Peristiwa Daerah

Pernikahan Anak dan Dini di Kabupaten Probolinggo Tinggi, Ini Penyebabnya

Kamis, 12 Januari 2023 - 16:07 | 240.03k
Ilustrasi pernikahan. (Foto: pexels.com)
Ilustrasi pernikahan. (Foto: pexels.com)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGOPernikahan anak dan pernikahan dini di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, masih cukup tinggi. Bahkan angka pernikahan itu hampir mencapapi separuh dari jumlah pernikahan yang ada. Disinyalir, kondisi itu dilatari dari berbagai faktor, utamanya kemiskinan daerah.

Rata-rata angka pernikahan di Kabupaten Probolinggo setiap tahunnya, tidak lepas dari angka 8.000 hingga 8.400 pasangan. Sedangkan, angka pernikahan dini mencapai 35 persen dari jumlah total pernikahan. Begitu pula dengan jumlah pernikahan anak sebesar 15 persen.

Advertisement

“Parahnya, angka perceraian setiap tahunnya hampir mencapai 25 persen dari total angka pernikahan yang ada dalam tahun itu,” ungkap Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluargag Berencana atau DPPKB Kabupaten Probolinggo, dr. Anang Budi Youlijanto, saat dikonfirmasi, Kamis (12/1/2023).

Ia menyampaikan, tingginya angka pernikahan dini dan pernikahan anak tersebut dilatari dari berbagai faktor. Di antaranya kemiskinan, pendidikan buruk, media sosial, dan budaya lokal. Akan tetapi, angka kemiskinan daerah menjadi faktor penyebab utama tingginya angka pernikahan anak.

Hal itu bisa disaksikan pada daerah atau kecamatan setempat yang angka kemiskinannya tinggi. Rata-rata daerah tersebut juga memiliki angka pernikahan anak bawah umur dan pernikahan dini yang cukup tinggi. Namun, tidak semua daerah dengan angka kemiskinan tinggi itu berada di daerah pegunungan.

Salah satunya Kecamatan Sukapura, meski daerah tersebut berada di daerah pegunungan namun angka kemiskinannya kecil. Artinya, perekonomian masyarakat setempat masih cukup baik. Sehingga angka pernikahan dini di wilayah setempat tidak cukup tinggi.

“Daerah miskin yang ada di Probolinggo rata-rata ada di daerah terpencil dan jauh dari pusat kota. Karena di sana biasanya akses insfrastruktur sulit, pendidikan terbatas, dan banyak lainnya. Nah ini menjadi penyebabnya,” papar dr. Anang.

Selain angka kemiskinan, kata dia, adanya media sosial juga menjadi penyebab tingginya persoalan pernikahan dini. Contohnya, tontonan serial televisi yang menyajikan adegan pernikahan dini. Menurut dia tontonan itu merupakan promosi yang menyesatkan bagi masyarakat.

“Banyak artis atau anak tokoh agama yang dengan bangganya disiarkan atas pernikahan anak mereka yang menikah bawah umur. Itu promosi yang menyesatkan,” kata mantan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo tersebut.

Padahal, lanjut dr. Anang, adanya pernikahan dini itu menjadi muara dari berbagai persoalan keluarga yang terjadi saat ini. Ia mengibaratkan, pernikahan dini yang dilatari karena kemiskinan, juga akan menghasilkan kemiskinan. Tingginya angka perceraian juga dilatari dari adanya ketidakmatangan pasangan dalam menghadapi dinamika keluarga.

Oleh karena itu, masih kata dr. Anang, pihaknya masih konsen untuk mendorong pendewasaan usia nikah dan sangat getol untuk menjalin kursus pranikah bagi pasangan yang menikah. Agar mereka memiliki bekal sebelum menjalin keluarga.

“Harapan kami, kondisi ini dapat mengetuk hati seluruh stakeholder agar persoalan ini menjadi tugas bersama. Karena ini penting yang banyak menjadi muara dari munculnya fenomena persoalan keluarga saat ini, termasuk kenakalan remaja dan kenakalan orang. Itu dampak dari pernikahan dini dan pernikahan anak di Kabupaten Probolinggo,” paparnya.

Berita sebelumnya, sedikitnya ada 1.137 pernikahan anak di wilayah Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, sepanjang tahun 2022. Angka itu terlihat dari perkara dispensasi nikah yang dikabulkan Pengadilan Agama atau PA Kraksaan hingga akhir 2022. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES