Peristiwa Daerah

Menjaga Tradisi Kerukunan melalui Festival Liwetan GP Ansor Mojosari

Rabu, 07 Desember 2022 - 11:16 | 61.16k
Para peserta yang hadir dalam pengajian Selasa Legi ketika menikmati nasi liwet di Gedung MWC NU Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Selasa (7/12/2022) (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)
Para peserta yang hadir dalam pengajian Selasa Legi ketika menikmati nasi liwet di Gedung MWC NU Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Selasa (7/12/2022) (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Pengurus Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor menggelar pengajian rutinan hari Selasa yang dikemas dalam Festival Liwetan. Sebuah ajang lomba liwetan bagi para badan semi otonom (Banom) Nahdlatul Ulama di berbagai tingkatan di kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Rabu (7/12/2022). Uniknya, nasi liwet yang disajikan harus menu sederhana dan terbebas dari dari limbah kertas maupun plastik.

Ketua PAC GP Ansor Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Samsul Ma'arif mengatakan bahwa Tradisi liwetan, adalah gambaran betapa manusia tidak berbeda di depan makanan. Strata sosial menjadi lebur dan kesetaraan menjadi pegangan bersama. 

Advertisement

"Sebuah tradisi yang diyakini oleh banyak sejarawan berasal dari proses persebaran Islam di Nusantara ini banyak ditemukan di kalangan pesantren," terang Samsul.

Festival-Liwetan-2.jpgPeserta lomba festival liwetan yang membawa masakan ke hadapan dewan juri untuk dinilai di Gedung MWC NU Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Selasa (7/12/2022) (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)

Berbeda dengan Smokol, lanjut Samsul, pesta makan, di Manado. Liwetan disajikan dengan cara yang Egaliter. Beralas daun pisang dan duduk melingkar di lantai, maka posisi menikmati makanan adalah dengan duduk setengah jongkok. 

"Lain pula dengan tradisi Tionghoa Banciak, makan bersama, yang pada perjalanannya diadopsi dalam tradisi Jawa menjadi Bancakan. Liwetan kadang tidak butuh momentum khusus. Kala beberapa orang berkumpul dan tiba-tiba lapar, maka liwetan bisa saja mendadak diadakan," jelas Samsul.

"Yaitu, masak bersama bahu membahu dan gotong royong. Tempat memasak bisa jadi di halaman rumah dengan tungku yang dibuat sementara dan kayu bakar seadanya. Liwetan seringkali juga dilakukan oleh para pria, yang dalam stereotipe masyarakat Jawa kadang dinilai jauh dari dapur. Maka menu dan lauk menjadi sederhana dan mudah diolah," sambungnya.

Samsul menerangkan bahwa festival sederhana ini menjadi pengingat bagi banyak pihak bahwa Liwetan sudah banyak dilupakan. padahal banyak nilai-nilai dalam tradisi Liwetan.

"Ini mungkin menjadi Trigger (Pemicu, red) saja ya, untuk mengingatkan banyak pihak, terutama kalangan muda bahwa liwetan sudah dilupakan. Padahal nilai kerukunan (liwetan, red) itu yang kita rindukan Liwetan kecederungannya orang ngumpul kemudian ada isinya, tindak lanjutnya rata positif. target acara ini agar bisa memulai lagi tradisi liwetan,” ujarnya.

Dalam festival liwetan ini tampak para peserta menyiapkan menu-menu sederhana. Antara lain nasi liwet dengan menu sambel terong, nasi kuning, urap-urap dengan lauk pauk yang khas seperti tahu tempe bumbu kuning, telor bali, perkedel dan peyek teri. 

Festival-Liwetan-3.jpgTampilan nasi liwet yang akan dilombakan dalam festival liwetan yang dikemas dalam Ngaji Seloso Legi, Selasa (7/12/2022) (Foto: Thaoqid Nur/TIMES Indonesia)

Hasil penilaian tim dewan juri dari Festival ini, Juara 1 disabet oleh Muslimat NU Cabang Mojosari. Juara kedua diraih Fatayat NU Cabang Mojosari. Sedangkan juara ketiga diraih tim dari IPPNU cabang Mojosari. Masing-masing pemenang mendapatkan hadiah berupa uang tunai, serta peralatan kelengkapan kantor untuk dimanfaatkan oleh masing-masing lembaga.

Pengajian rutin selasa legi ini diawali dengan beberapa rangkaian acara. Pada selasa (6/12/2022) pagi, diawali dengan Khataman Alquran, pengobatan alternatif. Kemudian malamnya digelar pengajian yang diawali dengan pembacaan sholawat Nabi dan istighosah. Kemudian dilanjutkan dengan pengajian kitab Irsyadul Ibad, serta ceramah agama oleh Gus Sya’ban bin Ali Masyadi dari pondok pesantren Darul Hikmah Mojosari, serta bu Nyai Hj Elfi Ni’mah Hamidah dari Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES