Peristiwa Daerah

Jaga Kewaspadaan, Jurnalis Diajak Kenali Konten Hoaks Audio

Minggu, 13 November 2022 - 21:18 | 15.15k
Pelatihan cek fakta pada sejumlah jurnalis radio di wilayah eks karisidenan Kediri. (FOTO: Yobby/TIMES Indonesia)
Pelatihan cek fakta pada sejumlah jurnalis radio di wilayah eks karisidenan Kediri. (FOTO: Yobby/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, KEDIRI – Laju teknologi informasi yang makin kencang, membuat hoaks juga turut berkembang. Dengan semakin banyaknya platform sosial media, baik itu yang berbasis foto, video, ataupun audio , konten-konten misinformasi dan disinformasi (informasi salah dan informasi palsu) kini juga muncul dalam bentuk audio.

Dengan kemunculan hoaks dalam bentuk audio, masyarakat diharapkan bisa lebih waspada. Karena hoaks versi audio, tak kalah berbahaya dari hoax dalam bentuk visual (foto atau gambar) dan audio visual (video). Terutama jelang tahun politik 2024 nanti, diprediksi konten-konten hoax akan bermunculan untuk saling menjatuhkan lawan politik masing-masing.

Advertisement

Membantu masyarakat untuk lebih mengenali hoaks dalam bentuk audio, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri berkolaborasi dengan situs cekfakta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO), serta didukung oleh Google News Initiative memberikan pelatihan cek fakta pada sejumlah jurnalis radio di wilayah eks karisidenan Kediri.

Digelar 2 hari, setidaknya 15 jurnalis radio ambil bagian dalam pelatihan yang juga mendorong jurnalis radio bisa memproduksi konten cek fakta berbasis audio.

"Teman-teman jurnalis radio diajak untuk belajar mengidentifikasi, dan setelah itu bisa meluruskan disinformasi dan misinformasi yang sudah beredar," tukas Ketua AJI Kediri Danu Sukendro, Minggu, (13/11/2022). 

Danu menuturkan kemudahan dalam mengakses internet disertai kekhawatiran masyarakat akan juga makin cepat terpapar pada disinformasi dan misinformasi. Karena semakin cepat informasi didapat,  persebaran informasi palsu atau salah juga semakin cepat terjadi.

Lewat pelatihan ini, para jurnalis radio, terutama penyiar bisa semakin paham dan bisa mengenali konten hoax. Dengan begitu para jurnalis bisa  terhindar dari penyebaran hoax audio. Apalagi hoax audio yang muncul tak jarang memiliki suara mirip dengan tokoh tertentu.

Selain itu, setelah mengikuti pelatihan ini, para jurnalis radio diharapkan bisa menerapkan cek fakta dalam program mereka sebagai salah satu langkah untuk memerangi hoax. "Edukasi mengenai cek fakta perlu selalu dilakukan bertujuan agar masyarakat dapat terhindar dari informasi palsu," tambah Danu.

Sementara itu, salah satu trainer, Artika Rahmi Farmita menuturkan untuk mengenali hoax dalam bentuk audio ataupun hoax dalam bentuk foto dan video sebenarnya tidak jauh berbeda. Salah satu yang dicontohkan adalah usai terjadinya Tragedi Stadion Kanjuruhan, konten disinformasi yang menyebar melalui WhatsApp audio."Harus selalu perlu diwaspadai," tegas Artika.

Hari pertama kegiatan, Sabtu, (12/11/2022) para jurnalis radio dipaparkan penjelasan tentang serba serbi hoax. Mulai dari bagaimana mengenali jenis-jenis hoax, alasan kenapa hoax disebar, dan juga memahami kenapa ada masyarakat yang mempercayai hoax. "Juga bagaimana kita bisa meyakinkan dan mencegah agar masyarakat menyebarkan hoax lebih luas lagi," ujar Artika.

Sementara itu di hari kedua fokus pada pengenalan beberapa tools serta sejumlah website yang bisa digunakan untuk verifikasi cek fakta, kemudian mengenalkan keamanan digital, serta etika saat melakukan cek fakta.

Para jurnalis radio juga diajak untuk mengasah  keterampilan dalam mengenali informasi digital, disinformasi-misinformasi, serta mengenali cara melakukan debunking audio (membongkar audio yang diduga adalah hoax).  "Juga diskusi dengan teman-teman jurnalis radio bagaimana membuat konten fakta di radio masing-masing," tutur Artika lagi.

Ia menambahkan sebagai salah satu media massa dengan kepentingan mengedukasi publik, radio punya memiliki peranan penting untuk mengedukasi para pendengarnya. Selain itu radio, lebih bisa menjangkau masyarakat yang ada di pelosok.

Karena itu fungsi jurnalis dibutuhkan agar penyebaran hoax tidak malah membesar dan masyarakat makin tahu hoax tersebut. "Mengajak masyarakat untuk lebih hati-hati ketika menerima informasi dalam bentuk apapun," ujar Artika lagi.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Irfan Anshori
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES