Peristiwa Daerah

Keren, Lintas Sektor di Banyuwangi Keroyokan Tangani Stunting

Kamis, 03 November 2022 - 18:18 | 31.32k
Kepala Dinsos PPKB Banyuwangi, Henik Setyorini, di Hotel Kokoon Banyuwangi. (FOTO: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)
Kepala Dinsos PPKB Banyuwangi, Henik Setyorini, di Hotel Kokoon Banyuwangi. (FOTO: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Berbagai lintas sektor mulai dari pemerintah, investor serta berbagai komunitas di Banyuwangi, keroyokan untuk menurunkan dan mengatasi masalah stunting.

Nampak, Pemerintah Kabupaten (Pemkab), Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia  (HIPMI), Persero Terbatas (PT), tim Pendamping Keluarga, tim Program Keluarga Harapan (PKH) serta seluruh lapisan masyarakat ambil andil dalam aksi mengurai masalah stunting ini.

Advertisement

Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (Dinsos PPKB), Henik Setyorini mengatakan, pihaknya melakukan peningkatan kolaborasi dan membangun sinergi dari semua stakeholder berbagai lintas sektor untuk menurunkan angka stunting.

"Kita bangun kolaborasi sinergi yang selama ini masih menjadi tanda tanya, bagi mereka yang bingung mau berbuat apa dan bagaimana," katanya usai mengikuti acara lokakarya peningkatan peran multistakeholder dalam pencegahan dan penurunan stunting di Hotel Kokoon Banyuwangi, Kamis, (03/11/2022).

Menurutnya, dengan cara bergotong royong yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat ini tentu akan lebih mudah untuk menurunkan stunting di Banyuwangi.

Menurut catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi, pada tahun 2021, kasus stunting di Kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu sempat menyentuh angka yang cukup tinggi, yaitu 4.371 kasus. Sedangkan per Agustus 2022, menurun hingga tersisa hanya 2.704 kasus saja.

Artinya, program Banyuwangi Tanggap Stunting (BTS) yang dilaunching oleh Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, cukup membuahkan hasil yang signifikan.

"Dengan hasil kerja kita bersama, lewat program BTS cukup konkrit dalam menurunkan angka stunting secara signifikan. Tetapi, kita tidak boleh bangga dengan hasil itu," ujar Henik.

Maka dari itu, Henik berharap, para pengusaha atau PT yang ada di Banyuwangi harus mampu mengampu Corporate Social Responsibility (CSR) untuk menangani stunting.

"Kalau dari pengusaha dia mempunyai CSR mereka harus bisa menanggulangi stunting," tuturnya.

Semoga nanti, lanjut Henik, seluruh stakeholder yang ada mampu menjadi bapak asuh. Dalam arti mampu mengalokasikan dana CSR untuk anak stunting setiap bulan.

"Nanti terkait cara penyampaiannya seperti apa kepada anak-anak stunting bisa dikoordinasikan. Misalkan melalui pedagang sayur atau bisa juga yang lain. Dan yang terpenting kita pastikan anak-anak di Banyuwangi tercukupi kebutuhan gizi mereka. Agar tumbuh kembangnya bagus," jelasnya.

Henik memaparkan, perkara stunting merupakan permasalahan yang kompleks. Artinya, melihat stunting tidak hanya dari faktor kurang gizi pada anak. Melainkan, juga terkait pola asuh, sanitasi, kondisi tempat tinggal dan ketersedian air bersih yang dikonsumsi juga merupakan faktor kunci yang mempengaruhi tingginya penanggulangan angka stunting.

Sebagai informasi, dalam program BTS, secara keseluruhan dilakukan dengan terperinci. Program BTS terbagi menjadi beberapa bagian. Pertama adalah tahap pencegahan, yang dimulai dari saat pernikahan. Calon pengantin diwajibkan mengisi aplikasi Elsimil atau elektronik siap nikah dan siap hamil. Disitu terdapat daftar pertanyaan yang harus diisi oleh calon pengantin.

"Sebelum akad nikah dipastikan calon pengantin harus sudah mengisi data-data di aplikasi itu," cetusnya.

Hasil dari pendataan menjadi indikator kesiapan calon ibu untuk menjalani proses kehamilan. Calon ibu akan mendapatkan sebuah sertifikat elektronik yang memiliki kode warna. Diantaranya warna merah yang berarti perlu pendampingan intens dan warna hijau yang mengartikan pendampingan ringan.

"Ketika masuk ke aplikasi nanti akan otomatis ngelink ke masing-masing pendamping yang ada di kecamatan. Pendamping berperan sentral untuk memastikan kesiapaan kehamilan dan kondisi saat hamil. Mulai dari 0 sampai 2 tahun angka kehidupan atau 1000 hari pertama kehidupan masih dalam bentuk janin," terangnya.

Salah satu yang dijaga oleh pendamping adalah pemenuhan nutrisi bagi calon ibu maupun ibu hamil.

Diketahui, dalam rangka menekan angka stunting, Pemkab Banyuwangi juga memilki program lanjutan yang bertujuan untuk melakukan pemenuhan nutrisi guna menekan angka stunting. Salah satunya adalah lewat program 'Belanja Tanggal Cantik Aparatur Sipil Negara (ASN)' yang dilakukan setiap satu bulan sekali.

Dimana pada setiap tanggal cantik , ASN akan memborong bahan pokok dan makanan bernutrisi untuk dibagikan kepada anak stunting serta calon ibu dan ibu hamil yang berpotensi memiliki janin stunting.

Pembagian bahan makanan tersebut,  merujuk pada nama dan alamat atau by name by address dari data penderita stunting.

Di sisi lain, program 'Belanja Tanggal Cantik ASN' itu sebagai salah satu bentuk gerakan Banyuwangi Rebound. Di mana gerakan tersebut merupakan salah satu wujud tangani pandemi, pulihkan ekonomi serta merajut harmoni. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES