Kilas Sejarah Muhammadiyah, Berdiri Jauh Sebelum Indonesia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar Muktamar ke-48 Muhammadiyah. Dalam sejarahnya, Muhammadiyah merupakan organisasi yang usianya lebih tua dibandingkan Kemerdekaan Indonesia itu sendiri.
Organisasi gerakan islam modern yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 di Kauman, Yogyakarta ini telah genap berusia 110 tahun.
Advertisement
Dilansir dari situs resminya, Muhammadiyah secara bahasa berarti “pengikut Nabi Muhammad”. Penggunaan kata Muhammadiyah dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dalam Tanwir Muhammadiyah. (FOTO: Moh. Ramli/TIMES Indonesia)
Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan merupakan manifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan pendirinya yaitu K.H. Ahmad Dahlan.
Dilansir dari film Sang Pencerah yang merupakan film tentang kisah nyata pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan yang sebelumnya bernama Muhammad Darwis adalah sosok kiai alim, cerdas, dan berjiwa pembaru.
Nama Ahmad Dahlan sendiri didapat saat haji dan belajar di Makkah, Arab Saudi dan sekembalinya ke tanah air, putra dari pasangan K.H. Abu Bakar dan Siti Aminah ini merestui penggunaan nama Ahmad Dahlan.
Embrio kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kiai Ahmad Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo.
Seperti diceritakan dalam film Sang Pencerah, Ahmad Dahlan sebelum mendirikan Muhammadiyah, dirinya bergabung dengan gerakan Boedi Oetomo dan dalam perjalanannya, Ahmad Dahlan menjadi guru agama islam di Kweekscholl Jetis.
Nama Muhammadiyah sendiri merupakan usulan dari kerabat dan sekaligus sahabat Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu. Setelah melalui shalat istikharah, Ahmad Dahlan memutuskan menggunakan nama Muhammadiyah sebagai nama organisasi perkumpulannya.
Kiprah Muhammadiyah
Muhammadiyah yang didirikan oleh Ahmad Dahlan memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, Ahmad Dahlan juga memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut "Sidratul Muntaha". Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan. Pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa.
Selain memberikan kegiatan kepada laki-laki, pengajian kepada ibu-ibu dan anak-anak, Ahmad Dahlan juga mendirikan sekolah-sekolah. Pada tahun 1913-1918 Ahmad Dahlan telah mendirikan sekolah dasar sejumlah 5 buah, tahun 1919 mendirikan Hooge School Muhammadiyah ialah sekolah lanjutan.
Hingga tahun 2022 berdasarkan data dari laman resmi Dikdasmen PP Muhammadiyah, Muhammadiyah telah memiliki 3.334 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia mulai dari jenjang SD, SMP hingga SMA ataupun SMK.
Sedangkan untuk jenjang perguruan tinggi sendiri, berdasarkan data Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah (Diklitbang), hingga Oktober 2022 ini, total terdapat 172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) yang meliputi universitas, sekolah tinggi, akademi, institut, dan politeknik.
Muktamar Muhammadiyah ke-48
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-48, yang diawali dengan Sidang Tanwir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan terima kasih atas partisipasi semua pihak untuk mensukseskan Muktamar.
"Atas nama PP Muhammadiyah, saya menyampaikan terima kasih pada panitia penerima dan panitia pusat, SC, dan panitia pemilihan serta seluruh pimpinan wilayah, daerah, cabang, ranting dan amal usaha serta ortom, majelis lembaga dan biro yang telah berpartisipasi dan sepenuhnya menjalankan tugas untuk melaksanakan Muktamar, termasuk di dalamnya Tanwir hari ini sebagai amanat Persyarikatan untuk membawa Muhammadiyah makin maju pada masa yang akan datang," ucap Haedar Nashir dalam pembukaan Tanwir di Surakarta, Jumat (18/11/2022).
Haedar Nashir mengungkapkan, meski dalam masa kepengurusannya dilanda Pandemi Covid-19, dirinya syukur karena amanat Muktamar Makasar untuk mentransformasikan wajah Muhammadiyah supaya lebih maju, modern, dan profesional berhasil terwujud atas semangat ta’awun dan sistem organisasi kolektif kolegial yang kokoh.
"Alhamdulillah kami jadi saksi gerakan Muhammadiyah lima tahun terakhir ini dari jamaah, ranting, cabang, daerah, wilayah dengan seluruh komponen bergerak berirama, dinamis dan ada dinamika tetapi semuanya membawa pada perubahan-perubahan ke arah yang berkemajuan. Sampai kami memformulasikannya pada hari-hari jelang Muktamar saja, tiada hari tanpa peresmian, tiada hari tanpa groundbreaking peletakan batu pertama, dan tiada hari tanpa kegiatan yang menunjukkan etos kemajuan Muhammadiyah," ungkap Haedar Nashir. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |