Peristiwa Daerah

Keraton Ngayogyakarto akan Gelar Labuhan Merapi

Senin, 20 Februari 2023 - 20:48 | 121.87k
Suasana Labuhan Merapi tahun 2022. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)
Suasana Labuhan Merapi tahun 2022. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Pemerintah Kabupaten Sleman, Edy Winarya mengatakan, Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat akan menggelar Hajad Dalem Labuhan, yakni Labuhan Merapi pada 21 hingga 22 Februari 2023.

“Labuhan ini dalam rangka memperingati Ulang Tahun Penobatan ke-34 atau Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X,” kata Edy kepada TIMES Indonesia, Senin (20/2/2023).

Advertisement

Labuhan Merapi selama dua hari ini dipimpin oleh Mas Wedhono Sukarso Hargo (mas Asih). Sedangkan untuk anggarannya, akan ada support dari Dinas Kebudayaan Pemkab Sleman dan dari Pemerintah Kalurahan Umbulharjo.

Upacara labuhan merupakan salah satu upacara adat yang sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam pada abad ke XVII. Upacara ini dimaksudkan agar negara dan rakyatnya senantiasa dalam keadaan selamat, tenteram dan sejahtera. Meskipun pihak Keraton selaku penyelenggaranya. Namun, dalam pelaksanaannya upacara adat ini juga melibatkan masyarakat.

Pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Hajad Dalem Labuhan untuk peringatan hari ulang tahun Sultan (Wiyosan Dalem) berdasarkan kalender Jawa. Sedangkan pada masa pemerintahan Sri Sultan HB X saat ini, Hajad Dalem Labuhan untuk memperingati Jumenengan Dalem.

Suasana-Labuhan-Merapi-tahun-2022-c.jpgKepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Pemerintah Kabupaten Sleman, Edy Winarya. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)

Labuhan merupakan prosesi terakhir peringatan Tingalan Jumenengan Dalem setelah sebelumnya digelar Ngebluk, Ngapem, dan Sugengan. Sehingga setiap tahun, Upacara Labuhan digelar satu hari setelah puncak acara Jumenengan Dalem (29 Rejeb) sehingga jatuh pada tanggal 30 Rejeb.

Prosesi labuhan Merapi dilaksanakan di tiga tempat bersejarah yang dianggap memiliki keterkaitan erat dengan Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Yakni, Pantai Parangkusumo, Gunung Merapi, dan Gunung Lawu. Selain itu, terdapat satu lokasi tambahan untuk pelaksanaan Labuhan yang dilakukan pada Tahun Dal dan Wawu yakni di Dlepih (Kahyangan), Wonogiri, Jawa Tengah.

Dari lokasi Labuhan tersebut, Gunung Merapi berada tepat di ujung utara wilayah DIY, masuk kabupaten Sleman. Lokasi labuhan ini dianggap berperan dalam sejarah berdirinya kerajaan Mataram.

Dimana pada tahun 1586, kondisi politis Kerajaan Pajang dan Mataram sedang memanas. Penyebabnya karena perkembangan Mataram sebagai wilayah otonom dibawah kerajaan Pajang sangat pesat. Sehingga menimbulkan kekhawatiran Sultan Hadiwijaya selaku penguasa kerajaan Pajang kala itu. Keresahan tersebut membuat Pajang menggulirkan rencana perang untuk melemahkan Mataram.

Pada saat pasukan Pajang bermaksud menyerbu Mataram, secara bersamaan tiba-tiba Gunung Merapi meletus. Letusan tersebut menghancurkan perkemahan pasukan Pajang di wilayah Prambanan. Perangpun berakhir, pasukan Pajang kembali mundur dan selamatlah Mataram.

Lurah Umbulharjo Cangkringan Danang Sulistya Haryana menambahkan jelang pelaksanaan Labuhan Merapi, pihaknya telah koordinasi dengan berbagai pihak terkait. Rencananya, prosesi kirab dilaksanakan pada tanggal 21 Februari 2023 dengan memakai bergodo dari Dusun Pelemsari dan Sambisari, dan mengusung gunungan polowijo. Setelah sebelumnya dilakukan serahterima uborampe Labuhan Merapi di pendopo Kapanewon Cankringan.

Uborampe Labuhan diinapkan semalam di Balai Labuhan Gunung Merapi Kinahrejo. Malam harinya diadakan pagelaran wayang kulit kanti lakon 'Jumenengan Parikesit' dengan dalang Ki Sigit Manggolo Saputro.

Selanjutnya, pada tanggal 22 Februari 2023, pukul 06.00 WIB uborampe Labuhan di berangkatkan dari dusun Kinahrejo menuju Sri Manganti (Lereng Gunung Merapi sisi selatan).

Labuhan berasal dari kata labuh artinya membuang, meletakkan, atau menghanyutkan.  labuhan dimaksudkan sebagai doa dan pengharapan untuk membuang segala macam sifat buruk.

Pada pelaksanaannya, Keraton Ngayogyakarto melabuh benda-benda tertentu yang disebut sebagai ubarampe labuhan. Uborampe labuhan yang nantinya akan dilabuh di tempat-tempat tertentu (petilasan) diantaranya merupakan benda-benda milik Sultan yang bertahta.

Petilasan merupakan tempat yang dinilai penting dan memiliki nilai historis terkait keberadaan Keraton Ngayogyakarto. Dipilihnya petilasan sebagai lokasi upacara Labuhan adalah sebagai wujud menghargai, menghormati, merenungi, serta menapak tilas perjuangan raja-raja pendahulu Keraton Ngayogyakarto. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES