Peristiwa Daerah

Kampung Pecinan Probolinggo, Garis Permukiman Umat Tionghoa di Bumi Banger

Sabtu, 21 Januari 2023 - 12:51 | 249.48k
Salah satu bangunan di jalan Dokter Sutomo, Kota Probolinggo ini bagian dari Kampung Pecinan Probolinggo. (Foto: Ishomuddin/TIMES Indonesia)
Salah satu bangunan di jalan Dokter Sutomo, Kota Probolinggo ini bagian dari Kampung Pecinan Probolinggo. (Foto: Ishomuddin/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Umat Tionghoa lebih dulu masuk ke Pulau Jawa, termasuk di Kota Probolinggo. Jauh sebelum penjajah Belanda datang. Kampung Pecinan Probolinggo adalah tempat bermukimnya masyarakat hokkian, plus merayakan Imlek saban tahunnya.

Kampung Pecinan Probolinggo terbagi di beberapa ruas jalan. Seperti jalan WR Supratman, jalan Dokter Sutomo, jalan Brigjen Katamso, jalan Letjen Suprapto.

Advertisement

Kampung Pecinan Probolinggo yang letaknya paling kental khas Tionghoa, yakni di jalan WR Supratman. Pasalnya, di ujung ruas jalan tersebut dibangun klenteng Tri Dharma Sumber Naga.

Jalan WR Supratman sendiri masuk wilayah administrasi kelurahan Mangunharjo, kecamatan Mayangan, kota Probolinggo.

Beberapa ruas jalan tersebut berada di sekitaran Kali Banger. Sungai besar yang jadi penghubung antara pelabuhan menuju permukiman dan pusat ekonomi di Kota Probolinggo, saat itu.

Dahulu, perahu-perahu besar dari pelabuhan bisa melintasi Kali Banger. Sementara kondisinya saat ini sangat amat memprihatinkan.

Kali Banger saat ini tak ubahnya saluran selokan. Sempit, kotor dan bau. Airnya pun menghitam. Sebagian alirannya berubah menjadi permukiman.

bangunan-di-jalan-Dokter-Sutomo-Kota-Probolinggo-a.jpg

Klenteng Tri Dharma Sumber Naga menjadi bukti keberadaan umat Tionghoa di Probolinggo. (Foto: Sri Hartini/TIMES Indonesia)

Kita kembali lagi ke cerita kampung bersejarah tersebut. Berdasarkan buku "Sejarah Kota Probolinggo 1746-1940" yang tersimpan di Museum Probolinggo, warga Tiongkok masuk ke Probolinggo karena urusan dagang. Sekali lagi, jauh sebelum VOC masuk Probolinggo pada tahun 1743.

Jalur laut menjadi jalur penting saat itu oleh para pedagang Tiongkok. Begitu juga saudagar dari Timur Tengah. Dari Pelabuhan Probolinggo, mereka kemudian mendekati permukiman melalui Kali Banger.

Tak heran jika di Kota Probolinggo juga terdapat wilayah yang disebut Kampung Arab. Saat ini, Kampung Arab di Kota Probolinggo terletak di jalan Wahidin, dan jalan Suyoso.

Khas Fasad Bangunan

Ada perbedaan bentuk bangunan rumah orang pribumi, kolonial Belanda, Timur Tengah dan rumah milik masyarakat Tionghoa. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh kultur dan budaya daerah asal masing-masing.  

Hanya bangunan di Kampung Arab saja yang tidak punya kekhasan, seperti rumah-rumah warga Tiongkok. Jadi, sulit dibedakan antara bangunan rumah warga asal Timur Tengah dengan rumah warga pribumi.

Untuk bentuk bangunan Belanda yang paling terlihat adalah ketinggiannya, dengan pilar-pilar penyangga berukuran besar.

Sementara untuk bentuk bangunan masyarakat hokkian, jelas terlihat punya kekhasan. Sepintas mirip dengan bangunan Belanda. Tapi, ketinggian rumah yang jadi pembeda paling mencolok.

Berdasarkan karya ilmiah oleh Diana Thamrin, dari Universitas Kristen Petra Surabaya, ada tiga tipe bangunan masyarakat Tionghoa di Kota Probolinggo. 

Pertama, bentuk bangunan dengan fasad simetris. Ciri khasnya pada tipe pertama ini yakni adanya tiga pintu depan. Di depan pintu terdapat teras memanjang. Contohnya pada rumah-rumah di jalan Brigjen Katamso.

Kedua, fasad bangunan dengan laggam khas Eropa. Bedanya, di teras depan terdapat ruang khusus kantor. Contohnya pada bangunan di jalan Dokter Sutomo, Letjen Suprapto dan A. Yani.

Ketiga, bangunan fasad tanpa teras. Bangunan ini sebenarnya mirip dengan tipe kedua. Hanya saja tidak ada teras. Sementara kantor di bagian depan tetap ada.

Bentuk bangunan rumah di Kampung Pecinan Probolinggo memang terbagi dalam tiga tipe. Namun ketiga tipe tersebut punya kesamaan. Yakni adanya artar leluhur di bagian dalam rumah.

Letak ruangan tempat khusus berdoa umat Konghucu berada di bagian paling dalam. Berbatasan langsung dengan tembok belakang rumah.

Itulah Kampung Pecinan Probolinggo umat Tionghoa yang saat ini masih lestari, dan menjadi khazanah di momen Imlek tahun ini. Pemerintah Kota Probolinggo terus berupaya agar keberadaan bangunan tetap utuh. Ini agar status Kota Probolinggo sebagai "Kota Pusaka" tidak runtuh. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES