Peristiwa Daerah

Menilik Fenomena FWB yang Mulai Marak di Malang

Rabu, 16 November 2022 - 14:16 | 165.42k
Ilustrasi pasangan. (Foto: Pixabay)
Ilustrasi pasangan. (Foto: Pixabay)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANGFriends With Benefit (FWB) atau jalinan hubungan tanpa ikatan yang jelas, kini memiliki arti menjurus ke pemenuhan hasrat biologis. Fenomena yang marak di kalangan anak muda ini yang ternyata sudah merambah di wilayah Malang.

Jika dahulu kita tahu ada tren yang disebut Teman Tapi Mesra (TTM), kini muncul tren FWB yang dinilai memiliki perbedaan dengan TTM.

Advertisement

Jika TTM lebih menjurus kepada suatu hubungan tanpa status untuk bisa saling menguntungkan, tren FWB sendiri lebih diartikan sebagai hubungan tanpa status untuk saling menguntungkan, namun lebih berorientasi kepada hasrat seksual.

Psikolog Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Fuji Astutik mengatakan bahwa dia sudah pernah mendapati sejumlah penyintas FWB yang berkonsultasi kepadanya.

Berkaca pada tren, Fuji menganggap fenomena FWB ini perlu diwaspadai. Sebab, aktivitas FWB ini bukan sekadar pertemanan biasa. Namun mereka lebih mencari sosok yang dibutuhkan, bahkan mengarah ke pemenuhan hasrat seksual tanpa status.

"Munculnya perilaku ini (FWB) perlu kita waspadai. Jangan sampai kemunculan perilaku FWB, karena kebutuhan psikologis yang sebenarnya bukan itu yang kita butuhkan," ujar Fuji, Rabu (16/11/2022).

Ia mengatakan setiap orang memang mempunyai hak atas tubuhnya. Namun, aktivitas FWB ini dinilai menyalahi norma-norma lingkungan bahkan budaya, khususnya di Indonesia. Karenanya, fenomena FWB ini dianggap kurang pantas.

Apalagi, lanjut Fuji, akan ada potensi atau dampak berbahaya jika fenomena FWB ini dibiarkan begitu saja. Salah satunya berpotensi merebaknya penyakit HIV.

Hal ini didasari, sejumlah pelaku FWB akan bergonta-ganti pasangan sesuai yang mereka butuhkan.

"Saran saya, kita perlu tanya pada diri sendiri, apakah memang benar itu yang kita butuhkan," ungkapnya.

Sejauh ini, kata Fuji, kebanyakan orang tidak tahu apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Oleh karenanya, para pelaku FWB ini akan sering bergonta ganti untuk memenuhi hasrat yang mereka butuhkan.

"Cara itu (FWB) tidak akan ada habisnya. Misal, selesai dengan satu orang, dia akan mencoba dengan orang lain dan orang yang lain lagi. Tentu itu riskan terjadi penularan penyakit dan kebutuhan itu tidak akan ada selesainya," bebernya.

Sejauh yang Fuji temui, kebanyakan para pelaku FWB ini merasa kurang kasih sayang ataupun masalah pribadi. Apalagi, didukung dengan lingkungan sekitar juga bisa menjadi pengaruh besar dengan apa yang dilakukan.

"Hidup kita akan dipengaruhi masa lalu dan dengan siapa kita berinteraksi saat ini. Awalnya mungkin tidak berpikir melakukan FWB, tapi kalau dia melihat lingkungan sekitar melakukan, itu bisa jadi dia akan ikutan," tuturnya.

Oleh sebab itu, Fuji menyarankan agar mereka para pelaku FWB bisa melakukan konsultasi kepada para ahli. Seperti kepada konselor, psikiater maupun psikolog.

"Jadi kita harus tahu, memahami dan mengerti apa yang kita mau. Jangan sampai kebutuhan itu diselesaikan dengan hal yang justru menambah masalah," tuturnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES