Kadar Belerang Kawah Ijen Bikin Kerdil Tanaman Tebu di Situbondo

TIMESINDONESIA, SITUBONDO – Petani tebu di Desa Awar-awar, Kecamatan Asembagus, Situbondo, Jatim keluhkan aliran air belerang dari Kawah Ijen Bondowoso. Sebab, air belerang itu mengakibatkan puluhan hektare tanaman tebu mengerdil dan terancam gagal panen.
Diketahui, aliran air Kali Samir atau sungai utama tempat masyarakat mengairi ladang persawahan bercampur dengan belerang.
Advertisement
Suparjono, petani tebu di Kecamatan Asembagus, Jumat (19/5/2023) mengatakan, tanaman tebu milik di atas lahan seluas satu hektar terdampak campuran air belerang. "Semuanya kerdil,” katanya.
Sebagai wilayah yang berada di sekitar lereng pegunungan Ijen, warga Desa Awar-Awar menggantungkan hidup dari lahan pertanian tebu. Sementara kebutuhan air di lahan tebu tersebut bersumber dari sungai utama dari kawah Ijen.
Tapi karena air sungai saat ini bercampur belerang, maka pertumbuhan tebu pun tidak maksimal. Meski telah diberi pupuk. “Keesokan harinya bukan tambah subur, daun tebu perlahan kering dan tebu tidak berkembang,” imbuh Suparjono.
Mendapati kondisi tersebut, petani mengaku cukup pusing. Selain modal penanaman tebu yang tidak sedikit, kondisi lahan setempat juga hanya cocok ditanami tebu. Sementara jika ditanami padi atau jangung, maka petani harus memenuhi kebutuhan air dengan cara ngebor. Tentunya dengan biaya yang tidak sedikit.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Desa Awar-Awar, Sucung juga mengungkapkan hal serupa. Puluhan hektare lahan pertanian tebu warga diketahui rusak dan mengerdil akibat aliran air bercampur belerang dari Kawah Ijen. "Tapi mau bagaimana lagi sumber air satu-satunya hanya dari gunung Ijen,” ujar Sucung kepada TIMES Indonesia, Jumat (19/5).
Lebih lanjut, Sucung menjelaskan, kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Kecamatan Asembagus saja, namun juga terjadi di kecamatan lain seperti Banyuputih yang juga memanfaatkan aliran air Kali Samir dari Kawah Ijen.
Sucung menjelaskan, keluhan warga terkait kondisi air sejatinya pernah direspons oleh mantan Bupati Situbondo, Almarhum Suroso. Kala itu, pemerintah melakukan peninjauan ke titik sumber mata air untuk mengetahui penyebab gagal panen masyarakat.
Dari tinjauan itu, diketahui air sungai mengandung zat kapur, air bersih dan air belerang. Sudah ada solusi saat era Bupati Suroso. Dimana air belerang harus dipisah. "Namun hal itu (Solusi, Red) mandek di tengah jalan dan sampai sekarang tidak ada jawaban,” jelas Sucung.
Kades Awar-Awar itu berharap, keluhan warga dapat dipertimbangkan oleh pihak terkait dan bisa diberi bantuan tepat untuk atasi masalah tersebut.
Dihimpun dari berbagai sumber, pemilihan komoditas tebu sebagai tanaman produksi diakui telah dilakukan turun-temurun selama lebih dari 20 tahun di Desa Awar-Awar, Situbondo. Hal tersebut karena tanaman seperti padi dan jagung tidak dapat tumbuh dengan baik di desa tersebut akibat kondisi air yang bercampur belerang Kawah Ijen. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |