Culture Project Membawa Pesan Soal Palu di Panggung Kebangsaan Munas XI KAHMI

TIMESINDONESIA, PALU – Grup Band Culture Project salah satu grup band asal Kota Palu tampil memukau di Panggung Kebangsaan Musyawarah Nasional XI Korps Alumni HMI ((Munas XI KAHMI) yang terletak di sisi kanan venue Sriti Convention Hall.
Penampilan salah satu band asal Palu yang pernah tampil di Java Jazz Tahun 2022 ini disaksikan ratusan delegasi Munas KAHMI dari berbagai daerah di Indonesia pada Sabtu, (26/11/2022) malam.
Advertisement
Grup yang beranggotakan Zhul Usman (Vokal), Cliff Mokosandi (drum) Umariyadi Tangkilisan (gitar), Ayuba Lapangadong (bass), dan Ryan Fauzi Ashari (gitar) mampu menghipnotis dan membuat penonton berdecak kagum dengan genre popular world music. Liriknya membawa pesan tentang daerah Palu.
Ada lima lagu-lagu disuguhkan masing-masing Matahari, Darurat, Paludilupa, Porelea, Aku Cinta Negeri Ini Walau Sering Menjengkelkan (ACNIWSM).
“Konsernya luar biasa. Tidak kalah dengan konser musik modern lainnya. Ini kali pertama saya menonton langsung pertunjukan grup musik Culture Project. Aransemen musiknya apik dan berkelas,” kata Rofiq salah satu utusan KAHMI Papua.
Performance Grup Band Culture Project salah satu grup band asal Kota Palu di Panggung Kebangsaan Munas Kahmi. (Foto : Sarifah Latowa/Times Indonesia)
Rofiq mengaku sangat senang dapat menyaksikan konser musik lokal yang ada unsur etniknya. Apalagi, kata dia, liriknya menggambarkan fenomena sosial yang ada di daerah ini.
Rofiq bukan satu-satunya yang mengomentari penampilan musik itu sangat bagus. Ahmad Banjir, mantan Ketua Oi Kota Palu mengatakan, lirik lagu yang disajikan Culture Project mengandung aroma kritik yang sangat menarik.
“Negeri ini butuh kritikan untuk mengawal cita-cita pembangunan. Semoga band ini dapat terus menciptakan karya-karya terbarunya,” ujarnya.
Ahmad Banjir mengaku malam ini, baru pertama kali Ia melihat langsung performance Culture Project. Lewat lagu-lagu Culture Project ini, Ia berharap dapat merangsang jiwa kritis generasi muda yang ada di Sulawesi Tengah.
“Awalnya saya berfikir ini hanya konser biasa, ternyata kemampuan musikalitasnya luar biasa. Tidak kalah dengan penampilan grup musik popular yang ada di kota-kota besar,” ucapnya.
Umariyadi Tangkilisan atau yang biasa disapa Adi Tangkilisan gitaris Culture Project mengaku senang bisa tampil di Panggung Kebangsaan Munas KAHMI. Bagi Adi, ini kesempatan yang baik bagi mereka memperkenalkan lagu-lagu Culture Project kepada banyak khalayak. Apalagi, tamu yang hadir dalam kegiatan KAHMI ini datang dari berbagai daerah yang ada di Indonesia.
“Semoga semua tamu yang hadir dalam Munas KAHMI sempat menonton pertunjukan musik kami dan dapat menikmatinya. Harapan kami, mereka bisa memahami makna dari setiap lirik musik yang kami tampilkan,” ujarnya.
Adi menjelaskan setiap lagu yang mereka bawakan mengandung fenomena sosial yang ada di Kota Palu. Seperti, Paludilupa yang berisi pesan kritik kedaulatan.
“Lewat lagu Paludilupa, kita mengingatkan agar manusia jangan melupakan kendali untuk diri sendiri. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa Palu adalah simbol dalam menentukan keputusan. Jadi, soal mengambil keputusan kita jangan bergantung kepada orang lain,” jelas Adi.
Performance Grup Band Soraya Abshor di Panggung Kebangsaan Munas Kahmi. (Foto : Sarifah Latowa/Times Indonesia)
Selain Paludilupa, lagu lainnya adalah Matahari yang terbuang percuma, Darurat (tundadatatunda), Porelea soal kebudayaan dan kearifan lokal di desa yang sudah hilang, dan ACNIWSM (Aku Cinta Negeri Ini Walau Sering Menjengkelkan).
“Lagu ACNIWSM ini bicara soal anugerah kekayaan alam Indonesia, gunung, hutan, tanah, laut milik siapa? Hasilnya untuk siapa?,” bebernya.
“Pertunjukan kami malam ini adalah kesempatan baik bagi Culture Project untuk bisa berdialog lewat musik,” tambahnya.
Selain Culture Project, ada beberapa penampilan grup band lokal asal Palu yang tak kalah menarik mengisi Panggung Kebangsaan Munas Kahmi. Yaitu, Grup Band Salibow Ensembel, Soraya Abshor.
Tidak hanya itu, Panggung Kebangsaan juga diisi dengan Puisi Forhati, Puisi Kebangsaan DKST, dan orasi-orasi para bakal calon presidium majelis nasional KAHMI.
Munas KAHMI yang digelar di Palu Sulawesi Tengah, menarik minat banyak pihak. Selain karena dihadiri oleh kontingen dari seluruh Indonesia, Munas XI KAHMI ini menarik karena pertarungan elit organisasi memperebutkan presidium KAHMI.
Berbeda dengan Munas sebelumnya, Munas XI KAHMI di Palu ini menghadirkan Panggung Kebangsaan. Ini baru dilakukan sepanjang sejarah Munas KAHMI. Panggung Kebangsaan dibuat sebagai panggung dari KAHMI untuk masyarakat umum.
“Kita sengaja buat suasana panggung kebangsaan seperti ini, agar masyarakat umum dapat mengakses Munas XI KAHMI dan ikut terlibat di dalamnya,” kata Soemarno Wahab.
Soemarno Wahab kemudian berterima kasih kepada MD KAHMI Donggala yang telah menyuguhkan tontonan apik untuk masyarakat Kota Palu dan sekitarnya.
Panggung Kebangsaan di Munas XI KAHMI, dapat menjadi contoh bagi tuan rumah munas selanjutnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sholihin Nur |