Pekerjakan Disabilitas, Owner Burger Buto Mike Ragnar Raih Penghargaan Nasional

TIMESINDONESIA, MALANG – Mike Ragnar, owner dari Burger Buto, mendapatkan penghargaan dari Kementerian Ketenagakerjaan untuk Sektor Usaha Perdagangan/Restoran Kategori Perusahaan Sedang/Menengah pada Senin, 21 November 2022 lalu. Penghargaan ini karena Mike Ragnar banyak merekut karyawan dari kalangan disabilitas.
Mike mengatakan tak menyangka akan mendapatkan penghargaan tersebut.
Advertisement
Sejak 2015, perempuan lulusan Fakultas hukum, Universitas Widyagama Malang ini sudah mulai memperkerjaan pegawai difabel serta membuka peluang kerja dan pelatihan untuk warga difabel. Hal ini konsisten dilakukannya hingga kini tepat di 20 tahun Kedai 27 berdiri.
Ketika dirinya memperoleh penghargaan tingkat nasional Mike mengaku belum percaya diri. Mike juga bercerita di momen pada saat dirinya mendapatkan penghargaan tingkat Provinsi pada Oktober 2022 lalu juga sempat menangis. Saat acara itu, terdapat salah satu staff khusus kepresidenan yang ketika menyampaikan arahan sepanjang acara, suara stafsus yang ternyata tunarungu tersebut mirip dengan kondisi pegawainya.
"Bagi saya, penghargaan tersebut juga menjadi kado untuk ulang tahun ke-20 Kedai 27 yang jatuh pada 9 Desember 2022 lalu," ucapnya kepada TIMES Indonesia, Sabtu (10/12/2022).
Saat ini Burger Buto atau Kedai 27 yang terletak di Jl. Sarangan no. 27 Malang, memiliki 8 karyawan difabel grahita dan 2 difabel tunarungu dengan total 10 karyawan. Untuk grahita berat dilatih dan diajari di dapur khusus bernama dapur Bubuto bersama dengan para shadows atau pendamping.
Mike menceritakan kisah yang membuatnya merekut para disabilitas sebagai pegawai Kedai 27. Ketika itu, di tahun 2015, Mike mengalami kecelakaan kerja. Tiga jari tangan kirinya sempat terpotong ketika memotong ayam. Meski sudah tersambung, Mike tidak bisa menggenggam dengan sempura dan kesulitan mengambil barang atau memegang barang. Sejak saat itu, Mike berpikir jauh mengenai nasib orang-orang yang memiliki fisik tidak sempurna.
Mike mulai tertarik untuk mengetahui lebih dalam soal dunia difabel, dan mulai merekrut disabilitas untuk bekerja di warung makan miliknya.
Dalam mengajari para disabilitas tentu tidak mudah dan ada banyak kendala yang dihadapi seperti tiba-tiba bertengkar dengan karyawan yang lain, atau bahkan marah dan membanting barang-barang yang ada.
Mike yang tidak punya latar belakang pendidikan terkait hal ini mulai belajar cepat agar kondisi "dapur" Kedai 27 nyaman bagi para disabilitas.
Awalnya, mereka setiap hari diberi latihan bermacam-macam mulai dari yang sederhana, termasuk belajar menulis dan membaca.
Kemudian, pelatihan berlanjut pada level yang lebih tinggi seperti memasak hingga melayani pelanggan yang datang. Pelatihan terus dilakukan, karena karena mereka mudah lupa jika mereka sedang sedih atau tidak masuk bekerja.
Mike juga harus menjaga kondisi emosi dan suasana hatinya dalam menghadapi karyawan disabilitas grahita utamanya grahita berat. Perlakuan yang diberikan Mike juga bermacam-macam, tergantung seberapa parah kondisinya.
"Pokoknya kalau anak-anak sudah rewel, treatmentnya tidur siang dulu nih. Ini yang ringan, apa yang berat, apa yang sedang, jadi tergantung itu," tambahnya.
Di Kedai 27, pengunjung bisa membedakan pegawai disabilitas dengan yang tidak dengan tanda pin berwarna kuning. Pin ini bertujuan agar pelanggan tidak salah paham dengan mereka di sana.
Oada awalnya Mike menyembunyikan kondisi yang ada di kedainya dikarenakan takut jika pelanggan merasa tidak nyaman, yang akhirnya lambat laun dirinya berpikir untuk membuka semuanya tanpa menutupi fakta yang ada. "Syukur para pelanggan mengerti dengan hal tersebut, dan tetap setia datang ke Kedai 27," ucapnya.
Sampai saat ini pun Mike mengaku masih merasa khawatir karena mental karyawannya yang naik turun. Terlebih saat pandemi Covid-19 lalu ia menutup Kedai 27 selama 2 tahun. Sadar karena kebanyakan dari karyawan difabelnya adalah tulang punggung keluarga, ia akhirnya mempekerjakan mereka di dapur Bubuto dan Kedai 27 buka secara online. Karena kondisi situasi tersebut membuat karyawannya semakin lama bisa beradaptasi dan lebih dewasa, juga semakin dekat dengan dirinya.
Mike berharap kedepannya terus diberikan kesehatan agar bisa mendampingi para karyawannya yang spesial, dan bisa menciptakan hal-hal baru bersama mereka. "Saya cuma minta saya diberi kesehatan, supaya bisa terus mendampingi mereka, bisa berkarya terus bersama anak-anak. Karena anak-anak saya ini out of the box, yang luar biasa gitu, dan mereka disini selain punya teman-teman ya punya saya juga. Dan juga karena karya kolaborasi saya sama anak-anak disabilitas bisa bertahan sampai sekarang gitu," kata Mike.
Bersama dengan itu, Mike Ragnar, juga berharap pengusaha-pengusaha lain mempekerjakan para disabilitas. Harapannya adalah agar para disabilitas yang selama ini sering dikucilkan, bisa mendapat kesempatan yang lebih baik lagi dalam bekerja dan diperlakukan setara seperti orang normal lainnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |