Tak Mau Kebanjiran, Warga Probolinggo Gotong Royong Buat Tanggul Darurat

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Warga Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, bergotong royong membuat tanggul darurat di Sungai Laweyan yang melintasi desa tersebut untuk mencegah banjir, Jumat (2/12/2022).
Gotong royong dilakukan untuk mencegah banjir akibat luapan Sungai Laweyan seperti tahun lalu. Kala itu, air sungai dengan lebar 25 meter dan panjang 16,70 kilometer tersebut meluap dan menggenani permukiman warga.
Advertisement
Banjir luapan Sungai Laweyan saat itu, berulang kali menggenangi rumah-rumah warga selama hampir sepekan. Terutama di Dusun Wringin, RT 5 dan 6 RW 4, Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas.
Sekitar 50 orang warga terlibat dalam gotong royong pembuatan tanggul darurat. Mereka memasukkan tanah ke dalam 650 sak yang disediakan pemerintah desa setempat. Ratusan sak berisi tanah ini, kemudian ditata di sepanjang tepi Sungai Laweyan dan menjadi tanggul darurat.
Tanggul darurat terutama dibuat pada titik luapan Sungai Laweyan dalam bencana banjir tahun lalu.
“Karena tidak ingin kejadian tersebut terulang kembali, maka warga berinisiatif untuk gotong royong membuat tanggul darurat. Jadi ini murni inisiatif dari warga. Pihak desa hanya memfasilitasi sak atau karungnya,” kata Kepala Desa Tambakrejo Arifin.
Arifin mengatakan, gotong royong pembuatan tanggul darurat ini dilakukan supaya kejadian tahun 2021 lalu tidak terulang kembali. Waktu itu selama hampir seminggu, wilayah Desa Tambakrejo tergenang banjir sampai sembilan kali akibat luapan Sungai Lawean.
Menurut Arifin, saat ini kondisi tanggul di Sungai Lawean sudah tidak tinggi lagi akibat dari pendangkalan dasar sungai. Sementara untuk pengerukan itu menjadi kewenangan dari Provinsi Jawa Timur.
“Warga sangat berharap agar sungai Lawean ini bisa segera dilakukan pengerukan agar supaya ketika debit air naik tidak sampai meluap ke rumah-rumah warga. Sebab bukan hanya luapan air saja, tetapi bersama dengan lumpurnya,” jelasnya.
Arifin mengaku sangat bangga karena masyarakat sangat kompak melakukan gotong royong membuat tanggul darurat. Dengan gotong royong, pekerjaan yang berat dan sulit akan terasa ringan dan cepat selesai.
“Semisal volumenya sepanjang 1000 meter. Maka dibutuhkan sebanyak 650 sak untuk dibuat tanggul darurat yang dikerjakan oleh 50 orang. Jika harus bayar, maka dibutuhkan biaya kira-kira sebesar Rp 2,5 juta,” sebutnya.
Tapi dengan gotong royong, biaya yang diperlukan tak sebesar itu. “Semua dikerjakan bersama-sama demi kepentingan bersama,” terangnya.
Dengan gotong royong pembuatan tanggul darurat ini, Arifin mengharapkan agar bisa menahan air banjir supaya tidak meluap lagi ke rumah-rumah warga.
“Mudah-mudahan dengan adanya tanggul darurat ini, air sungai tidak masuk lagi ke pemukiman warga. Tentunya kami berharap segera dilakukan pengerukan supaya sungainya tidak dangkal,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terdapat 25 sungai yang melintasi wilayah Kabupaten Probolinggo. Sungai terpanjang adalah Sungai Rondoningo (95,20 kilometer). Kemudian disusul Sungai Pancarglagas (85,70 kilometer).
Dibandingkan 24 sungai lainnya di Kabupaten Probolinggo, Sungai Laweyan yang di antaranya melewati Desa Tambakrejo, Kecamatan Tongas, termasuk sungai pendek dengan panjang 16,70 kilometer. Namun tahun lalu, sungai ini meluap dan menggenangi rumah warga. Karenanya, warga membuat tanggul darurat. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |