Jalur Gaza Surabaya Menginspirasi Gerakan Toples Mini Filantropis

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Jalur Gaza tak lagi soal perang antara Palestina dan Israel. Namun, ini adalah gang penghubung sekaligus pembatas antara Universitas Dr Soetomo Surabaya dan Universitas 17 Agustus 1945.
Adalah Agus Firmansyah, membangun sebuah grup kecil dalam balutan kekeluargaan dan harmoni sosial bernama Gaza Family.
Advertisement
Ia menginisiasi gerakan mini filantropis, tanggung bersama dalam bahasa populer, melalui toples mini filantropis alias toples kemanusiaan. Tempat di mana uang berkumpul tanpa tujuan, namun memberi manfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.
Jalur Gaza memang kerap kedatangan para 'tamu' dari luar sebagaimana warung kopi pada umumnya. Mulai pengamen jalanan hingga kaum dhuafa.
Toples mini filantropis menjadi dewa penolong tatkala mereka datang. Demikian pula saat anggota membutuhkan sedikit bantuan. Entah untuk sekadar membeli makan, membeli bensin, membeli obat-obatan yang dibutuhkan secara darurat ketika sakit maupun membayar utang di warung.
"Yang butuh silakan ambil, asal ada isinya," kata Agus Wijaya, Selasa (25/7/2023).
Terbukti, toples mini filantropis tak pernah terkunci oleh perekat. Siapa saja bebas membukanya, tanpa khawatir kehilangan. Tanpa ada kecurigaan dan kesedihan jika uang mungkin habis tak tersisa.
"Karena, ini murni untuk kemanusiaan. Habis, diisi lagi. Siapa saja boleh mengisi, kita berpikir tidak mencari untung, tidak untuk diri pribadi," tandasnya.
Ia berharap toples mini filantropis ini memberikan berkah bagi seluruh anggota. Terletak di Warkop Rizky, warung nomor tujuh dari deretan gerbang utama Surabaya Food Street, Jalan Nginden Semolo.
Tempat pasangan Husnul Khotimah dan Rochman berjualan. Berada di samping kiri, ada Warkop Ayah dan Warkop Pak De.
Toples mini filantropis mungkin tak akan setenar gerakan The Bon Jovi Soul Foundation atau Bill Gates. Akan tetapi, memiliki makna ketulusan yang sama.
Meski hanya dari kepingan uang recehan, Agus Wijaya yakin sebagaimana ajaran dalam agama manapun tentang solidaritas berbagi, akan memberi kebahagiaan baik si pemberi maupun penerima itu sendiri.
Karena memberi adalah tentang keikhlasan. Sedangkan keikhlasan adalah tentang ketiadaan. Beri saja dan anggap tiada agar tak menjadi beban.
Toples mini filantropis di Jalur Gaza Surabaya mungkin pula sedikit cerita bagaimana Indonesia bangkit dan berdiri gagah sebagai sebuah bangsa.
Terbukti setiap 17 Agustus misalnya. Para pedagang kaki lima patungan menggelar berbagai acara menarik. Menandai Peringatan Hari Kemerdekaan penuh khidmat dan sorak sorai kebahagiaan setelahnya. Sejenak melepas penat dari rutinitas warung.
Menjadikan Jalur Gaza sebagai miniatur dalam bersosialisasi, berdemokrasi dalam skala kecil penuh kedamaian.
Tempat di mana dosen, mahasiswa, rakyat sipil bertemu saat istirahat siang maupun menghabiskan malam.
Jalur Gaza Surabaya selalu penuh cerita. Toples mini filantropis bukan dari orang-orang kaya yang tumpah ruah akan harta. Tapi kekayaan hati sejati demi menjadi manusia yang saling berdharma. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |