Kisah Surat Kematian Dr Soetomo yang Ungkap Nasab Keturunan Sayyidina Ali

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Seniman dan penulis Hamid Nabhan memiliki sebuah surat berharga. Surat tersebut berisi tentang kabar pemberitahuan kematian Dr Soetomo. Surat itu ia serahkan ke Museum Dr Soetomo, Jalan Bubutan Surabaya 8 Juni 2023 kemarin.
Ia menyerahkan surat dalam bentuk lembaran kertas cetak ulang ukuran A4. Lebih besar dari ukuran aslinya agar bisa dilihat dan dibaca oleh pengunjung museum. Sedangkan surat asli kematian Dr Soetomo berukuran seperti pamflet. Isinya menerangkan bahwa pemimpin nasional tersebut telah wafat 30 Mei 1938.
Advertisement
Dalam selebaran juga disebutkan silsilah Dr Soetomo sampai Sayyidina Ali. Hamid Nabhan membenarkan karena itu juga diperkuat oleh beberapa literatur sejarah.
PEMIMPIN NASIONAL T. Dr. SOETOMO WAFAT
Pada hari Senen sore djam 4.36 tanggal 30 Mei 1938 baroe2 ini telah wafat toean Dr. R. Soetomo, pemimpin besar Nasional Indonesia kita, dan dikoebor pada 1 Juni tempatnja di O.N.I Soerabaja.
Walaupoen dalam satoe doea hal, tindakan dan faham toean Dr. Terseboet koerang memoeaskan pada kita, dan kadang2 mengetjiwakannja, akan tetapi kita sebagai rakjat Indonesia, tidak boleh meloepakan atas djasa2 beliau jang besar, djasa beliau jang ditoedjoekan oentoek bangsa dan noesa Indonesia, maka merasa atau tidak, kita berhoetang boedi kepadanja, teroetama poela pada berdirinja Nahdil Oelama dahoele, beliau pernah memberikan tenaganja, dan pada achir2 inipoen beliau akan beroesaha oentoek Oemmat dan Agama Islam jalah dengan mendjadi presidentnja “Koellijjah Islamijah” di Soerabaja, jg mana angan2 jg semoelja itoe beloem sampai berwoedjoed, telah di dahoeloei oleh adjalnja.
Dengan kewalatan beliau, Indonesia kehilangan seorang jg berharga, seorang pemimpin jg soedah mateng, seorang djasawan jang soekar bandingannja, seorang bidjaksana jg loeas pengetahoeannja.
Bersama2 dengan bangsa dan noesa Indonesia, kita toeroet berdoeka-tjita, kita toeroet merasakan kehilangan seorang jg sangat berharga, seorang pemimpin Nasional jg dengan opisil mengakoei ke Islamannja.
Soenggoeh patoet djikalau kawan2 kita kaoem Nahdlatoel Oelama bersama2 mengadakan sembahjang ghoib dan tahlil oentoek roech pemimpin besar itoe. Moga2 Allah meampoeni dosanja, serta poela melimpahkan sebanjak2nja rachmatnya kepada roch beliau Amien.
Dr. Soetomo adalah poetera R. Soewadji bin Kartodiwirjo, bin R. Prawirosentomo dari isterinja jg bernama R. Kalpikowati, jalah bekas isterinja Soelthan Mataram III.
R. Kalpikowati ini adalah poeterinja Mas Prawirodipoero, b. Renowidjojo, b. M. Soerjani, b. Pangeran Paningger, b. Pangeran Nrangkoesoemo, b. Soenan Giri Prapen, b. Sn. Giri dalem, b. Sn. Giri Kedaton, b. Maulana Isehaq, b. Sj. Djamadil Koebra, b. Zajnalkoebra, b. Zajnal Ali, b. Zajnal Abidin, b. Sajjidinal Chasan, b. sdin Pathimah, r. a. binti Sdn Rasoeloellah Moechammad s.a.w.
Dr. R. Soetomo dilahirkan di Ngepeh (Ngandjoek) pada hari Minggoe 30 Juni 1888 wafat pada 30 Mei 1938.
"Ya di surat kematiannya tertulis seperti itu, dan ini diperkuat dengan literatur lain seperti Koran Matahari tahun 1937 dan juga Madjalah Aliran Baru tahun 1939," tutur Hamid Nabhan kepada TIMES Indonesia, Sabtu (10/6/2023).
Sejarah Keturunan Arab di Indonesia
Buku Ziarah Sejarah 2 karya Hamid Nabhan juga mengungkap tulisan M. Amier tentang keturunan Arab di Indonesia.
Matahari, 3 Maart 1937
Pergerakan Indo Arab Pendoedoek Indonesia terdiri dari golongan Indo
DI ANTARA BANGSAWAN INDONESIA BANJAK KEDAPETAN INDO ARAB
Persatoean Arab Indonesia dalem Perdjoeangan
Oleh: M. AMIER, Soerabaja
Tulisan itu terbit di Koran Matahari pada tahun 1937. Berikut sepenggal catatan tersebut :
Pada achir boelan November 1935 dalem satoe causerie tentang: “Social Golongan Indo” di gedong Nationaal Indonesia Soerabaja, jang banjak dihadlirin oleh golongan Indonesia, golongan Indo Arab, Tionghoa dan Olanda, Dr, Soetomo telah bikin pertanja’an: “bahoea me noeroet sedjarah, bangsa Indonesia oemoem nja tida lebih dari Indo.
Ada jang dari ketoe roenan Hindoe, ada jang dari asal Arab, atawa Tionghoa dan laen-laennja.”
Boeat boektiken itoe semoea, itoe waktoe Dr. Soetomo soeda toeding pada golongan Indoneseir jang ada disitoe sembari perhatiken masing masing poenja idoeng, Dr. Soetomo laloe kata: “Ini idoeng jang mantjoeng dari mana toean-toean dapatken?
Tjobalah dibanding sama idoeng idoeng dari ini soedara soedara golongan Indo Arab jang hadir!...!!
Sama, Boekan?”
Lebi djaoe dalem itoe causere Dr. Soetomo terangken dengen teges, jang kebanjakan ambtenaar B. B. dari golongan tinggi disini, ada terdiri dari golongan Indo. Kaloe orang maoe mengoesoel ketoeroenan marika, baiklah dengen setjara iseng iseng di satoe perdjamoean jang ada di’iderken koffi e atawa thee, orang bole tandja, Disitoe nanti orang aken dapetken pertanja’an jang kliwat berharga dari hal toeroenannja banjak Regent-regent, Adipati, dan ningrat serta banjak lagi golongan Indo.
Itoe pertanja’an jang teges dari Dr. Soetomo telah timboelkan napsoe dari Intelleetueelen Indo Arab boeat lakoeken penjelidikan tentang sedjarah dari ini kepoeloan. Oleh marika ada banjak dibikin lezing dan peroendingan. Conclusie dari itoe semoea penjelidikan dan peroendingan ternjata, bahoea banjak sekali poedjangga-poedjangga Indoniseir 100 pCt ada toeroenan Arab.
...........
Tidak banyak orang tahu bahwa Dr. Soetomo itu memiliki darah keturunan Arab, seperti diakuinya sendiri (dalam surat kabar Matahari, Rabo 3 Maart 1937). Pernyataan ini kemudian juga dikutip oleh Lukman Hakim dalam bukunya Dari Panggung Sejarah Bangsa, Belajar dari Tokoh dan Peristiwa (2020).
Fakta bahwa Dr. Soetomo adalah pria keturunan Arab ini juga pernah disampaikan oleh Hamid Al Gadrie saat berpidato dalam openbare vergadering P.A.I di Jakarta.
Di dalamnya dikatakan : kebangsaan” sekali kali boekan karena darah tapi karena kejakinan”. Malah Dr. Soetomo sendiri menoeroet pengakoeanja sendiri toeroenan Arab”. (Soal Indo di Indonesia, Madjallah Aliran Baroe 1940).
Penemuan Surat Kematian Dr Soetomo
Dr. Soetomo meninggal pada tanggal 30 Mei 1938 di Surabaya. Pada berita surat kematian itu, nasabnya tertulis ia masih keturunan Syaidina Ali ra.
Hamid menemukan surat tersebut saat membongkar barang-barang berharga peninggalan kakeknya, Syeh Salim Bin Nabhan sekitar 10 tahun lalu. Sudah cukup lama. Kakeknya sendiri merupakan pejuang kemerdekaan. Ia tinggal di Jalan KH Mas Mansyur, Nyamplungan, Surabaya.
"Awalnya itu saya bongkar-bongkar lalu dapat surat itu, saya dapat dari peninggalan keluarga. Sudah saya simpan cukup lama, dan bulan lalu saya berkunjung ke museum Dr Soetomo tapi saya lihat tidak ada koleksi surat kematian beliau, akhirnya saya inisiatif untuk memberikan kepada museum, supaya masyarakatnya bisa melihat," ujar Hamid.
Hamid menduga dahulu pemberitahuan kematian tokoh nasional disebarluaskan lewat selebaran yang disebarluaskan.
"Waktu saya temukan itu ya seperti dokumen lawas, kertasnya sudah berwarna kuning. Lalu menjelaskan mengenai meninggalnya beliau serta ucapan duka bangsa Indonesia untuk hal tersebut," terangnya.
Ia menjelaskan, kakeknya merupakan seorang pejuang dan donatur kemerdekaan sehingga memiliki banyak koleksi benda bersejarah.
"Banyak surat penting yang disimpan oleh kakek saya, Salim Nabhan. Beliau adalah seorang pejuang dan juga donatur kemerdekaan dan merupakan pelopor penerbitan buku buku agama untuk pondok pesantren yang pertama se-Indonesia," paparnya.
Hamid berharap, dengan adanya surat kematian Dr Soetomo bisa menambah kekayaan sejarah dan pengetahuan masyarakat luas. "Yang saya berikan ke museum ukurannya saya lebarkan A4 dari ukuran aslinya, supaya lebih kelihatan tulisannya dan terbaca oleh masyarakat," ungkapnya.
Pengurus museum Dr Soetomo, Reni merasa senang dengan apa yang dilakukan Hamid. "Selain itu kita juga tahu tentang bagaimana cara penyebaran berita pada zaman dahulu seperti apa," ujarnya.
Saat ini, surat tersebut masih dalam kurasi oleh kurator dan akan segera dipajang di Museum Dr Soetomo.
Profil Dr Soetomo
Dr Soetomo merupakan seorang Tokoh Nasional. Namanya kini juga diabadikan oleh museum dan salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya. Universitas Dr Soetomo atau Unitomo.
Dr. Soetomo lahir di Desa Ngepeh, Nganjuk, Jawa Timur, 30 Juli 1888. Pada tahun 1903 Soetomo menempuh pendidikan kedokteran di School Tot Opleiding Van Inlandsche Artsen (STOVIA) di Batavia.
Bersama kawan kawan dari STOVIA inilah Soetomo mendirikan perkumpulan yang diberi nama Budi Utomo pada tahun 1908. Perkumpulan ini mempunyai misi meningkatkan taraf pendidikan masyarakat dengan memajukan pengajaran dan kebudayaan.
Organisasi ini pula yang menjadi cikal bakal kebangkitan jiwa nasionalisme Indonesia, sehingga tanggal berdirinya Budi Utomo ditetapkan sebagai hari Kebangkitan Nasional. Budi Utomo merupakan organisasi pergerakan menuju kemerdekaan yang pertama di Indonesia.
Pada 1917, Dr Soetomo menikah dengan seorang perawat Belanda bernama Everdina Broering. Pada 1919 sampai 1923, Dr Soetomo mendapatkan beasiswa dan melanjutkan studi spesial kedokteran di Universitas Amsterdam Belanda, setelah kembali ke tanah air Dr. Soetomo menjadi pengajar di Nederlansch Artsen School (NIAS).
Pada tahun 1924 Dr. Soetomo mendirikan Indonesia Study Club di Surabaya dan pada tahun 1930 Indonesia Study Club berubah namanya menjadi Partai Bangsa Indonesia dan pada tahun 1935 Dr. Soetomo mendirikan Partai Indonesia Raya (PERINDRA).
Soetomo adalah seorang dokter yang memperjuangkan kehidupan rakyat banyak. Dia mengabdikan ilmu dan hidupnya untuk rakyat Hingga akhir hayatnya. Dr. Soetomo meninggal pada tanggal 30 Mei 1938 di Surabaya. Pada berita surat kematiannya nasabnya tertulis ia masih keturunan Syaidina Ali ra.
Tak banyak orang tahu bahwa pejuang yang dikenal dengan nama Dr Soetomo itu memiliki darah keturunan Arab, seperti diakuinya sendiri (di suratkabar Matahari Rabo 3 Maart 1937). (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |