Fenomena Bediding pada Puncak Kemarau, Suhu Udara Dingin saat Malam Hari

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Sebagian besar wilayah di Jawa Timur, termasuk Kota Probolinggo, telah memasuki musim kemarau. Di musim ini, biasanya suhu pada malam hari terasa lebih dingin di bulan-bulan akhir antara Mei sampai dengan Oktober. Fenomena seperti ini disebut bediding.
Bediding adalah suhu lebih dingin. Suhu ini akan dirasakan oleh masyarakat pada malam hingga menjelang pagi terutama saat puncak musim kemarau.
Advertisement
Namun jika ditinjau dari waktu atau bulan, saat ini masuk bulan Juli, di mana belum masuk puncak musim kemarau. Biasanya, puncak musim kemarau terjadi pada bulan Agustus sampai dengan September.
Menurut Kalaksa BPBD Kota Probolinggo, Sugito Prasetyo, secara umum kondisi seperti ini sering disebut dengan Bediding. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI dijelaskan, musim Bediding ialah musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Fenomena Bediding, yakni suhu dingin pada malam hingga pagi hari apabila musim beralih dari penghujan ke kemarau, biasanya terasa di pulau Jawa hingga ke NTT, yang terletak di selatan garis katulistiwa.
“Bediding ialah istilah serapan dari bahasa Jawa: bedhidhing. Dapat dipahami jika istilah ini ditemukan dalam bahasa Jawa mengingat fenomena ini memang berlaku di pulau Jawa,” katanya Jumat (14/7/2023).
Fenomena ini terjadi karena wilayah Australia mengalami musim dingin bergerak menuju Indonesia (monsoon Australia). Selain itu, tutupan awan cenderung sedikit sehingga udara panas tidak dipantulkan kembali ke bumi.
Angin muson atau disebut juga angin musim merupakan gerakan massa udara yang terjadi karena perbedaan tekanan antara daratan dan lautan. Sementara itu, di wilayah tropis, angin muson dipengaruhi perbedaan sinar matahari. Besar kecilnya tekanan udara di suatu daerah itu dipengaruhi posisi matahari terhadap bumi.
Posisi matahari itu dapat dipetakan menjadi 4, yaitu 23,5 derajat LU (21 Juni), khatulistiwa (23 September), 23,5 derajat LS (22 Desember), dan khatulistiwa (21 Maret). Musim Bediding terjadi karena pada bulan-bulan tersebut, posisi matahari berada pada posisi terjauh di sebelah utara garis khatulistiwa sehingga menyebabkan belahan bumi sebelah utara menjadi panas dan belahan bumi selatan menjadi dingin.
Letak pulau Jawa yang berada di sebelah selatan garis khatulistiwa menyebabkan pulau Jawa menjadi lebih dingin daripada biasanya. Angin musim dingin dari Australia juga turut andil menjadikan pulau Jawa menjadi lebih dingin.
“BMKG Juanda telah merilis peringatan dini adanya fenomena Bediding memasuki awal musim kemarau hingga bulan Agustus mendatang. Fenomena Bediding ditandai dengan turunnya suhu udara secara drastis khususnya di malam hari, BMKG juga memprediksi akan munculnya embun es khususnya di dataran tinggi,” lanjutnya.
Fenomena terjadi karena angin muson timur yang membawa masa udara lebih kering menyebabkan langit cerah tanpa awan sehingga radiasi matahari yang diterima bumi lebih besar dan suhu pun meningkat drastis di siang hari.
Berdasarkan pantauan Pusdalops PB BPBD Kota Probolinggo, dalam sepekan ini diperkirakan Kota Probolinggo akan diselimuti cuaca cerah berawan sepanjang hari dengan suhu berkisar antara 19ᵒ C hingga 32ᵒ C. Pada malam hari suhu dapat mencapai 17ᵒ C dengan rerata kecepatan angin berkisar antara 11 Km/jam hingga 22 Km/jam dan kelembaban mencapai 68% hingga 71%.
“BPBD Kota Probolinggo mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi perubahan suhu yang drastis karena dapat mempengaruhi kondisi tubuh,” tambahnya.
Tips Jaga Kondisi Kesehatan saat Musim Kemarau
Menghadapi musim kemarau yang saat ini berangsur merata di Indonesia, memerlukan persiapan secara fisik maupun lingkungan yang ketat, hal ini dikarenakan perpindahan cuaca menjadi panas di indonesia menyebabkan kurangnya pasokan air dan menurunnya imunitas tubuh seseorang yang memiliki kondisi tubuh kurang fit.
Persiapan secara fisik dilakukan agar masyarakat tidak mudah terserang penyakit penyerta yang biasa datang bersamaan dengan musim kemarau seperti diare, infeksi saluran pernapasan, flu/pilek, hingga muntaber. Sedangkan persiapan lingkungan dilakukan untuk meminimalisir kekeringan dan kurangnya pasokan air, sehingga terganggunya konsumsi air harian dalam kehidupan sehari-hari.
Sugito Prasetyo memaparkan, sejumlah tips terkait dengan persiapan menghadapi musim kemarau yang dapat dilakukan sebagai langkah preventif, untuk meminimalisir dampak dari musim kemarau. Baik dari sisi kesehatan maupun lingkungan.
1. Jaga asupan makanan sehat sempurna untuk membantu pencernaan lebih baik.
2. Memperbanyak konsumsi air putih, untuk meningkatkan cairan tubuh.
3. Perhatikan pola tidur jangan sampai kelelahan.
4. Mengonsumsi vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
5. Kenakan pakaian tebal dan hangat, karena dapat mempengaruhi kondisi tubuh saat diluar (terutama saat malam hari).
Itulah tips menjaga kesehatan yang disampaikan BPBD Kota Probolinggo, terkait fenomena bediding. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |