Rusmanto, Seniman Difabel yang Karyanya Laku hingga Jutaan Rupiah

TIMESINDONESIA, SITUBONDO – Temu Inklusi Nasional kelima resmi ditutup pada Rabu (2/8/2023) di Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo, Banyuputih, Situbondo. Acara ini menjadi momen berkumpulnya pegiat isu disabilitas dari seluruh Indonesia.
Banyak hal menarik dan inspiratif yang ditemukan di event dua tahunan itu. Salah satunya mencuri perhatian adalah sosok Rusmanto, seniman difabel asal Bantul, Yogyakarta.
Advertisement
Hadir di Temu Inklusi 2023, pria berumur 47 tahun asal Bantul itu membawa karya ilustrasi tangannya serta menawarkan keahlian menggambarnya kepada pengunjung Temu Inklusi di Situbondo.
Gemar menggambar sejak masih kecil, karya-karya Rusmanto berhasil mencuri perhatian pengunjung. Dia mengatakan, kegemaran menggambar itu bermula saat dirinya masih ada di bangku Sekolah Dasar (SD).
"Awal tertarik melukis itu waktu masih SD dulu, kemudian saya tekuni di rumah dengan melukis di berbagai media. Di kanvas, kertas, terkadang juga bikin kaligrafi," ungkapnya.
Kesukaan menggambar itu ternyata memberikan pundi penghasilan untuknya. Rusmanto menuturkan, pernah menerima pesanan gambar dari seorang pejabat di Yogyakarta yang kemudian dibanderol dengan harga Rp 3 juta.
"Pesanannya itu Kaligrafi, ukuranya kurang lebih 1 meter dengan bahan canvas. Dihargai Rp 3 juta waktu itu," kenang Rusmanto.
Untuk memasarkan karya-karyanya, Rusmanto memanfaatkan media sosial sebagai jalur promosi. Berkat kecanggihan teknologi, karya Rusmanto dapat dikenal oleh masyarakat dan menghasilkan pundi rupiah bagi pria asal Bantul itu.
Tidak hanya dapat melukis di berbagai media, mulai dari kanvas, kertas hingga kain, Rusmanto ternyata pribadi yang tidak pelit ilmu. Selain menekuni hobi menggambar, dia juga membuka kelas melukis dan keterampilan di kediamannya.
"Saya di rumah juga ngajari anak-anak melukis, membuat pigura dari limbah plastik, daun kelapa dan kertas serta membatik juga. Tetapi kalau batiknya belum sampai ke pemasaran," terangnya.
Rusmanto berharap, pemerintah pusat maupun daerah untuk memberikan pelatihan, pendampingan, permodalan hingga pemasaran bagi kaum difabel sehingga dapat memaksimalkan potensi serta kemampuan dimilikinya.
"Seperti pelatihan-pelatihan sampai ke pemasaran produk kerajinan kami. Kebanyakan selama ini kan pelatihan, tetapi buntu di pemasarannya. Sehingga kami ini bisa benar-benar berdikari," pungkas Seniman difabel itu dalam sela Temu Inklusi kelima di Situbondo. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Rizal Dani |