Peristiwa Daerah

Young Buddhist Association of Indonesia Ajak Warga Tionghoa Mengenang Jasa Gus Dur

Sabtu, 21 Januari 2023 - 15:35 | 74.00k
Young Buddhist Association of Indonesia mengajak seluruh warga Tionghoa meramaikan hashtag #xiexiegusdur di akun media sosial mereka masing-masing, Sabtu (21/1/2023). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Young Buddhist Association of Indonesia mengajak seluruh warga Tionghoa meramaikan hashtag #xiexiegusdur di akun media sosial mereka masing-masing, Sabtu (21/1/2023). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Menjelang perayaan hari raya Imlek, Young Buddhist Association of Indonesia mengajak seluruh warga Tionghoa di negeri ini untuk tidak melupakan jasa-jasa Presiden RI ke-4, K.H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa dengan nama Gus Dur.

Ketua Dewan Pembina Young Buddhist Association of Indonesia, Billy Lukito Joeswanto mengatakan alasan untuk mengajak masyarakat luas, khususnya etnis Tionghoa untuk mengenang jasa Gus Dur di saat perayaan Imlek 2023 ini lantaran berkat jasanya, kini perayaan Imlek dapat di rayakan dengan dengan suka cita dan tanpa ada larangan apapun.

Advertisement

Menurut Billy pada masa kecilnya sebelum era reformasi, orang-orang yang merayakan Hari Raya Imlek tidak bisa melakukannya secara bebas dan terbuka, bahkan saat perayaan Imlek datang banyak orang Tionghoa yang tidak libur dan masih harus bersekolah maupun bekerja lantaran pada masa itu Hari Raya Imlek tidak termasuk dalam kalender libur nasional. 

"Karena beliau (Gus Dur) membuat kita bisa merayakan Imlek dengan sukacita dan tanpa ada larangan. Zaman dulu kita kecil sebelum reformasi, kita masih harus sekolah karena bukan tanggal merah dan tidak bisa merayakan secara khusus dengan menikmati hiasan ornamen dan budaya tionghoa seperti barongsai di muka publik," ungkapnya saat ditemui di Surabaya, Sabtu (21/1/2023).

Billy menambahkan bagi Young Buddhist Association of Indonesia, Gus Dur merupakan sosok pahlawan kemanusiaan yang berani memimpin dan hadir bagi kaum minoritas atau tertindas. Hal itu dilakukannya di saat masa hidupnya, apapun resikonya bagi dirinya dan keluarganya.

"Gus Dur sosok pahlawan kemanusiaan yang berani memimpin dan hadir bagi kaum minoritas atau tertindas apapun resikonya bagi dirinya dan keluarganya," tuturnya. 

Billy juga mengajak para pemuda di negeri ini yang merayakan Hari Imlek untuk terus mendoakan yang terbaik kepada Gus Dur dan keluarga di momen Imlek ini. 

Selain itu Billy juga mengajak anak muda Tionghoa dengan men-share hashtag #xiexiegusdur agar banyak para pemuda yang teringat akan sejarah siapa yang berjasa sehingga mereka bisa merayakan Imlek secara sukacita dengan berkumpul bersama keluarga dan saling berbagi angpao dan makanan khas Imlek. 

"Kita menyuarakan agar muda mudi Indonesia yang merayakan Imlek untuk melimpahkan jasa (doa)  kepada beliau di momen imlek ini, juga dengan menshare hashtag #xiexiegusdur agar banyak muda mudi yang teringat akan sejarah siapa yang berjasa agar kita bisa merayakan imlek secara sukacita dengan berkumpul bersama keluarga dan saling berbagi angpao dan makanan kesukaan kita yang melimpah," ungkapnya. 

Young Buddhist Association of Indonesia juga mengajak anak muda Tionghoa untuk mewarisi sifat beliau yang memanusiakan manusia dan berani mengambil sikap tegas untuk kepentingan banyak orang.

"Mewarisi sifat beliau yang memanusiakan manusia dan berani mengambil sikap tegas untuk kepentingan banyak orang, kalau dalam buddhisme sosok itu adalah boddhisatva, makhluk suci yang menunda pencapaian sempurnanya guna menolong makhluk yang sedang menderita di alam samsara," tegas Billy.

Gus Dur Bapak Tionghoa

Penetapan Imlek sebagai hari libur nasional berlangsung saat pemerintahan Presiden Gus Dur. Tepatnya 9 April 2001.

Sebuah keputusan revolusioner karena era pemerintahan Orba pemerintah melarang perayaan tersebut di tempat umum sejak 1968-1999 lewat Instruksi Presiden atau Inpres Nomor 14 tahun 1967.

Berdasarkan catatan digilib.uin-suka.ac.id, Presiden Gus Dur kemudian mencabut Inpres tersebut, dan mengeluarkan Ketetapan Presiden (Keppres) Nomor 6 Tahun 2000. 

Keppres 'keramat' bagi warga Tionghoa ini menjadi pintu awal umat Konghucu di Indonesia bernapas lega. Mereka bisa memperoleh kebebasan untuk menganut agama, kepercayaan, serta adat istiadat. Termasuk upacara keagamaan seperti Imlek secara terbuka.

Kemudian Gus Dur menindaklanjuti keputusannya dengan menetapkan Imlek sebagai hari libur fakultatif, berlaku bagi mereka yang merayakannya, berdasarkan Keputusan Nomor 13 tahun 2001 tentang penetapan Hari Raya Imlek sebagai Hari Libur Nasional Fakultatif. Pada 2003, di bawah kepemimpinan Presiden Megawati, keputusan ini ditindaklanjuti dengan menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional.

Karena kebijakan Gus Dur tersebut, pada 10 Maret 2004, Gus Dur memeroleh julukan sebagai Bapak Tionghoa. Predikat ini diberikan oleh masyarakat Tionghoa di Semarang pada saat perayaan hari Cap Go Meh di Klenteng Tay Kek Sie.

Oleh karena itu, menjelang perayaan hari raya Imlek tahun ini, Young Buddhist Association of Indonesia mengajak seluruh etnis warga Tionghoa di negeri ini untuk tidak melupakan jasa-jasa Presiden RI ke-4, K.H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa dengan nama Gus Dur(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES