Peringatan 1 Abad NU, Pesantren Az Zainy Tumpang Gelar Pengajian Lintas Agama
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Istimewa. Begitulah yang tampak dalam pengajian rutin sekaligus memperingati Harlah 1 Abad NU di Pondok Pesantren dan Rehabilitasi Mental Az Zainy Tumpang, Malang, Jawa Timur, Jumat (10/2/2023).
Betapa tidak, peringatan Harlah 1 Abad NU penceramahnya kolaborasi tokoh Muhammadiyah dan tokoh NU.
Jamaah yang hadir tak hanya ulama, santri, dan warga nadliyin. Tapi juga dari lintas agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu.
Advertisement
Tampak juga petinggi TNI, Polri, pejabat pemerintahan, pengusaha, pimpinan media massa, pedagang, petani, mahasiswa, hingga para rektor PTN/PTS dan sejumlah guru besar.
Ulama lintas agama saat pengajian rutin sekaligus memperingati Harlah 1 Abad NU di Pondok Pesantren dan Rehabilitasi Mental Az Zainy Tumpang, Malang, Jawa Timur, Jumat (10/2/2023). (foto: dok TIMES Indonesia)
Menariknya, Pimpinan Ponpes dan Rehabilitasi Mental KH Zain Baik, mengajak seluruh yang hadir mengawali pengajian dengan mengumandangkan Mars Yalal Wathon. Mars yang memiliki keteguhan spirit juang cinta tanah air dan bangsa sebagai bentuk keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT.
"Mari kita kepalkan tangan. Semangat menjaga NKRI Harga Mati. Ini bukti nyata miniatur Nusantara itu Damai dalam perbedaan bisa kita wujudkan," ujar Gus Zain, panggilan kiai yang hampir 30 tahun merawat santri gangguan mental atau OGDJ membuka tausyiah.
Para jamaah mulai dari ulama, santri, pastor, pendeta, calon frater dan frater, suster bersama petinggi TNI, Polri, pejabat, pengusaha muslim dan non muslim, tukang bangunan, buruh tani, dosen, para profesional, para rektor, hingga guru besar yang hadir, tampak bersemangat.
Mereka turut mengepalkan tangan mengikuti lantunan Mars Yalal Waton diiringi hadrah dan gambus dari Jombang dan Paiton Probolinggo.
Gus Zain mengungkapkan, wujud pertemuan dalam pengajian di Ponpes Az Zainy tersebut tidak hanya terjadi malam itu. Tapi sudah terawat berpuluh tahun.
"Tidak perlu narasi, konsep dan teori saja. Tapi mewujudkan kebersamaan dan saling mengasihi dalam perbedaan itu sudah nyata di Az Zainy," papar alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang ini.
Malam itu tampak hadir rombongan calon frater dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang dipimpin Romo Peter Sarbini S.V.D yang juga dosen dan Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan Malang.
Juga suster dan calon suster dari Pertapaan Capel Santa Maria, Tumpang pimpinan Suster Petra. Ada jamaah dari Hindu, Budha dan Konghucu. Gus Zain memimpin juga istigosah, solawatan, dan doa.
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Fasuzan M.Pd mengungkapkan, bahwa pertemuan mesra dan damai itu terjadi karena sosok pemersatu bangsa Gus Zain. Karena itu, kata Fauzan, jika Indonesia memiliki 200 Gus Zain, maka Indonesia selalu damai.
"Mari bersyukur ada pertemuan ini. Ini wujud ukhuwah wathoniyah. Karena kita satu negara. Kita bersaudara sebangsa setanah air. Harus tak lelah kita dengungkan. Terima kasih Gus Zain," ujar Fauzan.
Pengajian malam itu, kata Fauzan, merupakan ngaji ilmu kehidupan. Ngaji yang universal. Dengan ilmu kehidupan manusia belajar terus bersyukur dan introspeksi.
"Banyak yang berilmu tapi hatinya masih saling membenci, maka ilmunya perlu diragukan," tandas Fauzan.
Pengajian tersebut merupakan momen berkomunikasi antar semua elemen masyarakat dan jamaah.
Ulama lintas agama saat pengajian rutin sekaligus memperingati Harlah 1 Abad NU di Pondok Pesantren dan Rehabilitasi Mental Az Zainy Tumpang, Malang, Jawa Timur, Jumat (10/2/2023). (foto: dok TIMES Indonesia)
"Dengan sering komunikasi, kita tidak mungkin saling membenci. Bibit antitoleransi diawali dari kebencian," kata Fauzan.
Manusia cenderung menyalahkan orang lain daripada dirinya sendiri. Dua puluh kebaikan orang tidak akan diingat, hanya gara gara satu kesalahan orang tersebut. "Mari terus introspeksi diri," ajak Fauzan.
Sementara itu, mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Prof Dr Mudjia Rahardja menyampaikan, Gus Zain merupakan tokoh yang mampu menyatukan dan menjaga kerukunan dalam perbedaan di tanah air.
Mudjia pernah bertanya kepada Gus Zain. Apakah dengan pengajian yang dihadiri lintas agama tersebut Gus Zain akan mengislamkan semua yang hadir. Jawab Gus Zain, tidak.
Gus Zain, lanjut Mudjia, menjawab bahwa ingin mengajak yang Islam menjadi Islam yang baik. Yang Kristen menjadi Kristen yang baik. Yang Katolik menjadi Katolik yang baik. Yang Hindu menjadi baik. Yang Budha menjadi baik, dan Konghucu menjadi baik. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |