Peristiwa Daerah

Pemerhati Budaya Sebut Festival MAMI 2023 Ajang Ekspresi Budaya Sumba

Minggu, 12 Februari 2023 - 19:34 | 141.93k
Festival tenun ikat Sumba .(FOTO:Yudi Umbu)
Festival tenun ikat Sumba .(FOTO:Yudi Umbu)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SUMBA TIMUR – Pemerhati budaya Sumba Yudi Umbu Rawambaku mengatakan Festival Mengikat Adat, Menenun Ingatan (Festival MAMI) tahun 2023 sebagai ajang ekspresi budaya di Pulau Sumba.

“Pameran kreatif dalam Festival MAMI ini akan berlangsung pada tanggal 18 – 27 Februari 2023 mendatang di Kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur dengan beberapa contoh tenun kain Pahikung dengan pewarna alami khas inovasi baru yang ditampilkan,” kata Yudi Minggu (12/2/2023). 

Advertisement

Pada pelaksanaan Festival MAMI ini, Kabupaten Sumba Timur sebagai keterwakilan dari Pulau Sumba. Dimana loka karya di Kabupaten Sumba Timur sudah berjalan dua bulan sejak 12 Desember 2022 hingga 11 Januari 2023 di Kecamatan Umalulu dan Kecamatan Rindi sebanyak 36 orang pengrajin tenun ikat Pahikung.

“Untuk kegiatan loka karya itu diawali dengan Ritual Hamayangu atau berdoa kepada leluhur sebagai bentuk rasa syukur dan penyertaan Sang Khalik,” tuturnya.

Yudi menjelaskan, pameran kreatif budaya ini merupakan bentuk penghargaan pada budaya yang ada di Pulau Sumba. Ia sangat mengapresiasi dan terima kasih kepada masyarakat adat di Kabupaten Sumba Timur yang konsisten dalam melestarikan adat budaya untuk menumbuhkan kecintaan pada tradisi dan budaya Sumba.

“Jadi selain edukasi, festival ini merupakan bentuk ekspresi budaya yang ada di Kabupaten Sumba Timur. Oleh sebab itu mari kita berkomitmen untuk melestarikan adat budaya yang ada di Kabupaten Sumba Timur. Jangan sampai budaya yang luhur ini dipunahkan. Ini sangat disayangkan sekali,” ujarnya.

Yudi mengungkapkan, tenun ikat Sumba telah menjadi ikon nasional karena keunikan dan keindahannya. Sedangkan bagi masyarakat Sumba, kain tidak hanya berfungsi sebagai pelindung badan. Namun identitas diri individu dan kolektif dalam mewakili alam dan para leluhur. Kain juga digunakan secara simbolis dan praktis dalam seluruh siklus kehidupan seperti, kelahiran, perkawinan, kematian dan interaksi sosial.

Yudi juga mengatakan, kain menjadi buku terbuka yang menyimpan pengetahuan dan adat istiadat atau tradisi, ragam motif yang ditampilkan menjadi pananda sekaligus membawa pesan komunikasi para pemakainya.

“Tentu semakin luas penggunaan kain Sumba dalam industri fashion saat ini di luar masyarakat pendukungnya telah mengurangi fungsi tradisionalnya,” jelasnya.

Program MAMI, lanjut Yudi, merupakan upaya untuk memperluas pemahaman publik tentang khsanah motif kain Sumba maka program ini berupa proses penelitian, dokumentasi, pembuatan sekaligus pameran kain Sumba karena motif kain yang berhubungan dengan sandang pangan dan papan dijadikan tema pengikat.

Yudi menjelaskan, secara khusus dipilih enam Desa budaya di Kabupaten Sumba Timur yang khas dan menonjol. Diantaranya Desa Watuhadang, Lairuru, Watu Puda, Patawang, Umalulu dan Kayuri (Rindi) karena tujuan utama program ini adalah menyingkap pengetahuan tradisi sebagai sumber pembentukan kreativitas koleksi dan ketahanan budaya

“Melalui penelusuran motif desain dan makna sosial tenunan diaharapkan akan diperoleh strategi dan pola kerja baru dalam masyarakat,” terang Yudi Umbu Rawambaku terkait gelaran Festival MAMI(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES