Peristiwa Daerah 1 Abad NU

100 Tahun NU, Begini Harapan Pengasuh Pesantren di Jombang 

Sabtu, 04 Februari 2023 - 16:28 | 107.73k
Ilustrasi - Pondok Pesantren Tebuireng yang berada di Jombang Jawa Timur. (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)
Ilustrasi - Pondok Pesantren Tebuireng yang berada di Jombang Jawa Timur. (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)
FOKUS

1 Abad NU

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Nahdlatul Ulama (NU) memasuki usia yang ke 100 tahun atau 1 Abad NU. Kebesaran NU tak lepas dari peran dan keberadaan Pondok Pesantren sebagai ujung tombak peradaban pendidikan NU. 

Tak heran, jika NU tak bisa dipisahkan dari pesantren. Sebab berdirinya organisasi masyarakat (ormas) Islam terbesar di dunia ini tak lepas dari peran KH. Hasyim Asy'ari Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, KH. Bisri Syansuri Pengasuh Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar Jombang, dan KH. Abdul Wahab Chasbullah Pengasuh Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. 

Advertisement

Hingga kini, amalan dan ajaran NU masih terus lestari di berbagai Pondok Pesantren termasuk di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Harapan dan doa memasuki 1 Abad NU juga dipanjatkan oleh penerus pendiri NU dikalangan pesantren di Jombang. 

Abdussalam-Shohib.jpgKH Abdussalam Shohib atau Gus Salam pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar Jombang. (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)

Di antranya KH Fahmi Amrullah Hadzik, Pengasuh Pondok Pesantren Putri Tebuireng agar NU lebih fokus dalam dakwah atau kembali ke khitah sebagai omas Islam. 

Yakni NU harus fokus dakwah terutama di bidang pendidikan, di bidang kesehatan dan ekonomi. "Misalnya NU harus punya sekolah-sekolah yang bagus, punya universitas yang bagus, dan punya rumah sakit sendiri," ungkap KH. Fahmi kepada TIMES Indonesia, Sabtu (4/2/2023). 

Menurutnya, NU saat ini dalam dunia pendidikan, ekonomi dan kesehatan masih harus berbenah diri. Pasalnya, dilihat dari segi kesehatan belum semua PCNU yang ada di Jawa Timur yang mempunyai RSNU. Padahal itu merupakan kebutuhan masyarakat saat ini. 

"Merujuk ke Jawa Timur yang NUnya sangat maju belum ada 50 persen yang mempunyai RSNU," paparnya. 

Selain itu, dalam sektor ekonomi NU juga harus berbenah diri. Bagaimana NU sebagai organisasi yang memiliki ribuan juta umat bisa memberdayakannya. Artinya peluang NU untuk masuk ke bidang ekonomi terbuka lebar. 

"NU punya dakwahnya di bidang ekonomi sehingga punya usaha-usaha yang yang mungkin bisa menjadi sumber pemasukan bagi NU, agar tidak hanya sekedar mengandalkan proposal dan sebagainya ketika ada kegiatan," jelas Gus Fahmi. 

Hal senada juga diungkapkan oleh KH Abdussalam Shohib atau Gus Salam pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Ma'arif Denanyar Jombang. Menurutnya, dalam momen 1 Abad NU ada dua hal yang harus tetap dijaga dan dilestarikan yakni tentang keilmuan dan kekompakan atau kebersamaan. 

"Tujuan didirikannya Nahdlatul Ulama, ketika saya membaca mukadimah maupun 40 hadits yang berkaitan dengan ulama. Ada beberapa kyai yang menyimpulkan untuk menyederhanakan.  Mereka menyimpulkan bahwa pijakan Nahdlatul Ulama itu orientasi utama ada dua hal penting pertama adalah keilmuan dan kedua yaitu kekompakan atau kebersamaan," kata ungkap Gus Salam. 

Zainul-Ibad.jpgKH Zainul Ibad As’ad atau Gus Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)

Wakil Ketua PWNU Jatim itu berharap pijakan-pijakan itu secara substansi harus tetap menjadi pondasi dari langkah-langkah semua struktur NU maupun anggota NU. 

"Jadi jangan sekali-kali NU lepas dari yang namanya sandaran ilmuwan dan menjaga kekompakan," paparnya. 

Menurutnya, dalam 1 Abad NU selain menyongsong masa depan tentu harus berlandaskan pada masa lalu dan membaca realitas masa kini. 

"Di tengah euforia 1 Abad NU, kita tidak boleh terlena. Muhasabag atau evaluasi diri tentu harus dilakukan," paparnya. 

Sementara itu, KH Zainul Ibad As’ad atau Gus Ulip Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang mengungkapkan NU sebagai ormas islam harus bisa mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara. 

"Sebab, NU sendiri didirikan oleh Mbah Hasyim itu untuk berkontribusi terhadap peradaban sosial bermasyarakat dan bernegara. Pada intinya kalau kita seorang muslim yang hidup di negara Indonesia, harus mampu dan bisa untuk beradaptasi sekaligus menjadi pemilik dari bangsa," ujar Gus Ulip. 

Namun, dirinya juga menyayangkan, bahwa NU secara organisatoris telah mendeklarasikan kembali ke khittah, akan tetapi secara personal atau figur-figur yang seharusnya menjadi panutan, menunjukkan sikap dan prilaku yang lebih mendekat kepada penguasa dan merasa nyaman dengan terlihat langsung dalam mengambil keputusan yang menjadi bagian umara. 

"Yang lebih dikhawatirkan muncul presepsi seakan-akan tanpa bantuan pengaruh kekuasaan, NU tak berdaya. Persepsi tersebut harus dibalik justru seharusnya kekuasaan tidak berdaya tanpa NU, karena NU representasi masyarakat yang menjunjung nilai-nilai Islam Wasathiyah/moderat, Islam gaya NU yang cocok dan mampu menopang eksistensi NKRI," ujar Gus Ulip. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES