Bubus Tebat, Tradisi Besemah Warisan Leluhur di Pagar Alam

TIMESINDONESIA, PAGAR ALAM – Bubus Tebat merupakan salah satu tradisi budaya warisan leluhur di Sumatra Selatan (Sumsel) yang cukup unik. Beberapa dusun di Pagar Alam, salah satunya Desa Bantunan, Kecamatan Pajar Bulan, yang turut melestarikan tradisi memanen ikan di tebat (sejenis danau).
Saat tradisi ini dimulai, Desa Bantunan dipadati oleh ratusan warga yang bersiap-siap dengan jaring, ember, alat tradisional ‘Saok’ hingga menggunakan tangan kosong untuk menangkap ikan di danau besar yang dikeringkan dengan kesepakatan warga setempat.
Advertisement
Acara bubus tebat ini dalam rangka memanen ikan dalam hitungan dan kesepakatan masyarakat di desa atau dusun setempat yang sudah cukup waktunya.
“Acara bubus tebat merupakan warisan leluhur atau puyang yang sangat bagus dan bermanfaat sekali sebagai bentuk kearifan lokal mengelola sumber daya alam, menjaga ketahanan pangan, menjaga persatuan, dan kekompakan, hingga melatih warga untuk saling menghormati dan mentaati aturan,” ujar Refdinal, salah satu pemerhati budaya Kota Pagar Alam, Selasa (17/1/2023)
Ia mengatakan, biasanya bubus tebat disandingkan dengan acara keagamaan atau nasional. Kegiatan yang biasanya dilakukan 1 tahun sekali ini, merupakan tradisi dari leluhur untuk mensyukuri karunia Tuhan.
Syukur yang dimaksud dalam hal sebagai kebutuhan pangan dan salah satu bentuk kebersamaan dalam suatu desa/dusun membantu sanak saudara dalam ketahanan pangan.
Refdinal mengatakan, kegiatan ini juga bentuk konservasi tradisional atau kearifan lokal dalam menjalani kesepakatan mematuhi aturan menjaga sumber daya alam dengan melarang mengambil ikan di tebat dalam jangka waktu tertentu.
Namun, lanjut dia, uniknya di sini masyarakat diperbolehkan memancing untuk keperluan sehari-hari secukupnya. Jenis ikan yang biasa didapatkan adalah ikan mujair, ikan mas, dan udang.
Warga yang ikut merupakan warga Dusun Bantunan dan sekitarnya bahkan ada juga dari Pagar Alam yang berjumlah sekitar 500-an orang, cukup banyak yang menyaksikan acara bubus tebat ini.
“Alangkah bagusnya tradisi ini dilakukan dalam dua tahun sekali sebagai potensi wisata tradisi dengan pengelolaan acaranya semenarik mungkin. Dengan demikian, bisa menghidupkan ekonomi kreatif di masyarakat setempat melalui kegiatan bubus tebat ini,” ucap Ref yang juga merupakan anggota lembaga adat Kota Pagar Alam ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |