Petik Laut Tradisi Warga Situbondo, Harap Berkah dan Cuaca Kembali Normal

TIMESINDONESIA, SITUBONDO – Petik laut masih menjadi ritual warga pesisir. Kali ini, tradisi itu dilakukan oleh warga kampung Blekok, Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Situbondo, Jawa Timur. Tradisi turun-temurun ini diyakini warga pesisir agar mendapat berkah dan berharapkan cuaca kembali normal.
Ritual itu dibuka dengan pawai kirab budaya anak-anak SD dan TK Klatakan. Menurut pengurus Kawasan Konservasi Alam Kampung Blekok Situbondo, Seta, selama Pandemi Covid-19, ritual petik laut dilakukan secara eksklusif.
Advertisement
“Acara ini sebenarnya adalah budaya rutin masyarakat dan sudah menjadi tradisi turun-temurun. Tradisi ini diyakni oleh warga pesisir untuk keberkahan dan agar cuaca kembali normal atas ridho dari yang maha kuasa,” terang Seta, usai ritual berlangsung, Kamis (2/3/2023).
Seta mengemukakan, untuk makin memeriahkan, pihaknya juga menenggelamkan rumpon tradisional dalam kegiatan tersebut. Pawai kirab budaya yang dilaksanakan sejak pukul 07.00 WIB, ditujukan sebagai pembukaan kembali ritual petik laut di kampung Blekok untuk umum.
Warga membawa rumpon yang akan dilarung atau ditenggelamkan ke laut.(Foto: Miftahurrahman/TIMES Indonesia)
Kemudian dilanjutkan dengan pengajian dan ritual keagamaan, serta ditutup dengan pelarungan 'bithek' atau sesajen dalam bentuk kepala sapi utuh ke tengah laut.
Selain rumah bagi puluhan spesies burung karnivora yang identik dengan warna putih dan paruh bengkoknya tersebut, Kampung Blekok merupakan wilayah pesisir pemasok hasil laut utama di Situbondo.
Ritual petik laut yang digelar adalah bentuk syukur dan harapan masyarakat di tengah cuaca buruk dan gelombang tinggi yang melanda pesisir Situbondo belakangan ini.
"Ritual ini sebagai bentuk syukur sekaligus permohonan agar masyarakat dapat dilancarkan dan dilimpahkan hasil melautnya," beber Seta.
Dalam kegiatan yang bertajuk 'Konservasi Berbudaya' tersebut, tidak hanya berisi kegiatan petik laut saja. Dilaksanakan pula penenggelaman rumpon tradisional yang dibuat dengan daun kelapa yang diikat ke bambu berbentuk segitiga.
Penenggelaman rumpon sebagai alat bantu untuk kegiatan penjaringan ikan sekaligus atraktor ikan-ikan perairan yang biasa ditangkap oleh nelayan setempat.
"Kami ingin dengan rangkaian kegiatan ini, meski cuaca buruk masih melanda. Masyarakat dapat bersukacita dan bersyukur dengan limpahan kekayaan alam," lanjutnya.
Rangkaian kegiatan lain Konservasi Berbudaya adalah penanaman 550 bibit pohon mangrove dan pembersihan wilayah garis pantai Klatakan yang akan digelar pada Jumat (3/3/23). Rangkaian acara kemudian ditutup dengan hiburan rakyat dan pasar jajanan tradisional.
"Permintaan masyarakat ludruk. Ya, sudah, kita datangkan ludruk untuk hiburan masyarakat. Toh ini bagian dari ritual dan pesta untuk masyarakat," jelas Seta usai upacara petik laut di kampung Blekok, Situbondo. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |