Lebih Dekat dengan Bilal, Pemahat Barong Penyandang Disabilitas Asal Banyuwangi

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Sret sret sret. Suara tajam ujung tatah menari diatas permukaan kayu. Relief nan cantik timbul dari hasil jelajah dengan keterbatasan. Barong jadi mahakarya bentuk cinta akan budaya dari Bilal, si pemahat barong penyandang disabilitas asal Banyuwangi, Jawa Timur.
Pria dengan nama lengkap Mustaqbilal itu telah menekuni dunia seni rupa sejak ia duduk dibangku Sekolah Dasar (SD) sekitar tahun 1975. Meski bukan berangkat dari keluarga seniman, ia memang senang dengan hal yang berbau budaya dan seni rupa.
Advertisement
"Saya dulu belajar otodidak, awalnya hanya mengukir kayu kecil dengan pisau cutter, ternyata banyak yang menyukai," kata Bilal, Selasa (14/02/2023).
Dengan keterbatasan yang ia emban, kecintaanya terhadap budaya Banyuwangi dan juga seni rupa memahat tidak pernah pudar. Dengan memahat ia dapat menghasilkan pundi-pundi rezekinya. Ia membuat berbagai seni pahat mulai dari yang kecil seperti ukiran gantungan kunci kayu hingga patung kepala barong besar dengan ukuran 50 Centimeter.
Proses pengecatan Barong oleh Mustaqbilal. (Foto : Anggara Cahya /TIMES Indonesia)
"Karena sudah cinta, jadi tidak ada kendala saat memahat, hanya saja masih belum terbiasa dengan Chainsaw," ungkapnya.
Selain aksesoris-aksesoris kayu dan Barong, ia juga bisa menerima berbagai bentuk ukiran seperti macan-macanan, naga dan banyak lainnya. Seperti hasil karya barong yang dijadikan Trophy dalam event World Surf League (WSL) di Banyuwangi pada tahun 2022 lalu, itu pun buah tangan dari Bilal.
Tak hanya dari Banyuwangi saja, pria asli Karangasem, Kelurahan Bakungan, Glagah, Banyuwangi, tersebut tersebut mengaku pernah menerima pesanan ukiran patung barong dari Jawa Tengah, Kalimantan hingga ke Papua.
"Paling jauh dari Papua. Saya hanya menerima pesanan dengan mempromosikanya melalui akun Facebook," tandasnya.
Untuk aksesoris ia memasarkanya kepada toko Art Shop dengan harga Rp200 ribu, sedangkan untuk ukiran barong harganya bervariatif, tergantung dari jenis kayu yang dipilih konsumen, selain itu pengerjaan dan ukuran pun menjadi tolak ukur penentuan harga.
Walau Bilal penyandang disabilitas, ia termasuk orang yang teliti dan sangat detail terhadap karya-karyanya. Terlihat dari hasil yang telah ia torehkan selama ini yang tak membuat kecewa para pelanggannya.
Bilal berharap, Pemkab Banyuwangi lebih memperhatikan para pengrajin di Banyuwangi khususnya penyandang disabilitas.
"Ada sekitar 20 difabel yang bergelut dibidang seni yang tergabung dalam Difabel Banyuwangi (Difawangi), mereka semua berharap lebih bisa diperhatikan seperti dibantu permodalan maupun promosi dari pemerintah," harapnya.
Untuk para pencinta barang seni rupa, jika kalian tertarik dengan pepatungan atau hanya untuk sekedar di koleksi maupun sebagai hiasan, bisa langsung memesan karya seni rupanya melalui facebook pribadinya dengan nama Mustaqbilal. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |