Berdayakan Pemuda Desa Melalui Budidaya Jamur Tiram

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Berawal dari perkumpulan, sejumlah pemuda di Desa Banyuputih Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, merintis usaha jamur tiram.
Awalnya para pemuda tersebut hanya sekedar berkumpul tanpa kegiatan. Dari sanalah muncul ide dari Ahmad Suprayogi (29), untuk membuat kegiatan yang bisa menghasilkan cuan.
Advertisement
Mereka sepakat untuk memanfaatkan peluang bisnis tersebut. Bahkan tiga bulan sejak dirintis, mereka sudah bisa memanen hasilnya.
Memang usahanya tidak langsung besar, tetapi para pemuda tersebut bisa menambah penghasilan Rp50 ribu per hari.
Menurut Suprayogi, usaha budidaya jamur yang mereka rintis bersama-sama itu berawal dari kondisi pemuda setempat yang hanya membuat perkumpulan biasa, namun tidak memiliki tujuan.
Berangkat dari persoalan tersebut, mereka kemudian membulatkan tekad mencoba membuat terobosan dengan keinginan belajar menjadi wirausaha, meski dari lingkup kecil.
"Dari sinilah kami terinspirasi dan bermodal nekat untuk memulai usaha budidaya jamur. Apalagi suhu di kampung kami sangat cocok untuk budidaya jamur, ditambah peluang pasar yang cukup luas," kata dia, Selasa (31/1/2023).
Suprayogi bercerita, modal yang mereka gunakan untuk memulai usaha merupakan hasil dari swadaya. Bahkan uang modal awal yang berhasil dikumpulkan pun hanya mampu membeli 50 baglog jamur tiram.
"Per baglog itu harganya tiga ribu. Tinggal ngalikan sudah. Memang modal kami terbatas, dan itupun tidak termasuk biaya pembuatan kumbung budidaya jamur tiram. Kita buat sendiri secara bersama-sama menggunakan bambu," kata dia.
Namun berkat kegigihan dan kerjasama tim, akhirnya lambat laun usaha mereka mulai berkembang yang awalnya dari 50 baglog kini menjadi 300 baglog.
"Sejauh ini dari ratusan baglog itu sudah bisa produksi sekitar 2 kilogram lebih per hari, sementara pendapatan yang kita terima antara Rp 40-50 ribu," bebernya.
Suprayogi menyebut, pasar yang mereka jangkau sejauh ini masih dalam lingkup warga sekitar. Meski masih lingkup kecil, ia mengaku kewalahan memenuhi kebutuhan pembeli.
"Memang selalu kekurangan, berapapun hasil panen pasti laku terjual. Kita belum berani ke pasar yang lebih luas, karena budidaya kami masih kecil. Kedepan, kita juga berencana memproduksi baglog sendiri. Kalau saat ini masih belum, karena terkendala modal," paparnya.
Ia menambahkan, dalam membangun usaha tersebut mereka memiliki prinsip yakni merintis dan menekuni sebuah usaha merupakan kesuksesan yang sedang menanti, tidak lupa disertai kemauan dan keberanian yang kuat untuk merubah pola hidup.
"Dimana ada kemauan di situ ada jalan. Jika mau berusaha dan bekerja keras, peluang selalu ada," kata Suprayogi.
Sementara kelompok usaha budidaya jamur yang mereka rintis saat ini diberi nama Juragan 86. Kurang lebih ada 14 pemuda di Dusun Kolanggar, Desa Banyuputih, yang tergabung di dalamnya.
"Sesuai namanya, kita harapkan suatu saat nanti teman-teman pemuda bisa menjadi pengusaha besar semua. Sementar lewat Juragan 86 dulu untuk wadah bagi pemuda belajar berbisnis," ujar alumnus Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Negeri Jember (Unej) ini.
Selain berfokus pada usaha, wadah perkumpulan pemuda ini juga diisi dengan kegiatan positif. Seperti pengajian rutin setiap malam Jumat.
"Karena kita tahu, banyak pemuda di luaran sana yang salah pergaulan. Lewat kegiatan keagaman ini bisa meningkatkan akhlak teman-teman pemuda, terutama dalam berperilaku di kehidupan bermasyarakat," jelasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |