dapat tampil beda dari kerajinan daur ulang sampah lainnya. Maka dibuatlah kerajinan tenun dari sampah kantong plastik.
"Sekitar tahun 2020, muncul ide untuk membuat kerajinan tenun dari sampah kantong plastik",jelas lulusan UNY ini saat ditemui di tempat usahanya, Selasa (25/10/2022).
Menindaklanjuti ide tersebut, dibuatlah alat tenun bukan mesin untuk sampah kantong plastik, mengadopsi alat yang digunakan untuk membuat kain tenun. Setelah sempat beberapa kali gagal, akhirnya alat tenun sampah kantong plastik berhasil dibuat. Serta dapat berfungsi untuk menenun.
Sebelum ditenun, sampah kantong plastik dibersihkan terlebih dahulu. Lalu dipotong - potong memanjang seperti benang. Kemudian digulung dan siap ditenun. Pada perkembangannya, bahan baku tidak hanya terbatas pada kantong plastik. Namun juga bungkus detergen dan popok sekali pakai.
Proses meneneun sampah menggunakan alat tenun bukan mesin. (Foto: Totok Hidayat/TIMES indonesia)
Penggunaan bahan - bahan yang aneka warna ini semakin memperindah hasil tenunan. Selain memunculkan motif baru, juga memperkaya warna. Plastik yang sudah selesai ditenun, selanjutnya dikombinasikan dengan bahan lain. Untuk dibentuk menjadi berbagai produk fashion dan aksesoris.
Dalam sehari Diko dibantu dua rekannya mampu membuat 5 hingga 10 produk tas dan topi. Selain dipasarkan secara online di beberapa platform pasar digital. Produk kerajinan daur ulang sampah ini, juga dipasarkan secara offline di kota - kota di Jawa. Seperti Jakarta, Bandung, Bali dan Semarang.
Pemasaran produk ini bahkan difasilitasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY. Produk yang dijual dengan brand "Sawo Kecik" ini juga dipajang di gerai kerajinan Yogyakarta Internasional Airport (YIA). Produk kerajinan tenun sampah plastik ini juga turut dalam berbagai pameran kerajinan tingkat nasional. Baik yang digelar di Yogya maupun di luar Yogya.
Terkait ketersediaan bahan baku, tidak menjadi masalah. Menyusul terdapatnya bank sampah di setiap pedukuhan di Bantul. Melihat bahan baku yang melimpah, dirinya berupaya berinovasi untuk menciptakan kerajinan dari daur ulang sampah. Sehingga volume sampah yang dapat didaur ulang semakin banyak.
Galuh salah satu pembeli mengaku tidak percaya bila topi yang dipakainya terbuat dari sampah kantong plastik. Sebab hasil tenunannya menyerupai tenunan kain karena menghasilkan motif yang tidak kalah indah dibanding kain tenun. Dirinya baru percaya setelah melihat langsung proses pembuatannya.
ASN di lingkungan Pemkab Bantul ini, mengaku kagum dengan upaya Diko karena dapat mengubah masalah menjadi berkah dengan menyulap sampah menjadi produk kerajinan. Selain dapat meningkatkan pendapatan, kerajinan sampah plastik ini sekaligus mendukung program Bantul Bersih Sampah 2025. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rizal Dani |