Kisah Monumen Palagan Tumpak Rinjing di Kabupaten Pacitan yang Mangkrak Tak Terawat

TIMESINDONESIA, PACITAN – Monumen Palagan Tumpak Rinjing yang berada di Desa Dadapan, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur terlihat mangkrak dan tidak terawat.
Monumen bersejarah berupa patung Jenderal Sudirman dan Supriyadi itu tampak usang berlumut dan sekelilingnya hanya ditumbuhi rumput ilalang menambah suasana kian memprihatinkan.
Advertisement
Patung yang menyimpan catatan perjalanan dua tokoh perjuangan dan beberapa tentara pada masa pergerakan nasional itu sendiri dibangun pada tahun 1980 silam.
"Pengerjaannya hanya memakan waktu 17 hari semasa Bupati Kusnan. Saya sudah menjadi perangkat desa," kata penjaga, Misno (74), Selasa (10/1/2023).
Minim Perhatian
Mantan Kades Dadapan, Misno (74) saat menceritakan pembangunan Monumen Palagan Tumpak Rinjing. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Pria yang pernah menjabat sebagai Kades Dadapan periode 1981-1994 itu mengungkapkan, sejak tahun 1996 kondisi Monumen Palagan Tumpak Rinjing jarang mendapat perhatian pemerintah, bahkan tidak pernah mendapat biaya perawatan sehingga kurang terurus.
"Soalnya tidak ada anggarannya, bangunan kan usulan dari pemerintah pusat. Letkol Ranu Wijoyo yang punya inisiatif membangun monumen," terang Misno.
Meski kepemilikan tanah sudah dilimpahkan kepada Pemkab Pacitan, lanjut Misno, namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut. Sehingga status keberadaan monumen bersejarah tersebut justru semakin kabur.
Sejak awal berdiri, tak pernah menerima bantuan kecuali sebuah alat pemotong rumput.
"Semua saya yang mengurus, termasuk bikin toilet. Pernah terima bantuan mesin rumput sekali dari Bupati Indartato," jelasnya saat ditemui TIMES Indonesia.
Tak banyak berharap, Misno kini hanya pasrah dengan keadaan. Banyak sisi bangunan yang perlu dilakukan pembenahan, bahkan beberapa talud yang menyangga pagar keliling monumen yang jebol masih dibiarkan begitu saja.
Sedangkan, tempat tersebut saat tahun ganjil dan momentum tertentu kerap digunakan sebagai upacara peringatan. Sesekali wisatawan luar daerah menyempatkan mampir untuk sekedar melihat-lihat.
Fakta Monumen Palagan Tumpak Rinjing
Patung Jenderal Sudirman dan Supriyadi yang dijadikan ikon Monumen Palagan Tumpak Rinjinh dikelilingi rumput ilalang liar (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Usai menghela nafas panjang, Misno kembali melanjutkan cerita saat pembangunan monumen yang berada tepat di pinggir Jalan Pacitan-Solo tersebut. Misalnya soal patung sang Jenderal. Dikatakan sempat diganti sebelum diresmikan. Padahal tinggal menunggu hari.
"Ternyata patung Jenderal Sudirman masih kurang mirip, oleh pihak keluarga kurang setuju, akhirnya diganti dengan yang baru seperti yang kita lihat sekarang," paparnya sambil mengingat.
Selain itu, Misno juga menyebutkan, jika dua truk yang mengangkut tentara Belanda juga sempat terjungkal dan tewas di sebuah jurang tak jauh dari monumen.
"Mati semua, sopirnya ditembak gerilyawan dan masuk jurang. Tahun 1990an bangkai truknya masih ada, sekarang sudah hilang, entah diambil siapa," ujarnya.
Sementara itu, informasi yang dihimpun TIMES Indonesia, saat perang gerilya melawan Belanda tahun 1949 silam, jumlah yang gugur diperkirakan sekitar 10 orang.
Dan Monumen Palagan Tumpak Rinjing menjadi salah satu tempat pertempuran terbesar di Kabupaten Pacitan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |