Mengintip Kampung Lele Mojokerto, Hasilkan Cuan dari Pekarangan Rumah

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Sebuah kampung di Kota Mojokerto memiliki julukan unik yaitu "Kampung Lele". Julukan disematkan karena hampir warga semuanya pembudidaya ikan lele.
Kampung lele tersebut ada di lingkungan Karanglo Gang 1, Kelurahan Wates, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto. Hampir semua rumah warga dipenuhi dengan kolam lele. Kolam pembesaran ikan lele ini ditempatkan di halaman depan dan belakang rumah warga.
Advertisement
Pembina budidaya lele, Muhammad Samsul Arifin mengatakan, program lele berhasil dan berkembang berkat dukungan semua pihak. Samsul menyebut, dari RT, RW hingga Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian mendukung program budidaya lele.
Sementara itu, Ketua Budidaya Lele Totok Winarno menceritakan awal mula program ternak lele di lingkungan Karanglo. Awalnya, Totok mengikuti pelatihan ternak lele di Jombang. Ketika itu, Totok mengikuti pelatihan di Wahyu Lele 1 yang pembinanya Samsul Arifin.
"Saya belajar dari situ. Alhamdulillah berhasil, akhirnya saya buka sendiri, mandiri istilahnya. Setelah itu buat percontohan untuk warga ternyata penghasilannya ya sangat bagus, keuntungannya hampir 50 persen. Dari situ warga mulai mengikuti jejak kami, akhirnya kelompok kita menjadi 14 anggota," terangnya, Selasa (14/3/2023) pagi.
Setelah itu Totok dengan warga sekitar sepakat untuk menjadikan lingkungan Karanglo "Kampung Lele". Saat ini, 30 persen warga Karanglo budidaya lele. Keberhasilan Kampung Lele menggema di Kota Mojokerto. Bahkan, pada 16 Februari 2023 lalu, Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari meresmikan Kampung Lele tersebut.
"Untuk saat ini dikelola warga. Nanti berkembangan lagi bisa ngambil dari warga lain," ujarnya.
Budidaya lele cukup sederhana. Warga memanfaatkan kolam terpal bulat atau biofolk sebagai tempat lele. Masing-masing kolam diisi dengan 2000 ikan lele. Rencana kedepannya akan dipadatkan dan diisi menjadi 3000 per kolam.
Metode ini tidak membutuhkan ruang dan perawatan rumit. Jam kerja para budidaya lele pun juga tidak terikat, hanya saja pagi 2 jam dan sore 2 jam setiap harinya.
Dalam waktu dua sampai dua setengah bulan lele sudah bisa dipanen. Hasil panen bisa mencapai 5 ton ikan lele. Dijual dengan harga kulak Rp18.500 per kilogram, sedangkan untuk harga ecer, dijual dengan harga Rp21.000 per kilogramnya. .
Pemasaran lele tersebut juga sudah mempunyai tengkulak sendiri, sehingga warga yang budidaya lele untuk pemasarannya tidak kebingungan pada saat menjualnya.
"Omzet yang didapatkan bisa mencapai 8 juta per panen," ucap Totok.
Totok menambahkan, Kampung Lele membudidayakan lele berlian. Untuk pakan menggunakan full pelet tanpa bahan campuran. "Pakai pakan tersebut hasilnya sudah memuaskan," ucapnya.
Rencananya, selain dijual mentah, Totok akan merancang kelompok pengolahan lele. Lele tersebut akan dijadikan sebagai produk olahan seperti lele kentaki, lemper isi lele, dan pastel isi lele. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |