Peristiwa Daerah

Kisah Keteladanan Cak Nur Soal Kemanusiaan dan Toleransi 

Sabtu, 18 Maret 2023 - 15:19 | 27.87k
Cak Nur saat masih hidupnya. (FOTO: minews.id)
Cak Nur saat masih hidupnya. (FOTO: minews.id)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Istri Cendekiawan Muslim Nurcholish Madjid (Cak Nur), Ommy Komariah Madjid menceritakan kisah keteladanan sang suami saat masih hidupnya.

Hal itu disampaikan dalam acara Refleksi Kebangsaan Tiga Tokoh, Cak Nur, Gus Dur, dan Buya Syafii Maarif, di Ballroom, Djakarta Theater, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu, (18/3/2023).

Ommy menceritakan, suatu hari ia menumpang di kendaraan suaminya yang saat itu ingin mengisi seminar di suatu tempat. Kala itu, Ommy ingin mengunjungi rumah temannya.

Saat sudah dekat dengan rumah temannya, Ommy pun meminta kepada Cak Nur untuk berhenti di pinggir jalan di dekat dengan penjual rokok.

Namun pada saat itu, Cak Nur tak memperbolehkan istrinya tersebut untuk turun di tempat itu karena takut penjual rokoknya tersinggung.

"Saya pernah nebeng (numpang) ke Cak Nur, Cak Nur mau ke seminar, saya mau ke rumah teman saya. Di tengah jalan saya bilang ke Cak Nur, 'Pah, mamah berhenti di tukang jual rokok itu, di depan saja itu," kata Ommy waktu itu kepada Cak Nur.

"Apa jawab Cak Nur, 'jangan mah, mamah jangan berhenti di sana," kata Ommy mengulang perkataan Cak Nur.

"Loh kenapa," tanya Ommy.

"Kalau mamah berhenti di sana, nanti dia (penjual rokoknya) kecewa, kasihan," jawab Cak Nur.

"Ko kecewa kenapa?," tanya sang istri lagi.

"Waktu mama turun, dia menyangka akan memberi rokoknya, tapi kan mama tidak beli rokok dia. Jadi kasihan nanti dia kecewa," kata Cak Nur menjelaskan. Lalu Ommy pun paham dengan maksud suaminya tersebut.

Selain itu, Ommy juga menceritakan soal toleransi Cak Nur yang luar biasa. Kata dia, Cak Nur selalu memberikan hadiah seperti kue kepada tetangganya yang merayakan Natal.

"Kami punya tetangga yang merayakan Natal. Tiap tahun Cak Nur pasti belanja membeli kue banyak untuk diantar ke tetangga. Kalau cak Nur sedang tidak ada, pasti wanti-wanti saya memberikan pesan agar saya tidak lupa membelikan hadiah untuk tetangga yang merayakan Natal," katanya.

Menurut Cak Nur, jika tetangga bahagia, meskipun beda agama, maka dirinya dan keluarganya pun akan ikut bahagia. "Kata Cak Nur, kita ikut kebahagiaan mereka. Mereka bahagia, kita juga bahagia melihat mereka bahagia," ujarnya.

Sekilas Soal Cak Nur

Cak Nur adalah pria kelahiran 17 Maret 1939. Saat hidupnya ia dikenal sebagai pemikir Islam, cendekiawan, dan budayawan. Pada masa mudahnya ia adalah aktivis dan kemudian Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Cak Nur satu-satunya tokoh yang pernah menjabat sebagai ketua umum HMI selam dua periode. Ide dan gagasannya tentang sekularisasi dan pluralisme pernah menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat.

Saat hidupnya ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Penasehat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia. Lalu sebagai Rektor Universitas Paramadina, sampai dengan wafatnya pada tahun 2005.

Cak Nur meninggal pada 29 Agustus 2005 lalu karena penyakit sirosis hati yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata meskipun merupakan warga sipil karena dianggap telah banyak berjasa kepada negara, sebagai penerima Bintang Mahaputera. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES