Peristiwa Daerah

Suara Hati Para Perempuan Tegar di Balik Perkasanya Pasukan Laba-laba

Kamis, 30 Maret 2023 - 21:27 | 411.01k
Ketua Persit KCK PD V/Brawijaya Shally Sundari Farid Makruf saat bercengkrama dengan para istri prajurit Yonif 527/BY Lumajang. (Foto: Sarifah Latowa/Times Indonesia)
Ketua Persit KCK PD V/Brawijaya Shally Sundari Farid Makruf saat bercengkrama dengan para istri prajurit Yonif 527/BY Lumajang. (Foto: Sarifah Latowa/Times Indonesia)

TIMESINDONESIA, LUMAJANG – Siang itu, Renafariani duduk merenung di ruang tamu rumah dinasnya di lingkungan Markas Batalyon Infanteri 527/Baladibya Yudha, Lumajang, Jawa Timur. Ia istri prajurit di batalyon bersimbol Laba-laba itu. Matanya tertuju ke arah pintu masuk memandangi rinai hujan yang turun begitu deras. Kedua tangan perempuan itu sesekali mengelus perutnya yang mulai membesar. Suara titik hujan yang riuh di bumbungan rumah malah membuatnya kian gelisah.

“Hujannya makin deras, suami saya belum pulang juga. Padahal dia harus menyiapkan semua perlengkapannya untuk berangkat tugas ke Papua,” ujar Rena mengungkapkan kegelisahannya pada satu siang, Senin (27/3/2023).

Sembari menunggu, perempuan kelahiran Jember ini mulai bercerita, jika ia akan ditinggal suaminya Pratu Moh. Rizal melaksanakan tugas di Papua selama setahun.

“Ini pengalaman pertama saya ditinggal oleh suami bertugas. Sedih sekali rasanya. Mana saya lagi hamil empat bulan. Tapi mau gimana lagi, ini sudah resiko menikah dengan anggota TNI. Harus siap ditinggalkan kapan saja, dan harus mendukung tugas suami,” ungkapnya menyabarkan hati.

Meski berusaha tegar, tapi matanya tak bisa berbohong bila dirinya menyimpan rasa sedih yang mendalam. Air matanya pun tumpah. Kehamilan Renafariani kali ini merupakan kehamilan ke-3, setelah dua kali mengalami keguguran.

Persit-KCK-PD-V-Brawijaya-2.jpg

Saat pertama mengetahui suami bersama Pasukan Laba-laba akan bertugas ke Papua dirinya sempat kaget. Sejak malam itu, dia mulai mencemaskan banyak hal. Mulai dari memikirkan bagaimana nanti hidup sendiri tanpa bantuan suami. Bagaimana nanti keamanan suami di sana. Sebab, belum lama ini ada kabar seorang prajurit TNI tewas ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Papua.

“Perasaan cemas, takut dan sedih campur aduk. Tapi saya tidak boleh menunjukkan keresahan dan kesedihan saya di depan suami. Supaya dia berangkat tugas dengan tenang,”ucapnya sambil menarik selembar tisu lalu menghapus air matanya.

Saat sedang asyik bercengkrama, tiba-tiba terdengar suara sepeda motor menghampiri rumahnya. Wajahnya berpaling ke arah teras. Diluar sana, seorang laki-laki berpakaian loreng datang sambil menggendong ransel.

Dialah sang suami yang sejak tadi ditunggu kepulangannya. Matanya yang tadinya sembab lekas ia keringkan dengan tisu. Ia lalu bergegas berjalan menghampiri suaminya.

“Maaf agak telat pulangnya, hujan deras,” kata Rizal mencoba menenangkan istrinya yang sedari tadi mencemaskannya.

Rizal tak banyak bicara ketika ditanya menyangkut kepergiannya ke Papua. Ia meyakinkan istrinya, bahwa tugas yang diembannya adalah tugas mulia menjaga NKRI dan itu sudah menjadi tugas serta tanggung jawabnya sebagai prajurit TNI.

“Mau dalam kondisi apapun, sebagai prajurit saya harus selalu siap melaksanakan tugas demi Negara,” ujarnya.

Meski demikian, Rizal, mengaku khawatir meninggalkan istri sendirian. Apalagi dalam kondisi hamil. Belum lagi melihat kondisi istrinya yang sangat rentan keguguran.

“Pastinya sedih meninggalkan istri dalam kondisi seperti ini. Itu manusiawi. Tapi, saya harus menguatkan dia agar berani tinggal sendiri. Saya hanya berdoa untuk kesehatannya agar bisa sehat terus hingga persalinan,” ucapnya sambil menoleh ke arah sang istri. Istrinyapun mengangguk mengamini perkataan suaminya.

Sedih Ditinggal Tugas Usai Melahirkan Anak Kembar

Jika Renafariani ditinggal tugas sedang mengandung, lain halnya dengan Venny Desita Putri (23) istri dari Pratu Imanuel Mayor. Desita baru saja melahirkan anak laki-laki kembar.

Saat ditemui di kediamannya, pasangan ini terlihat hangat. Mereka sedang bercengkrama di ruang depan. Banyak hal yang mereka diskusikan menyangkut rencana keberangkatan Imanuel ke Papua nanti.

“Jujur saya kaget banget dapat kabar suami saya ditugaskan di Papua. Rasanya campur aduk, sedih dan khawatir juga. Dalam hati saya bilang, masa' saya baru lahiran langsung ditinggal. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana repotnya saya mengurus anak kembar sendirian,” ucap Venny sembari menyandarkan punggung di pintu depan rumahnya.

Selain membayangkan sibuknya mengurus anak sendirian, hal lain yang dikhawatirkannya adalah kesehatan dan keselamatan suami nanti di Papua. Sebab sampai saat ini penyakit malaria di Papua masih menjadi momok.

Tak hanya itu ancaman teror dari anggota KKB juga menjadi kecemasannya. Belum lama ini dirinya sering menonton berita di televisi maupun di sosmed bahwa ada anggota TNI yang meninggal tertembak.

“Itu yang paling saya takuti. Tapi saya selalu berdoa semoga suami saya di tempat tugas nanti dijaga oleh Tuhan. Hanya itu yang saya bisa lakukan,” ucapnya pasrah.

Ini kali pertama ia ditinggalkan tugas oleh suami. Mau tidak mau, dirinya harus siap menjalani hari-hari selama satu tahun ke depan merawat dua anak kembar tanpa pendamping di sisinya.

“Mulai saat ini saya harus belajar menguatkan mental. Tinggal menghitung hari suami saya akan pergi tugas ke Papua. Nanti di rumah ini hanya ada saya dan dua anak kembar saya, Darius Mayor dan Sem Mayor,” ucapnya, mencoba tegar di hadapan suaminya.

Suaminya yang duduk di sebelahnya menimpali, “kalau saya pergi nanti, kamu baik-baik disini yah, jaga anak kita. Setiap hari minggu bawa anak kita ke gereja. Kalau rindu, nanti kan bisa video call,” pesan Imanuel menguatkan sang istri.  

Menurutnya, satu hal yang ia rindukan ketika meninggalkan keluarganya adalah menggendong dan mendengar tangis anak nya saat pagi hari yang haus menginginkan susu.

“Ini anak pertama, kembar lagi. Kalau dari hati yang paling dalam saya juga ingin merawat anak, melihat tumbuh kembangnya. Tapi, mau gimana lagi, saya adalah seorang prajurit harus rela meninggalkan keluarga untuk melaksanakan tugas demi negara,” ujarnya mantap.

Berbeda dengan Renavariani dan Venny, Dian Arimbi, istri Danyonif 527/BY justru sudah terbiasa ditinggalkan suami untuk menjalankan tugas Negara. Di sela-sela kesibukannya melayani tamu-tamu dari Kodam V/Brawijaya, ia mengatakan bila dirinya sudah kali ketiga ditinggalkan suami.

“Saya sudah terbiasa ditinggal sendiri. Pertama kali saya ditinggal suami tahun 2009 ke Ambon. Lalu tahun 2016 tugas ke Sudan Afrika, dan sekarang ini dikirim lagi ke Papua,” terangnya.

Meski dalam keadaan hamil tujuh bulan, wajahnya tak sedikitpun menampakkan kekhawatiran atas kepergian suaminya di tempat tugas yang baru.

Baginya, agak berbeda porsinya ketika ia ditinggalkan pertama kali dan yang ketiga kalinya oleh suami. Penugasan pertama suaminya ke Maluku 2009. Tentunya kaget, dan sedih sudah pasti. Di tinggal kedua kalinya pada 2016, itu sudah mulai menerima dan kini ditinggalkan yang ketiga kalinya sudah terbiasa.

“Meskipun saya ditinggal tengah hamil besar, saya tidak merasa khawatir karena sudah terbiasa. Kali ini saya tidak fokus pada perasaan saya lagi. Melainkan fokus memikirkan bagaimana menenangkan anggota saya, para ibu Persit agar mereka tidak khawatir ditinggal suami,” terangnya.

Selain menjadi ibu Persit, ibu dua anak ini adalah seorang hakim di Pengadilan Negeri Demak. Meskipun aktivitasnya begitu padat dirinya selalu meluangkan waktu untuk mendukung tugas suami.

“Setiap kali suami pergi bertugas saya selalu mendukung suami. Namun dukungan saya bukan dengan kata-kata. Tapi, dengan perbuatan dan doa tentunya. Saya membiasakan dari awal saya punya anak, untuk tidak membuat suami saya khawatir mengenai anak-anaknya. Bahkan anak saya sakitpun, saya tidak pernah keluhkan,” ujarnya.

Menjadi seorang istri prajurit TNI harus mandiri dan kuat mental dalam segala hal dan situasi apapun. Juga harus siap tinggal sendirian jauh dari suami. Apalagi saat sang suami tengah bertugas di kota lain.

“Para istri harus selalu berada di sisi sang suami dalam suka maupun duka. Selalu memberikan dukungan dan semangat kepada suami,” tegasnya.

Ketua Persit KCK PD V/Brawijaya Shally Sundari Farid Makruf juga ikut memberikan semangat kepada istri-istri yang akan ditinggalkan tugas. Dia bilang peran ibu-ibu sangat penting dalam mendukung tugas pokok prajurit. 

Dengan lemah lembut, Shally menyampaikan dirinya pernah mengalami hal yang sama. Bahkan saat mau melahirkan dirinya berangkat sendiri ke rumah sakit. Tidak ada yang menemani.

Sejak memilih menikah dengan anggota TNI, dia sudah menanamkan dalam dirinya bahwa dia harus kuat dan mandiri. Selalu setia dan siap menemani di mana saja sang suami bertugas.

“Harus konsekuen dengan pilihan menjadi istri tentara. Siap ditinggal tugas dan siap menemani suami tugas di manapun. Itu janji yang harus dicamkan dalam hati seorang ibu Persit,” tuturnya.

Tugas ibu-ibu yang ditinggalkan oleh suami yang sedang bertugas yaitu, harus menjaga jati diri sebagai seorang istri prajurit. Harus mampu menjaga keutuhan rumah tangga dan yang terpenting adalah mendoakan suami.

Dia juga berharap agar ibu-ibu pandai mengatur keuangan serta menjalin komunikasi dengan baik dengan ibu-ibu lainnya. Untuk mengatasi kerinduan pada suami, Ia menyarankan para ibu mengisi hari-harinya dengan kegiatan positif. Itu akan membantu mengatasi rasa rindu kepada suami. Satu tahun memang waktu yang lama.

“Jadi saya berharap ibu-ibu kompak, saling menjaga, saling mengingatkan, jika punya ilmu sharing-lah kepada sesamanya,” ujar istri Mayjen Farid Makruf ini menguatkan ibu-ibu persit. 

Renafariani, Venny Desita Putri dan Dian Arimbi adalah tiga dari sekian banyak perempuan yang setia menjadi istri prajurit TNI Angkatan Darat. Kegelisahan dan kegundahan sekaligus ketegaran mereka mewakili suara hati istri para prajurit lainnya. Mereka menjalani kehidupan yang berbeda dengan yang lainnya. Mereka melakoni jejak hidup yang tak mudah. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES