Peristiwa Daerah

25 Tahun Reformasi Indonesia, Novel Putri Cina Karya Romo Sindhu Kembali Diluncurkan

Rabu, 24 Mei 2023 - 14:50 | 114.33k
Foto bersama sekaligus pemberian tali asih kepada para pemateri, Rabu (24/5/2023). (FOTO: Rayhan Hafizh Ananda/TIMES Indonesia).
Foto bersama sekaligus pemberian tali asih kepada para pemateri, Rabu (24/5/2023). (FOTO: Rayhan Hafizh Ananda/TIMES Indonesia).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – SMAK Kolese Santo Yusup (Kosayu) yang berkolaborasi dengan INTI Malang Raya menggelar peringatan ‘25 Tahun Reformasi Indonesia: Siapakah Aku dalam Masyarakat Indonesia?’, Rabu (24/5/2023).

Acara tersebut menghadirkan tokoh sastrawan serta motivator, seperti Dr. Gabriel Possenti Sindhunata S.J., Dr. Agustinus Indradi, M.Pd., dan Michelle Aveline Gracia Chandra.  

Advertisement

Selain untuk memperingati Reformasi Indonesia, acara ini sekaligus menjadi peluncuran kembali buku novel karya Dr. Sindhunata bertajuk ‘Putri Cina’ dan ‘Kambing Hitam’.

Kepala sekolah SMAK Kolese Santo Yusup Petrus Harjanto dalam pidato singkatnya mengangkat soal perbedaan-perbedaan yang ada di Indonesia. Menurutnya, meskipun warga Indonesia memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Justru hal tersebut membuat Petrus memiliki harapan bahwa masyarakat Indonesia memiliki rasa saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya.

“Saat ini kita berbicara tentang Indonesia, memang kita berasal dari bermacam-macam tempat (berbeda). Tetapi satu hal yang pasti, ketika Sumpah Pemuda 28 oktober, kita sudah dipersatukan menjadi Indonesia.” imbuhnya.

Sementara, salah satu dosen di Universitas Katolik Widya Karya ,Agustinus Indradi mengatakan bahwa novel Putri Cina yang memiliki ketebalan 304 halaman itu sudah tiga kali dicetak ulang sejak tahun 2007. “Ini adalah kesempatan peluncuran kembali sebuah novel yang telah ditulis sejak tahun 2007 lalu,” ujar motivator tersebut.

Menurut Agustinus, novel tersebut mengisahkan tentang kegelisahan putri cina dalam perjuangannya yang sedang mencari jati diri karena etnis cina masih dianggap tidak memiliki jiwa tanah air. Hal tersebut berawal dari kecemburuan masyarakat pribumi terhadap etnis cina akibat perekonomian etnis cina yang lebih baik daripada masyarakat pribumi. Masalah tersebut terus belarut-larut dan tak kunjung terselesaikan.

Agustinus juga mengungkapkan bahwa novel karya Dr. Sindhunata, yang kerap dipanggil Romo Sindhu itu ditulis untuk didedikasikan kepada ibunya yang telah tiada. Seperti sebuah kalimat yang terletak di awal novel tersebut yang bertuliskan “Mengenang Koo Soen Ling, Ibuku”.

Di sela-sela acara peluncuran kembali novel-novel karya Romo Sindhu, acara peringatan 25 Tahun Reformasi Indonesia ini juga dimeriahkan dengan serangkaian hiburan tarian oleh tim dancer sekolah Kosayu yang menampilkan tarian ‘Wonderful Indonesia’, kombinasikan tarian dari beberapa wilayah Indonesia. Serta tarian modern cina berjudul LIP. Tarian ini menggambarkan semangat keturunan Tionghoa dalam mengenalkan Indonesia kepada dunia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES