Usia Pensiun Dinaikkan, Jutaan Warga Prancis Berunjukrasa
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Lebih dari 1 juta warga Prancis berunjukrasa di seluruh Prancis, mulai Kamis (19/1/2023) malam. Mereka menentang rencana reformasi sistem pensiun yang akan dilakukan Presiden Prancis, Emmanuel Macron.
Dalam proposal reformasi sistem pensiun itu menyebutkan, menaikkan usia pensiun dari 62 menjadi 64, dan itu yang dinilai salah satu paling kontroversial.
Demi membuat pelayanan transportasi, sekolah, dan kilang terganggu karena para pekerja keluar dari pekerjaannya. .Mereka berdemo dalam upaya menggagalkan perombakan pensiun Presiden Emmanuel Macron yang dinilai tidak populer itu.
Emmanuel Macron menegaskan, reformasi itu diperlukan untuk mereformasi sistem yang hampir mati.
Tetapi beberapa pakar pemerintah sendiri mengatakan sistem pensiun dalam kondisi yang relatif baik dan kemungkinan besar pada akhirnya akan kembali ke anggaran berimbang bahkan tanpa reformasi.
Dilansir France24, Kementerian dalam negeri Prancis menyebutkan sekitar 1,2 orang melakukan protes di seluruh Prancis, 80.000 di antaranya di Paris. Bahkan penyelenggara serikat memperkirakan jumlahnya mencapai 2 juta, dengan 400.000 protes di Paris.
Protes massa juga terlihat di kota-kota termasuk Lyon, Marseilles, Montpellier, Nantes dan di pulau Corsica di Prancis.
Emmanuel Macron yang sedang berkunjung ke Spanyol pada hari Kamis mengatakan pada konferensi pers, bahwa pemerintah bertekad untuk terus melanjutkan reformasi.
Lebih dari selusin orang ditangkap di sela-sela protes itu setelah anggota gerakan Blok Hitam anarkis melemparkan tong sampah, botol, dan bom asap ke arah polisi.
Serikat pekerja malam itu juga telah menyerukan pemogokan dan protes baru pada 31 Januari mendatang
Delapan serikat pekerja terkemuka mengadakan pertemuan Kamis malam setelah hari pertama protes massal mereka menentang rencana tersebut, dan mengeluarkan pernyataan bersumpah untuk melanjutkan tindakan mereka untuk mencoba membuat pemerintah mundur.
Philippe Martinez, kepala serikat pekerja CGT Prancis, mengatakan, bahwa "lebih dari 2 juta" orang ikut serta dalam protes Kamis menentang rencana reformasi pensiun pemerintah.
Kementerian dalam negeri Prancis belum mengeluarkan perkiraannya, tetapi kemungkinan jauh lebih rendah dari itu.
Sebagian besar dari hampir 200 orang yang protes di seluruh Prancis siang harinya digambarkan damai, dengan hanya beberapa pengecualian yang dilaporkan di Paris, Lyon dan Rennes.
"Di Paris, sekitar 30 orang ditangkap, sebagian besar anggota kelompok anarkis yang beranggotakan 1.000 orang Black Blocs yang mengenakan topeng, helm dan pakaian hitam," kata polisi. Polisi juga telah berhasil memisahkan kelompok tersebut dari demonstrasi utama.
Puluhan ribu orang yang turun ke jalan di kota Paris, reporter France24 menyebutkan, saat ini keadaannya sedikit lebih tegang karena pergerakan para pengunjukrass mencapai Place de la Bastille di ibu kota, saat matahari mulai terbenam.
"Kami telah mendengar beberapa ledakan keras yang mungkin berasal dari tabung gas air mata," katanya, seraya menambahkan bahwa banyak orang telah diblokir untuk memasuki alun-alun oleh polisi anti huru hara.
Bau gas air mata dan suara peluit keras-keras juga memenuhi udara.
Orang Prancis, yang selama ini pensiun di usia 62, khawatir bahwa kenaikan usia pensiun menjadi 64 itu akan menjadi erosi hak sosial mereka yang sangat penting bagi banyak orang di Prancis.
Beberapa orang mengikuti rapat umum tersebut menyatakan takut, bahwa mereka akan bekerja sampai mati. Hidup semakin suram, sementara biaya hidup juga sangat tinggi di Prancis.
Namun Presiden Prancis, Emmanuel Macron bertekad tetap akan mereformasi usia pensiun itu meski jutaan warganya protes. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |