Peristiwa Daerah

Empat Tarian Tradisional Pulau Sabu Raijua Penuh Makna Hidup

Senin, 26 Desember 2022 - 21:58 | 618.63k
Tarian tradisional yang dikenal penuh makna kehidupan bagi masyarakat Pulau Sabu Raijua. (FOTO: TIMES Indonesia)
Tarian tradisional yang dikenal penuh makna kehidupan bagi masyarakat Pulau Sabu Raijua. (FOTO: TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SABU RAIJUAPulau Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki empat tarian tradisional yang penuh makna kehidupan bagi masyarakat Sabu Raijua.

Empat tarian tradisional itu merupakan salah satu bentuk kepercayaan bagi masyarakat setempat di saat musim menanam hingga panen. Bahkan sebagai pelengkap dalam upacara ritual adat yang mengandung filosofi khas.

Advertisement

Pemerhati budaya Pulau Sabu Raijua Damianus, Senin (26/12/2022), menjelaskan, keempat tarian tradisional yang memiliki makna bagi kehidupan tersebut adalah tarian Pedoa, Ledo Hawu, Hoda, dan Habba Ko’o Rai.

Makna Empat Tarian Tradisional Pulau Sabu Raijua

Pertama adalah Pedoa yang merupakan tarian tak terlepas dari ritual yang biasa dilakukan masyarakat Sabu Raijua pada malam hari sebelum dilakukan Buhi pada besok harinya.

Pedoa juga diawali dengan ritual-ritual adat  disuguhkan dengan sirih pinang dan kelapa wangi (Kenana, Kelalla, dan Nyu Wau Manggi) di atas batu persembahan atau bahasa Sabu Raijuanya Wowadu Turu.

Salah-satu-gerakan-tari-tradisional-Pulau-Sabu-Raijua.jpgSalah satu gerakan tari tradisional Pulau Sabu Raijua. (FOTO: TIMES Indonesia)

 

“Sebelum melakukan  Pedoa ada Mone Pejo atau tokoh Pulau Sabu Raijua yang dituakan dan dianggap mengerti dalam tata cara ritual dengan melakukan koordinasi dengan para peserta yang hadir.  Peserta sudah siap dengan ketupat  dibuat dari daun lontar diberi isi kacang hijau untuk diikat di kaki agar berbunyi saat kaki dihentakkan,” ujarnya.

Tarian Pedoa, kata Ari, ada lantunan syair dari Mone Pejo  berisi puji pujian kepada sang pencipta alam semesta dan para leluhur karena telah memberikan kesuburan, kemakmuran, dan kelimpahan hasil panen ketika mereka telah berhasil memanen hasil tanaman padi baik jagung maupun kacang hijau.

Ari mengaku, pandangan masyarakat Sabu Raijua terhadap tarian Pedoa ini merupakan suatu ajang kebahagiaan terutama bagi para pemuda dan pemudi dibolehkan untuk saling bergandengan tangan satu sama lainnya. Dalam bahasa Sabu Raijuanya yakni Pegatti dengan caranya masing-masing melakukan gerakan dengan mendengarkan syair dilantunkan Mone Pejo.

“Tentunya tarian Pedoa ini selain memberi kesempatan bagi masyarakat agar mereka juga dapat menjajakan jualan hasil kebun mereka di tempat hiburan setelah lelah melakukan aktivitasnya. Sedangkan kegiatan Pedoa itu berlangsung selama tujuh hari,” tuturnya.

Kedua, kata Ari, Ledo Hawu. Tarian ini dilakukan dengan berpasang-pasangan antara pria dan wanita Pulau Sabu Raijua diiringi gong dan tambur dengan memasang giring-giring di kaki pria untuk dihentakkan serta lenggang. Sedangkan pandangan merupakan gerakan utama dalam tarian ini seperti gerakan para pria yang saling memotong hemala (klewang) yang menjadi perlengkapan atas tarian ini.

“Ledo Hawu ini juga disebut sebagai tarian untuk menjauhkan dari roh-roh jahat atau tolak bala yang menghantarkan arwah menuju tempat peristirahatan abadi,” jelasnya.

Ketiga, lanjut Ari, adalah Hoda. Tarian ini merupakan syair atau kidung yang berisi pujian dan permohonan kepada sang khalik dan para leluhur dalam melaksanakan ritual-ritual tertentu oleh masyarakat Pulau Sabu Raijua. Misalnya, dalam membangun rumah adat, upacara Tao Leo dan prosesi pelepasan arwah pada upacara Dabba atau Wolo Manu.

Keempat, lanjut Ari, adalah Habba Ko’o Rai. Tarian ini adalah untuk persiapan musim tanam menggunakan properti nyiru yang berisikan kacang hijau dan sorgum yang dijadikan bibit tanaman untuk musim baru.

“Jadi keempat tarian ini memiliki makna kehidupan bagi masyarakat Pulau Sabu Raijua,” pungkas Ari. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES