Peristiwa Daerah

Mendekati Idul Adha, Kasus LSD di Pacitan Merajalela

Jumat, 26 Mei 2023 - 16:33 | 103.50k
Kondisi sapi milik peternak di Kecamatan Bandar, Kabupaten Pacitan yang terkena penyakit LSD. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Kondisi sapi milik peternak di Kecamatan Bandar, Kabupaten Pacitan yang terkena penyakit LSD. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PACITAN – Mendekati Idul Adha 1444 Hijriyah kasus virus Lumpy Skin Disease (LSD) yang menyerang hewan ternak sapi di Kabupaten Pacitan justru kian merajalela. 

Data update situasi LSD per Kamis, 25 Mei 2023 kemarin, terdapat 174 kasus yang tersebar di 39 desa dari 11 kecamatan. Sapi yang sakit mencapai 140 ekor. 32 diantaranya dinyatakan sembuh. Sedangkan dua diantaranya harus dipotong paksa. 

Menurut Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pacitan, drh Kus Handoko, secara teori angka kematian yang disebabkan karena virus LSD lebih tinggi ketimbang penyakit mulut dan kuku (PMK). 

"Namun penularannya tidak secepat PMK. LSD kami belum menerima laporan ternak mati, tapi yang dipotong dengan syarat baru dua ekor. Dari sekian yang tertular, 90 persen diantaranya sembuh," katanya, Jumat (26/5/2023). 

Handoko menyebutkan, sejauh ini wilayah tertinggi angka LSD ada di Kecamatan Bandar karena populasi sapi di sana terbanyak. Pihaknya mencatat, dari 44 kasus, 38 ekor diantaranya dinyatakan sakit, 5 ekor sembuh dan 1 ekor dipotong paksa. 

"Gejala awal, deman, tidak mau makan disertai nodul benjolan seperti cacar pada manusia. Ini bisa ditularkan melalui nyamuk, lalat penghisap darah atau pitak dan caplak," terangnya. 

Handoko memprediksi, Idul Adha 2023 ini tidak jauh beda dengan tahun sebelumnya. Lalu-lintas ekonomi pada sektor peternakan masih dibayang-bayangi virus cacar sapi. Dengan adanya kasus LSD dan PMK, ritme penjualan pun juga ikut merosot, 

"Karena daerah tujuan juga ingin memproteksi dengan mensyaratkan beberapa pemeriksaan dan tes agar tidak tertular dari daerah asal meskipun statusnya sama," ujarnya. 

Handoko menambahkan, jika seluruh prosedur tersebut diikuti akan lebih baik. Seperti, ternak yang akan dijual ke luar kota dicek terlebih dahulu, sehingga sampel hasil uji lab bisa diketahui sebelum sampai ke pasar. 

"Karena tidak biasa, sebagian peternak menganggap hal ini ribet akhirnya mengambil jalan pintas nekat atau juga ada yang berhenti menjual belikan ternak. Akhirnya permintaan di pasar juga turun," paparnya. 

Kendala Penanganan Kasus LSD di Pacitan

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian memberikan catatan beberapa kendala dalam penanganan tingginya angka kasus LSD di Kabupaten Pacitan. 

Pertama, masih tingginya lalu-lintas ternak tanpa melalui prosedur yang jelas sehingga memicu penularan pada hewan ternak lain melalui kontak langsung di kandang para peternak. 

Kedua, penyebaran LSD melalui vektor cukup menyulitkan petugas melakukan pencegahan. Di sisi lain, pemberantasan vektor juga dirasa lebih sulit sehingga penyebaran virus terus massif. 

Ketiga, keterbatasan jatah vaksin LSD merk Lumpyvax dari pemerintah menghambat penanganan dan pencegahan kasus selama beberapa bulan terakhir. 

Sejauh ini, Kabupaten Pacitan baru mendapatkan alokasi vaksin sebanyak 1.200 dosis dan sebagian besar untuk sapi perah. 

"Untuk sapi potong baru mendapat 500 dosis, kami maksimalkan di daerah yang ada kasus guna membatasi pergerakan penyakit," kata Kus Handoko. 

Dengan begitu, pihaknya menilai, secara jumlah stok vaksin yang tersedia saat ini memang masih jauh dari kata ideal. Padahal, target vaksin massal paling tidak harus mencapai angka 70 persen dari populasi. 

Selain itu, meski permohonan stok vaksin kepada Dinas Pertanian Provinsi Jatim terus dilakukan, namun selama dua tahun terakhir baru mendapatkan 170.000. Sedangkan 150.000 dosis dipusatkan pada tingkat populasi sapi perah tertinggi, antara lain di Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Tulungagung dan sekitarnya. 

"Yang 20 ribu itu baru dibagikan pertengahan Mei 2023 kemarin. Kami cuma dapat 600 dosis vaksin. Pacitan baru menyentuh angka satu persen. Dan repotnya, kalau dipaksakan vaksin mandiri, beli pun juga belum tersedia di pasar. Karena barangnya masih impor," paparnya. 

Masyarakat peternak di Kabupaten Pacitan juga diminta untuk melakukan pencegahan penyakit LSD secara mandiri. Seperti membasmi serangga dengan berbagai cara, rajin bersih-bersih area kandang guna memutus mata rantai penularan. 

"Masa inkubasi ternak yang terkena LSD 3-14 hari. Kadang-kadang belum muncul gejala tapi ternyata sudah terkena," kata Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pacitan drh Kus Handoko. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES