Artpressound Exhibition, Saat Seniman Muda dan Seniman Tua Dipertemukan Lewat Musik

TIMESINDONESIA, BATU – Bila seniman muda dan seniman tua dipertemukan lewat musik, hasilnya ? Deretan mahakarya yang sangat indah dan penuh warna bisa dinikmati sepanjang masa. Semua ini bisa kita temukan di Artpressound Exhibition yang diselenggarakan di Galery Raos, Kota Batu.
Disini seniman muda dan seniman tua bertemu menyajikan sebuah maha karya hasil interprestasi dan memvisualisasikan musik yang disodorkan kepada mereka. Maha karya ini dipamerkan mulai 30 Desember 2022 hingga nanti 31 Januari 2023.
Advertisement
Ada sederet nama seniman tua yang memamerkan hasil karyanya, ada Fajar Junaedi, ada Watoni, ada juga Zireng dan Sinyo. Sementara ada seniman muda yang memamerkan hasil karyanya seperti Africo, Bennol dan Helmi Berlian Amrullah juga memamerkan karyanya.
“Ada 40 seniman yang memamerkan hasil karyanya, mulai seniman dari kalangan muda hingga kalangan tua. Pameran ini merupakan tradisi rutin akhir dan awal tahun yang diselenggarakan oleh Yayasan Pondok Seni Batu,” ujar Helmi, penyelenggara kegiatan.
Karena tradisi, pameran ini setiap akhir dan awal tahun selalu dilaksanakan. Temanya berbeda dari tahun ke tahun. Tahun ini dipilih tema Artpressound Exhibition, dimana 40 seniman ini mendapatkan bagian lagu yang berbeda, kemudian direspon para seniman ini dengan menjadikan sebuah karya seni rupa berupa lukisan atau karya tiga dimensi.
Arpressound hadir untuk hawa pesan kemanusiaan yang menerjemahkan arti nyawa dan jiwa. Ada 13 lagu yang dipilih untuk kaledioshop tragedi kemanusiaan sepanjang tahun 2022. Serta spektrum yang dihadirkan adalah upaye Artpressound agar pesan kemanusiaan bisa tersampaikan secara utuh.
Sehingga siapa saja yang bisa belajar dari tragedi, bahwa setiap nyawa berharga bagi setiap esensi kehidupan. Karena hakikatnya, setiap Individu dengan individu lain oleh rasa kemanusiaan.
Menurutnya Artpressound hadir memberikan khasanah baru tentang proses kreatif sampai terlahirnya sebuah imaji yang kemudian diterjemahkan dalam sebuah karya seni yang bisa dinikmati oleh pecinta seni.
“Respon masyarakat melihat pameran cukup besar, hingga saat ini kurang lebih sudah ada 400 orang yang datang. Animonya sangat baik, bukan hanya masyarakat Kota Batu, tapi juga banyak dari luar kota saja,” ujarnya.
Meskipun para pengunjung dikenai harga tiket masuk sebesar Rp 5000 perorang tidak menyurutkan keinginan para pecinta seni untuk datang ke pameran.
“Dari evaluasi beberapa even, akhirnya memang diputuskan memberlakukan tiket masuk. Kalau yang biasa masuk ke gallery seni tidak kaget, tapi kalau masyarakat Kota Batu memang banyak yang kaget, karena selama ini tidak ada tiket masuk,” ujar Helmi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Sholihin Nur |