Peristiwa Daerah

KH Moh Zuhri Zaini: Masjid dan Pendidikan Agama Ibarat Lumbung dan Sawah

Senin, 29 Mei 2023 - 14:12 | 182.69k
Pengasuh Ponpes Nurul Jadid, KH Moh Zuhri Zaini (berdiri) memberikan tausiyah di acara peresmian Masjid Nurul Jadid Al-Qomari, Kota Probolinggo (Foto: Iqbal/TIMES Indonesia)
Pengasuh Ponpes Nurul Jadid, KH Moh Zuhri Zaini (berdiri) memberikan tausiyah di acara peresmian Masjid Nurul Jadid Al-Qomari, Kota Probolinggo (Foto: Iqbal/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Pengasuh Ponpes Nurul Jadid, Kabupaten Probolinggo, Jatim, KH Moh Zuhri Zaini mengibaratkan hubungan masjid dan pendidikan seperti halnya lumbung dan sawah yang saling berhubungan satu sama lain.

Menurut Kiai Zuhri, pendidikan ibarat sawah, tempat menanam benih. Sementara masjid ibarat lumbung atau gudang yang menjadi tempat menyimpan hasil panen di sawah.

Advertisement

Ibarat itu disampaikan KH Moh Zuhri Zaini saat meresmikan Masjid Nurul Jadid Al-Qomari di RW 2, Kelurahan Jrebeng Kidul, Kecamatan Wonoasih, Kabupaten Probolinggo, Minggu (28/5/2023).

Masjid itu dibangun oleh Pembantu Pengurus Pondok Pesantren Nurul Jadid atau P4NJ Probolinggo Barat. Masjid dibangun di atas tanah wakaf.

"Masjid ibarat seperti lumbung, gudang. Sedangka pendidikan ibarat sawah, ladang," kata pengasuh ponpes dengan ribuan santri tersebut.

Membangun gudang tanpa memiliki sawah, hanya akan membuat gudang menjadi kosong tanpa isi apa-apa. Demikian pula halnya dengan membangun masjid tanpa adanya pendidikan agama.

"Abangun masjid mapan, keng pendidikan agema tidak berjalan, ya gun kare se po seppo. Adentek ajel nikah. Mon pon se seppo sobung, gi sobung," terang Kiai Zuhri dalam Bahasa Madura.

Dalam Bahasa Indonesia, ungkapan kiai kharismatik itu berarti: membangun masjid bagus, tapi pendidikan agama tidak berjalan, ya tersisa yang tua-tua (yang aktif di masjid). Ini menunggu ajal. Kalau yang tua-tua telah tiada (meninggal), ya tiada juga (yang aktif di masjid).

Dengan ibarat seperti itu, lanjut Kiai Zuhri, menjadikan generasi muda sebagai penerus sunnah dan perjuangan para muassis menjadi tantangan ke depan. "Karenanya, pendidikan anak-anak harus kita perhatikan," kata Kiai Zuhri.

Namun, pengasuh keempat Ponpes Nurul Jadid itu yakin, hal itu telah dilaksanakan. "Tidak harus di masjid, tapi di daerah, di kampung, dan lain sebagainya," ujarnya.

Pada kesempatan itu, KH Moh Zuhri Zaini juga menyampaikan pentingnya keteladanan dalam mendidik anak-anak, sebagai bagian dari pendidikan karakter.

Perlu Kesabaran dan Ketelatenan

Pasca terbangunnya Masjid Nurul Qomari di RW 2, Kelurahan Jrebeng Kidul, Kota Probolinggo, KH Moh Zuhri Zaini menyebut ada tantangan berat berikutnya yang tak kalah berat.

Tantangan yang dimaksud adalah merawat serta memakmurkan masjid yang tak jauh dari Pasar Hewan Wonoasih tersebut.

Kiai Zuhri menyatakan, merawat masjid memerlukan kesabaran dan ketelatenan. Menurutnya, hal itu lebih berat dibanding memulai. Namun dengan kebersamaan, Kiai Zuhri yakin hal itu bisa dijalani dengan baik.

Kiai Zuhri mengatakan, masjid dibangun untuk dimakmurkan. Karenanya, muncul istilah takmir, yang bertugas memakmurkan masjid dengan aneka kegiatan positif, seperti salat jemaah dan lainnya. Masjid akan sia-sia jika tidak dimakmurkan.

Namun dengan kepengurusan takmir yang kompak dan disertai dengan dukungan tokoh-tokih masyarakat, Kiai Zuhri yakin Masjid Al-Qomari akan makmur. 

Pada kesempatan itu, Kiai Zuhri juga berharap adanya remaja masjid atau remas.

"Sebab ini (remas) cikal bakalnya takmir. Malah kalau perlu, ada tempat pendidikan anak-anak," harap KH Moh Zuhri Zaini di acara Peresmian Masjid Nurul Jadid Al-Qomari oleh P4NJ Probolinggo Barat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES