Peristiwa Daerah

Warga Yogyakarta Olah Sandal Jepit Bekas Jadi Boneka Anime

Jumat, 05 Mei 2023 - 17:05 | 95.62k
Seorang perajin dari Bank Sampah Pa-Q-One Art Production sedang mengolah sandal jepit bekas. (FOTO: Pemkot Yogyakarta)
Seorang perajin dari Bank Sampah Pa-Q-One Art Production sedang mengolah sandal jepit bekas. (FOTO: Pemkot Yogyakarta)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Ada saja kreativitas warga Kota Yogyakarta. Ya, di tangan warga Gedongkiwo, sandal jepit bekas dapat disulap menjadi barang kerajinan yang bernilai ekonomis. Sandal-sandal jepit bekas tersebut oleh warga yang bernaung di Bank Sampah Pa-Q-One Art Production mengolahnya menjadi barang kerajinan seperti boneka anime dan maianan sejenisnya.

“Jika punya sandal jepit bekas, mohon bisa diberikan kepada kami. Jangan dibuang di tong sampah,” kata Direktur Bank Sampah Pa-Q-One Art Production, Widhyarprincessiastuty, Jumat (5/5/2023).

Advertisement

Sejak Bank Sampah Pa-Q-One Art berdiri, para anggota kelompok ini memang sudah fokus mencoba mengolah barang bekas menjadi suatu barang bernilai ekonomis. Nah, ide mengolah sandal jepit bekas ini bermula pada tahun 2017. Kala itu, sandal jepit bekas stoknya cukup melimpah.

Widhyarprincessiastuty bersama Seksi Pengembangan Budi Anggoro pun mencoba mengubah sandal jepit bekas yang memang tidak laku dijual dan dijadikan barang sangat tinggi nilai ekonominya. Pemilihan sandal jepit karena selama ini pihaknya belum pernah menemukan produksi kerajinan dari sandal jepit bekas. Padahal, stok sandal jepit bekas melimpah.

“Kami mencoba mengolah, memanfaatkan barang-barang bekas yang menumpuk seperti sandal jepit agar bisa diolah menjadi barang bernilai. Nah, ketemulah ide mengolah sandal jepit bekas menjadi kerajinan,” tandas Essy, sapaan akrab Widhyarprincessiastuty.

Sama seperti bank sampah pada umumnya, bank sampah Pa-Q-One Art Production juga menerima barang bekas dari warga yang ingin menabung melalui barang bekas yang sudah dikumpulkan. Selain itu, pihaknya juga memberikan layanan workshop atau sosialisasi bagi warga yang ingin belajar membuat karya seni dari sandal jepit bekas.

“Kami bersedia memberikan pelatihan aatau workshop kepada kelompok masyarakat yang ingin mengolah barang bekas menjadi barang kerajinan bernilai ekonomis,” terang Essy.

Ia berharap, pelatihan pengolahan barang bekas dapat mengurangi sampah-sampah di tengah masyarakat. Selain itu, semakin banyak kelompok masyarakat yang mendaur ulang sampah yang selama ini tidak terpakai menjadi barang bernilai ekonomis.

“Semoga langkah kami ini menginspirasi warga lain yang ada di luar Jogja,” pintanya.

Budi Anggoro menambahkan, awal mula ide terbentuknya kreasi dari sandal jepit bekas ini berdasarkan banyaknya temuan barang bekas di sungai-sungai yang ada di Kota Yogyakarta seperti sandal jepit.

“Berawal dari sandal jepit bekas tidak laku dijual, dan banyak ditemukan di sungai-sungai termasuk di Sungai Winongo, ditambah dari kami suka karakter anime atau cosplay serta etnik maka kita coba buat. Basic kami juga tidak ada seni ukir tapi karena suka melihat film jadi mencoba dan bisa,” terang Seksi Pengembangan Bank Sampah Pa-Q-One Art Production ini.

Sandal jepit bekas dipilih karena proses penggarapan kerajinan lebih mudah dibandingkan bahan dari kayu. Sebab, sandal jepit lebih lentur sedangkan kayu teksturnya keras dan memerlukan waktu yang lama.

“Untuk prosesnya, kita lihat bentuknya dulu. Kita bukan recycle tapi upcycle dimana bentuk yang sudah ada kita jadikan bentuk yang baru,” ungkap Budi.

Meski stok sandal jepit bekas di bank sampah tidak banyak. Namun, pihaknya masih dapat memenuhi pemesanan kerajinan. Untuk pembuatan, pihaknya mengatakan menyesuaikan bahan bekas yang ada dan ide dari pembuatnya

Mengenai harga? Budi menerangkan, harga kerajinan terbuat dari sandal jepit bekas antara Rp 40 ribu hingga Rp 400 ribu. Harga kerajinan tergantung dengan ukiran dan konsep. “Semakin rumit dan tingkat kesulitan besar maka semakin harganya tinggi,” papar Budi.

Budi menjelaskan, untuk pembuatannya menyesuaikan kerumitan karya yang dibuatnya. Jika karya yang dibuat berdiameter kecil maka memerlukan waktu 3 jam. Sebaliknya, semakin rumit dan berdiameter besar, maka memerlukan waktu satu minggu bahkan berbulan-bulan untuk menyelesaikannya.

Karena itu, Budi mengajak warga Kota Yogyakarta yang sampai saat ini masih membuang sampah sembarangan terutama di sungai, bersama-sama membiasakan untuk pilah sampah dan memanfaatkan sampahnya agar dapat digunakan, bahkan bernilai tinggi.

“Masih banyak yang membuang sampah terutama pada malam hari. Mari kita olah sampah kita sendiri. Dimana Kota Yogyakarta punya jargon 'Olah Sampah Seko Ngomah' atau olah sampah dari rumah, maka kalau bisa itu dijadikan acuan buat kita untuk olah sampah di rumah. Bahkan jika ada pihak hotel yang ingin memberikan sandal bekas hotel, kami siap menerima,” terang Budi.

Ia pun mendukung dan senang dengan adanya program pemerintah yakni gerakan zero sampah yang sampai saat ini dapat mengurangi sampah sampai 60 Ton per hari. “Program zero sampah sangat bagus. Mari tingkatkan lagi olah sampah dari rumah. Bahkan yang tidak bisa diolah bikin ide, agar bisa kita olah dan bernilai tinggi,” ajak Budi.

Tertarik melihat dan belajar mengolah sandal jepit bekas menjadi barang kerajinan bernilai ekonomis, yuk kunjungi Bank Sampah Pa-Q-One Art Production yang berlokasi di Jalan Gedongkiwo MJ 1/1031, Kelurahan Gedongkiwo, Kemantren Mantrijeron Kota Yogyakarta. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES